Nama Bian tertera disana, jantung Cinta berdetak dengan keras. Kulit tubuhnya bahkan meremang karena getaran rindu yang dia miliki untuk Bian.
"Hallo...," jawab Cinta gugup."Hai," jantung Cinta hampir terlepas saat nada suara yang dulu sering menghiasi malam sebelum tidurnya.
"Em..ada ap_a Pak?"
"Cinta maaf kan saya. Saya sudah membuat kamu menderita, menangis hingga matamu seperti mata Po." Cinta mengernyit dan dia tersenyum. Sedikit harapan mulai menyeruak hadir, apakah ini karena Bian melihat dia dan Dandy tadi. Ah, dia harus berterimakasih dengan Dandy jika benar hubungan mereka membaik karena Dandy.
"Kamu tahu Po kan?"
"Tau Pak. Itu film Kung fu Panda." Cinta mendengar kekehan kecil Bian yang lepas. Dia begitu bahagia karena tawa Bian. See dia merasa bahagia hanya karena mendengar Bian tertawa. Lalu kenapa Bian tidak mempercayai dia akan
Surai coklat dan bergelombang Cinta terlihat sangat cocok dengan dirinya. Setelan baju kerja dengan celana bahan kain yang dia gunakan membalut sempurna tubuhnya yang semakin ramping saja.Cinta tersenyum lebar saat memasuki kantor dimana tempat dia mencari sesuap nasi.Dua bulan terkahir ini Cinta sangat sulit menjalani roda kehidupannya karena Bian pergi tanpa jejak. Tidak ada telpon, tidak ada pesan singkat, dan sosial media semua keluarga Bian tidak pernah menunjukkan wajah Bian. Bella juga tidak pernah lagi datang ke kantor dua minggu setelah Bian pergi karena sibuk dirumah sakit dan mengurus anaknya.Cinta hanya berani bertanya kepada Viza atau tidak Banu, tapi mereka juga tidak pernah terlihat. Mau menelpon dan menanyakan secara langsung dia tidak berani. Sepertinya Tuhan mengerti kegundahan Cinta. Saat dia memarkirkan sepedanya dia melihat Banu dan Viza masuk kedalam kantor. Cinta berlari dengan cepat lalu saat di lobby
Semilir angin malam menyentuh kulit Dandy dan Cinta, angin yang berhembus kencang menerbangkan dedaunan. Cinta membuka kunci pintu rumahnya dan masuk kedalam rumah menghidupkan lampu yang tadinya mati."Masuk Dan," ajak Cinta dengan suara pelannya. Dia sudah tidak ada tenaga karena terus menangis lalu kepalanya mulai terasa sangat pusing. "Kamu sakit?"Cinta menggelengkan kepalanya. "Hanya sedikit pusing." Dandy duduk sendiri diruang tamu rumah Cinta itu. Ini pertama kali dia masuk kerumah Cinta, dulu ia hanya berani mengantarkan Cinta sampai di depan gang rumah. Dulu dia adalah anak nakal, suka tawuran dan juga dia mengamen. Bukan karena tidak memiliki biaya untuk hidup, tapi karena dia suka melakukan hal yang membuat orangtua nya murka. Keluarga Dandy termasuk keluarga berada, ayah nya seorang pensiunan tentara dan Ibu nya seorang Bidan. Dandy juga termasuk anak yang pintar, namun karena perceraian kedua orangtuanya membuat dia meminta untuk lebih diperhatikan.
Bisik-bisik dari karyawan kantor terdengar oleh Cinta, entah perasaannya saja atau bukan tapi sepertinya bisik-bisik itu disertai dengan lirikan kepadanya.Mila berlari mengejarnya lalu memeluk Cinta. "Hei, hei ada apa?" Mila tersenyum lebar dan memberikan bingkisan kado berwarna merah kepada Cinta. "Apa ini? Aku tidak sedang berulang tahun." Cinta tersenyum membolak-balik kado itu."Tadi ada banyak kurir kesini, mengantarkan banyak sekali kado." Kening Cinta berkerut, dia berpikir apa itu dari Bian mengingat dulu Pria itu dulu melakukan hal yang sama. "Terus kenapa mereka semua melihat ku seperti itu?" Mila melihat sekitar lalu mengajak Cinta berjalan meninggalkan lobby kantor. "Kabarnya salah satu Pria Jayker akan ada yang bertunangan. Mungkin mereka pikir itu kau dan Bian.""Ngaco!," jawab Cinta namun dia kemudian berpikir jangan-jangan Bian dan Stevani."Hei sudah ayo cek kado-kado mu. Itu dari Dandy." Cinta melihat Mila tak
Guntur terdengar menggelar, seolah janji Dandy direstui Sang Pencipta serta Ibu dan Ayah nya. Cinta terpaku dengan Dandy, perlahan dia mulai menyadari kalau tangannya sudah disentuh oleh pria itu. "Apa kau menerima lamaranku Ta?" Cinta diam, tidak tahu menjawab apa. Dia memang ingin melupakan Bian tapi bukan ingin menjadikan Dandy sebagai tameng nya. "Aku mohon Ta. Jika kau ingin berlari maka aku siap menggenggam tanganmu, berlari jauh dan melupakan semua kepahitan ini. Dulu aku pernah berjanji bukan?""Entah kamu ingat atau tidak. Tapi aku masih ingat janji ku untuk menikahimu. Semua yang aku capai saat ini berkat kamu Ta. Kamu yang menjadi acuan untuk ku menjadi Dandy yang sekarang." Cinta menunduk, bagaimana dia tidak terharu dengan ini. Tapi hati nya masih sakit. Cinta perlahan berdiri dia meninggalkan Dandy sendiri di makam lalu dia pergi mengayuh sepedanya dengan menantang hujan yang sangat lebat.Bisakah hujan menghapus kenangan k
