Share

Chapter 14

Sepulang dari tempat kantor, Pandan terus mengurung diri di dalam kamar. Ia tidak bersemangat untuk melakukan apapun. Bayang-bayang ia akan dihabisi oleh ke dua orang tua dan kakaknya begitu mencekam jiwanya. Ia gentar. Hamil di luar nikah itu konotasi aib yang tidak termaafkan di negara yang paham ketimurannya masih sangat kental. Lain ceritanya kalau ia tinggal di belahan negara barat sana. Masalahnya bukan hanya ia yang akan menanggung malu. Tetapi yang paling disalahkan oleh orang-orang tentu saja kedua orang tuanya. Mereka akan dicap sebagai orang tua yang gagal dalam mendidik anak perempuan mereka. Hal itulah yang paling ia sedihkan. Ia telah mencoreng arang hitam di wajah kedua orang tuanya dan keluarga besarnya. Pandan gamang dan gentar. Terdengar suara ketukan pintu berikut kepala kakaknya yang muncul diambang pintu.

"Kamu nggak mau makan, Dek? Bu Isah masak rendang jengkol dan kepiting saus Padang kesukaan kamu tuh."

"Iya, nan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status