"Tante please...aku tidak punya pilihan lain." Bianca ingin menjauhkan lagi Stevani tapi Bian menarik tangan Bianca tanda dia tidak keberatan Stevani menemuinya. "Bian ingat Cinta ada disini." Bian tersenyum lalu dia beralih menatap Stevani. Wanita itu berhambur memeluk Bian dan menangis tersedu, dan hati Bian seakan diremas mendengar tangisan itu. "Stev, kita bicara ditaman saja." Mereka lalu bergerak menuju taman rumah sakit itu. Jauh dihujung lorong Cinta melihatnya, melihat Bian dipeluk oleh wanita yang dia tidak tahu siapa.
"Ada apa kau kesini?" Stevani duduk dikursi taman sementara Bian dikursi rodanya. Wajah dan hidung wanita itu merah akibat menangis, sorot matanya jelas terluka. "Ayah akan menikahkanku dengan pria lain." Ungkap Stevani, dia melihat wajah Bian yang seolah tidak terkejut.
"Kalau begitu bagus, kamu bisa melanjutkan kehidupanmu. Selamat kalau begitu, akhirnya ayah mu menemukan pasangan yang tepat untukmu." Airmata itu jatuh lagIh.....lancar nih si Bian nongol sama Cinta. 🤭🤭🤭Selamat bermalam minggu dear 🥰🥰🥰🥰😘Jakarta 08.30 wibCinta sedang membereskan meja barunya untuk bekerja. Sudah seminggu dia di Jakarta dan dua hari yang lalu dia resmi menjadi sekertaris Pak Bos Brian Jayker. Tapi pria itu sedang mengalami masalah yang berat sehingga harus mengambil cuti. Hubungan Cinta dan Bian pun sudah diketahui orang-orang dikantor. Ada yang mengatakan Cinta hanya memanfaatkan Pak bos ada juga yang berkata dia beruntung. Namun apa yang bisa dia lakukan, toh itu mulut mereka jadi Cinta hanya bisa bersikap sebiasanya. Untung saja Renata temannya dan Stevi sudah kembali ke kantor ini, ditambah ada sahabatnya yang sekarang bisa diajak bercerita apapun itu.Ponsel Cinta bergetar menampilkan sebuah pesan dari Bian.Lagi apa?
Cinta duduk dipondok yang terdapat didepan tempat pemakaman. Dengan terpaksa dia mengikuti kemauan Dandy untuk berbicara, Cinta juga penasaran kenapa dulu Dandy pergi begitu saja setelah semua yang terjadi. Rintik hujan seolah memperlama pertemuan tak terduga mereka ini, Cinta melirik Dandy yang ternyata menatap dirinya. "Maafkan aku," ujar nya dan Cinta masih bungkam. "Malam aku tahu kalau orangtua mu tidak menyukaiku aku bertekad dalam hati kalau aku harus menjadi pria yang sukses agar orangtua mu menerima ku. Saat aku tahu kau kembali menemui orangtua mu aku merasa kau pun mulai tidak yakin denganku." Cinta menatap pria yang pernah mengisi hari-harinya itu dulu. "Aku berharap setelah hari itu aku bisa memberitahukanmu kalau aku akan ke Harvard melanjutkan study ku. Tapi ternyata kau menghilang. Nomor bahkan semua sosial mediamu tidak kau aktifkan." Ya itu memang yang Cinta lakukan, karena dia membenci Dandy yang pergi begitu saja saat dia membutuhkan Pria itu.
Bunyi minyak makan yang nyaring saat dimasukan ikan untuk digoreng memenuhi rumah Cinta. Wanita itu sudah sibuk pagi-pagi ini membuat bekal makan siang untuknya dan Bian. Sudah lama dia tidak memasakkan bekal untuk Pak bos nya itu. Dan entah kenapa Cinta merasa hari ini dia harus memasak lebih enak dari biasanya.Ponselnya berdering menampilkan nama Mila. "Ya mil? Oke siap!" Cinta mematikan sambungan telpon lalu membalik ikan yang dia masak. Hari ini dia akan memasak ikan saos dengan capcay juga tempe goreng tepung. Setelah semua selesai dimasak oleh Cinta, dia menatanya ditempat bekal lalu bergegas masuk ke kamar mandi. Cinta siap dengan pakaian kantor nya serta kotak bekal yang lumayan besar kali ini. Dia mengayuh sepeda nya dengan senyuman. Dia sangat berharap Bian memuji masakannya nanti. Suara klakson mobil membuat Cinta menoleh. "Cinta," panggil pria yang paling tidak ingin Cinta lihat itu. Namun Cinta enggan menjawab. Melihat Da
Awan gelap sedang menahan Cinta, dia berputar-putar pada hembusan angin yang semakin membuatnya bingung. Hujan kembali turun namun Cinta belum juga bergerak pergi dari rumahnya. Pagi ini seluruh tubuh Cinta tidak bisa diajak berkompromi. Kejadian melihat Stevani dan Bian keluar kantor bersama seolah menurunkan semangatnya menjalani hari-hari yang harus dia lewati. Dia hanya ingin terus mengurung dirinya dikamar dan terus mencoba menelpon Bian. Berharap pria itu mau mengangkat telponnya. Sudah seminggu dan Bian masih terus mengabaikannya. Cinta berpikir mungkin Bian merasa tidak pantas untuknya, seperti yang dulu pria itu katakan. Sehingga dia sepertinya harus berusaha meyakinkan Bian kalau pria itu sangat sempurna untuknya. Dia merasa nyaman, damai, dan tenang jika Bian ada. Dia bisa lepas tersenyum dan tertawa bersama Bian, semua itu sudah sangat sempurna baginya. Dan yang paling penting mereka saling mencintai. Tapi kenapa Bian sulit sekali mengerti hal itu.