"Saya terima nikah dan kawinnya Cinta Fatih Binti Abdul Fatih dengan mas kawin tersebut Tunai." Mila dan lima orang lainnya dimana Ayah Dandy, Pak Penghulu, Renata, dan Orang tua Renata mengucap syukur lalu berdoa. Didalam kamar rumah sakit itu Dandy dan Cinta resmi menikah, hanya saja semua dokumen dibuat dengan bantuan teman Dandy untuk mempermudah semuanya. Namun secara agama mereka sudah sah, begitulah pemikiran Dandy. Tapi tetap saja dia terbebani karena Cinta tidak mengetahui hal ini.Dandy melihat wanita yang masih memejamkan matanya itu, malam ini Dandy akan membawa Cinta ke Jepang. Dia sudah meminta bantuan bos nya untuk membantu nya. Dia berhutang budi dengan Devano sangat banyak, membawa Cinta ke berobat ke Jepang bukanlah mudah ditambah dengan keadaan Cinta yang seperti ini. Dandy mengecup kening Cinta dalam lalu meminta maaf atas kelancangannya."Sorry Ta, aku terima kalau kamu mau marah nanti dan membenci ku." Ayah Dandy menepuk ba
Pagi ini tidak hujan, tidak juga mendung. Namun perasaan Bian sangat tidak karuan, setelah mendengar kabar dari telpon yang disampaikan Mama nya, Bian langsung bergegas kembali dengan helikopter yang membawanya sampai di landasan helipad hotel keluarga mereka.Kursi roda Bian terasa lebih lambat dari biasanya. Kemana Cinta pergi? Apakah ini pertanda keresahannya semalam? Kenapa Cinta menghilang begitu saja? Padahal selama ini wanita itu menjalani hidupnya sama seperti biasa semenjak mereka berpisah. "Pak ayo lebih cepat," kata Bian kepada pengawalnya.Ingin rasanya Bian berlari dan pergi mencari Cinta kerumah wanita itu, tapi dia tidak mampu. Dia masih mengandalkan orang lain untuk melakukan itu. Mobil yang sudah menunggunya meninggalkan hotel dan menuju rumah Cinta.Butuh waktu hampir satu jam untuk sampai dirumah Cinta karena padatnya jalanan. Dan Bian sangat tersiksa disetiap detiknya.Ponsel Bian bergetar, dia melihat nama disana d
Penyesalan memang datang belakangan, karena jika di awal itu nama nya pendaftaran. Hal yang selalu dikatakan setiap orang, dan sekarang dirasakan Bian. Bella masih memegangi lengan Bian begitu pun Revan, kaki Bian masih bergetar namun dia masih memaksakan untuk berdiri. "Mas, tidak usah dipaksakan." Bella menasehati Bian. "Tidak! Karena ini aku melepaskannya dan sekarang aku harus segera bisa berjalan agar bisa membawa Cinta kembali." Bella tidak habis pikir dengan apa yang dikatakan Bian."Mas kau sadar dengan apa yang kau katakan? Cinta pergi bukan karena keadaan kaki mu. Cinta menjadi milik Pria lain karena kamu lah yang menyuruhnya pergi padahal dia bisa menerima keadaanmu Mas." Revan semakin erat memegangi Bian karena Bella sudah melepaskan tangannya dari Bian. "Dan apa Mas tega mau merebut istri orang?" Bella menatap kedalam mata Bian yang gelap. Aura Bian sungguh mengerikan, dia bukanlah Bian yang biasa berpikit dewasa dan jernih. Kegusaran itu terli
Seorang wanita sedang berbaring di brankar dengan wajah pucat. Cinta berbaring di atas brankar rumah sakit di Jepang, kondisi nya semakin lama semakin memburuk saat setelah dibawa pindah ke Jepang. Pihak rumah sakit mengatakan harus segera mengoperasi Cinta jika kondisi nya sudah stabil.Dandy memegangi tangan Cinta, tadi mereka sempat berbicara sebentar namun setelah Dokter masuk dan Cinta meminum obatnya dia tidur. Dandy melihat wajah damai itu dan dia tak kuasa menahan tangisnya yang pecah.Dia mendengar dari Mila kalau Bian kembali dan mencari Cinta. Pria itu hancur, tapi tidak membuat Dandy berbahagia. Seandainya ingatan Cinta kembali nanti, dia dengan lapang dada melepas Cinta. Hanya saja untuk saat ini dia ingin Cinta sembuh, seperti kata Dokter yang menangani Cinta di Jakarta."Operasi kedua nanti nya adalah penentu apakah Cinta bisa sembuh atau tidak. Karena saat operasi itu dilakukan hanya ada dua kemungkinan. Pertama dia se