Suasana bengkel Paman Vernon terlihat seperti biasanya. Malam itu Martin dan Juan sedang mengutak-atik mobil sports berwarna merah. Mereka melakukan itu bukan karena pekerjaan melainkan untuk bersenang-senang. Gerald sedang berdiri menghubungi kenalannya untuk meminta mesin baru yang terbaik untuk mobil itu.
Suara music yang keras seakan berada di club malam memenuhi tempat itu. Kalau mereka sudah berkumpul seperti ini Paman Vernon tidak berani mengusik mereka.
Selain para pria macho itu, tidak ketinggalan wanita-wanita menemani mereka begadang. Tidak jarang mereka juga ikut menginap di sana, ada yang tidur di mobil karena tidak kebagian tempat atau malah ada yang sengaja ingin mencari tempat privasi untuk berkencan.
Ngomong-ngomong Kris sudah sembuh, beberapa hari yang lalu dia keluar dari rumah sakit. Tapi sepertinya dia bersyukur mendapatkan tembakan itu, karena setelah itu Kris banyak mendapatkan hadiah dari wanita-wanita yang mengaguminya.
"Dia pasti ingin pamer!"Kim tersenyum tipis mendengarnya. Ini bukan gosip. Kim berharap itu sebenarnya. Berharap yang dikatakan Rachel adalah kabar angin saja dan tidak melihat foto yang di tunjukkan Rachel sekarang. Tapi Kim akan mencari tahu langsung dari Harry."Jelena sediri yang membagikan foto ini di akun sosmednya." Rachel berkata dengan antusias. Kim benar-benar tidak ingin mendengar itu. "Aku harap kau harus tegas dengan Jelena agar dia tidak sering mencari kesempatan terhadap Harry.""Ini tadi siang dia post?" Kim melihat time di Instagram itu."Sepertinya dia masih berharap pada Harry." Komentar Rachel."Jelena tahu hubunganku dengan Harry." Yes she knows!"Seluruh gadis kampus tahu hubunganmu dengan Harry. Tapi dia Harry... semua wanita tergila-gila padanya. Dan kau pikir karena Harry memiliki kekasih lantas perasaan mereka lenyap?" Uja
Sandra terkejut melihat Kim menunggunya di depan kelasnya. Biasanya Kim tidak pernah menunggunya seperti ini. Apalagi Kim orang yang paling anti menunggu. Ia tersenyum lembut pada sahabatnya."Ada apa? Tidak biasanya." Ucap wanita Asia itu setelah berhadapan dengan Kim."Aku bosan. Kau punya tempat recommen untuk kita jalan-jalan?" Ucap Kim, Sandra tersenyum dan mengangguk."Kita bisa shoping, nonton, setelah itu makan." Ujar Sandra.Kim mengangguk. "Boleh juga." Sudah lama Kim tidak menghamburkan uang. Semenjak ia melakukan perlawanan dengan ayahnya yang milyarder itu Kim sangat merakyat dan bahkan ia berhemat.Kim langsung terdiam dengan raut wajah jijik melihat di belakang Sandra muncul Megan, Kim lupa Megan satu jurusan dengan Sandra."Oh My God. Satan muncul." Umpat Kim. Sandra menoleh ke belakang melihat Megan berjalan ke arah mereka dengan senyuman sinis. "Ayo kita pergi. Pemandangan di sini sangat menyeramkan."San
"Hei, kau tidak mau berterima kasih padaku? Kalau aku tidak memisahkan kalian... mungkin sekarang kau dalam situasi bermasalah di kantor dosen." Suara Jacob ramah dan menuntut, tetapi tidak membuat Kim bersimpatik.Sekarang Jacob berdiri di depan Kim dengan senyuman menawan khas pria brengsek. Kim ingin mengabaikan Jacob tapi mengingat Harry belum menelponnya dan malah bersama Jelena, Kim membalas tatapan Jacob dengan ramah."Kau telah membuatku kehilangan mangsaku." Ucap Kim. "Jadi kau harus membayarnya untukku. Kau bisa mentraktirku minum?" Kata Kim yang kebetulan tenggorokannya sudah kering. Bukan hanya Jacob yang tersenyum, bahkan Sandra dan Lance yang sedang merangkul ikut bersorak."Ini karena kau wanita tercantik di kampus aku menuruti permintaanmu."Jacob membawa Kim ke arah parkiran motornya, tempat yang berbeda dengan parkiran yang biasa genk Harry pakai. Kim melihat beberapa pria yang duduk di m
Pukul delapan malam Kim tiba di asramanya. Di perjalanan tadi Kim mampir sebentar ke toko buku. Kim merasa tidak enak kepada Jacob yang telah mentraktirnya makan, mengantar pulang, dan juga membayar bukunya.Kamar Kim masih gelap, itu berarti Rachel belum pulang. Kim tidak langsung menghidupkan lampu, ia meletakkan tas dan berjalan ke kamar untuk membersihkan diri. Sampai tidak sadar ada seseorang sedang duduk di sofa. Pria itu meletakkan tangannya di senderan sofa. Mata abu-abunya berkilau di kegelapan ruang itu.Beberapa menit kemudian Kim keluar dengan mengenakan handuk menutupi tubuhnya, ia berjalan ke arah lemari dengan santainya. Namun, sesaat ia merasa seseorang ada yang mengawasinya. Kim menoleh pada sofa di sudut, seorang laki-laki duduk dengan bersedekap dada, orang itu menatap Kim dengan wajah menyeramkan seperti pembajak laut.Kim terkejut dan buru-buru menghidupkan lampu, pria itu ternyata Harry."Apa yang kau lakukan di sini?"