Cinta keluar dari kantor dengan wajah sembab membuat semua pegawai kantor bertanya-tanya. Mila menyentuh bahunya dan berjalan bersama Cinta. "Loe mau kemana? Kenapa gak cerita kalau ada masalah?" Cinta memeluk Mila masih didepan halaman kantor, Bella melihatnya dan ingin memanggil Cinta. Namun niat nya itu dia urungkan karena sedang bersama temannya. "Tamatlah riwayat loe Mas Bian..," gumam Bella lalu masuk kedalam mobilnya.Sementara Cinta dan Mila memilih memanggil taksi, Cinta bersikeras ingin ke makam kedua orangtua nya sendiri namun Mila memaksa ikut. Dia khawatir melihat Cinta yang seperti ini.Sampai di Makam Cinta menceritakan semua didepan Makam orangtua nya. Mila ikut meneteskan airmatanya saat Cinta bilang dia mungkin mendapatkan kutukan karena dulu pernah membuat orangtua nya meninggal karena seorang Pria. Sehingga kali ini mungkin Tuhan menghukumnya, dia tidak bisa bersama dengan Pria yang sangat dia Cintai. "Ta, loe yang sa
Dua wanita yang menuruni taksi dapat dilihat Bian dengan jelas melalui cctv yang dia buka. Bian memang sedari tadi heran kenapa Cinta belum juga datang ke kantor, padahal biasanya wanita itu akan bersamaan datang dengannya tiba dikantor. Cinta terlihat baik-baik saja jika dilihat dari cctv itu, dan hati Bian lega melihatnya.Rindu dihati Bian membuatnya sulit bernapas, dan tiba-tiba saja dia merasa lelah. Sangat lelah hingga membuatnya malas untuk mengangkat telpon yang berdering. "Ya hallo Ma," jawab Bian yang akhirnya mengangkat panggilan itu."Bian Mama dengar dari Bella kalau kamu memperlakukan Cinta dengan buruk. Kenapa kamu lakukan itu? Bukankah Mama sudah bilang kalau Cinta itu__,""Ma, iya Bian tahu dan Bian punya alasan kenapa melakukan hal ini. Mama tidak usah khawatir, semua demi kebaikan Cinta Ma. Sudah ya Ma Bian ada pekerjaan." Bian menutup telponnya lalu memijit pangkal hidungnya. Semua orang dikeluargan
Coretan-coretan abstrak memenuhi kertas yang ada diatas meja dikamar Cinta. Dia semalam memilih pulang dan hari ini pun dia tidak masuk kerja. Perutnya yang merasa lapar hanya di isi mie instan. Namun anehnya Cinta hari ini tidak lagi menangisi kisah asmara nya dengan Bian. Mungkin airmata nya sudah habis karena dia semalam menangis hingga dia sendiri tidak tahu kalau dia tertidur di sofa ruang tamu rumahnya. Hari sudah mulai sore namun Cinta belum juga beranjak keluar dari kamarnya selain makan siang dengan mie nya tadi. Cinta duduk diatas tempat tidur sambil mengadahkan kepala melihat atap rumah. Semuanya begitu sakit, hingga sesak itu masih terasa sangat jelas. Sayup-sayup Cinta mendengar namanya dipanggil, dia menajamkan pendengarannya dan dia turun dari tempat tidur. Perlahan membuka pintu Cinta lalu mengetahui siapa yang memanggilnya. "Iya sebentar," ujarnya lalu membuka pintu."Ta, loe gak apa-apa kan?" Mila serta Renata sudah b
Hola.... tekan bintang dulu dong biar aman. Bian udh nongol lagi nih.💞💞💞💞💞Bian sedang memijat pelipisnya sakit akibat Stevani yang selalu berjalan bolak-balik diruangannya. Sudah disuruh pergi secara baik-baik namun wanita ini dengan perkataan lembutnya mengatakan akan menunggu Bian makan siang lalu makan bersama dengan masakan yang dia masak sendiri. "Ah...Bian ayo kita makan. Kita dulu sering makan siang bersama, piknik, ah..apa kamu mau kita pergi bersama untuk piknik?" Bian menjauhkan tangan Stevani dari bahunya. "Stev cukup! Pulanglah, aku banyak pekerjaan. Kamu bisa menghambat pekerjaan ku jika terus berkeliaran disini." Stevani duduk dipangkuan Bian dengan kotak bekal yang sudah dia bawa lalu menyuapi Bian dengan senyuman lembutnya itu. Dia menulikan telinganya untuk mendengar apapun yang Bian katakan. Dia akan berusaha membuat Bian kembali padanya, dia masih dan selalu mencintai Bian. Semua wak