"I love you, Kim." Harry mendesis. Dia melingkarkan lengannya yang kuat di sekeliling Kim. Tubuhnya yang menjulang tinggi menyelimuti Kim sepenuhnya. "You are mine... We're together. ""Aku tidak ingin kau menyerah. Tetaplah bersamaku.""Kau mau aku tetap di sini? Menginap denganmu." ujar Harry. Kim semakin frustasi merasakan tangan Harry bergerak liat menyentuh kulitnya."Kim?""Yeah.""Yeah?""Can you stay?"Harry tersenyum. "Yeah."Harry sengaja mematikan lampu dan hanya mendapatkan pencahayaan dari pantulan cela jendela. Kim sadar mendapati dirinya dan Harry tanpa sehelai pakaian. Harry menciumi setiap inci wajahnya, lalu turun ke bawah dan terhenti di puncak dadanya. Dan itu membuat Kim tersiksa dengan kenikmatan yang diciptakan Harry."Ini terakhir aku tahu kau bersama pria lain. Kau tidak akan pernah membayangkan apa yang bisa kulakukan pada orang itu." Ujar Harry, matanya menusuk iris mata Kim hingga sampai
Kim menempelkan kepalanya di atas dada Harry, matanya menatap wajah Harry yang tengah serius mengutak-atik ponselnya. Satu jam yang lalu mereka selesai melakukan aktivitas panas mereka dan sekarang Kim sudah dibuat kesal dengan kesibukan Harry."Harry.""Hm." Hanya itu jawaban Harry tanpa melihat padanya."Siapa yang membuatmu sibuk di depanku? Aku merasa diabaikan." Ujar Kim dengan nada muram.Harry tidak langsung mematikan ponselnya. Ia sangat serius membalas chat dari seseorang. Setelah selesai baru ia fokus melihat wajah kekasihnya sambil membelai puncak kepala Kim, ada yang dipikirkan kekasihnya. Mereka saling memandang beberapa menit."Akhirnya aku bisa bangun pagi di sampingmu lagi." Ucap Harry dengan nada senang. "Aku merindukanmu, sayang."Bagi Harry Kim adalah wanita paling cantik di matanya. Bulu matanya lentik, bibirnya sensual berwarna pink alami. Ditambah tahi lalat yang menggemaskan di pipinya."Lantas kenap
"Aku akan mencari tahu kenapa barang Emily bisa di tangan Megan." Harry mengambil bandul kalung itu dan memperhatikan seksama. Perlahan wajahnya menjadi sendu mengingat tentang Emily kecilnya. Harry merasakan tangan Kim meremas lengannya."Need want?" Wanita itu tidak menjawab, bibirnya gemetar sedang menahan air mata.Harry mengambil tangan Kim dan menggenggamnya, ia tahu dari semua orang di dunia yang bersedih atas meninggalnya Emily dan Amber adalah Kim meski wanita itu tidak pernah mengeluh."Sayang, katakan sesuatu.""Aku merindukan Emily." Ucap Kim tanpa sadar air matanya telah turun. "Naresh sudah menyelidiki kasus Emily tapi tidak ada yang dia dapat... sepertinya ada yang sengaja menutupi kematian Emily.""Jangan menangis, sayang." Harry mengusap air mata Kim dengan lembut lalu mengecup kening wanita itu. "Kau harus bahagia, Kim."Harry teringat akan perkataan Jimmy, dia pernah bilang bahwa Emily meninggal bukan karena kecelakaan di
"Harry!"Harry menghentikan langkahnya di lorong sekolah yang begitu sepi. Tidak ada orang yang berlalu lalang, dan sekarang sudah pukul tiga. Mata kuliahnya juga sudah selesai.Tatapan mata Harry tidak seperti dulu kepada Jelena, ia menatap wanita itu dingin. Ia tidak menyangka Jelena akan mengambil kesempatan dalam pertengkarannya dengan Kim. Kekasihnya merajuk karena Jelena memasukkan foto mereka ke akun Instagram wanita itu dengan caption mesra.Mungkin Jelena lupa status mereka hanya berteman. Dan foto itu diambil tanpa ia tahu.Dan satu lagi yang membuat Harry merasa harus menjauh dari Jelena, bahwa wanita itu masih menyukainya lebih dari teman. Ia tahu Jelena menyukainya tapi tidak menyangka pertemanan mereka tidak tulus. Jelena menginginkan posisi Kim di hatinya."Harry, kau marah padaku? Kau tidak membalas chat dan mengangkat teleponku. Jika ini masalah foto itu, aku sudah menghapusnya." Jelena menatap Harry sedih."Sepertinya ada y