"Kamu sudah sadar?"Renata yang baru saja membuka mata, menoleh ke asal suara. Di sana, di dekat pintu telah berdiri sosok tinggi yang selama ini sangat dirindukannya. Renata berharap apa yang ia lihat bukanlah mimpi. Ia sengaja mencubit kecil punggung tangannya, dan tak lama kemudian senyum lebar tercetak dari bibirnya setelah yakin bahwa ini nyata. Dia ... Kris Bachtiar. Sang ayah yang selama bertahun-tahun tidak pernah menjumpainya semenjak kedua orang tuanya berpisah. "Papa ...." Kris tersenyum. Ia mendekat ke arah ranjang sang Putri, kemudian duduk di pinggir ranjang tersebut. "Ya. Ini Papa."Kris merentangkan tangan yang langsung disambut Renata. Keduanya saling berpelukan, menumpahkan rasa rindu setelah sekian lama tidak bertemu. Renata menangis dalam pelukan papanya, pun dengan Kris yang tak kuasa membendung air mata haru. Betapa putrinya sudah dewasa dan ia menyesal karena tidak bisa berada di samping Renata selama beberapa tahun belakangan. Setelah perceraiannya denga
"Kamu suka?"Pelukan hangat Larissa dapatkan di saat dirinya tengah menikmati pemandangan dari balkon kamar Hotel. Sesuai janji, Arjuna membawa Larissa berbulan madu sebagai babak awal dari kehidupan pernikahan mereka yang baru. "Suka banget. Makasih ya, Mas."Larissa menoleh, membuat hidung mereka bersentuhan karena saking dekatnya. Arjuna tidak tahan untuk mengecup bibir tipis yang sedikit terbuka milik sang istri. "Syukurlah kalau kamu suka. Kamu tahu? Aku ingin bulan madu ini menjadi awal yang baru untuk pernikahan kita.""Ya. Semoga saja ke depannya tidak ada lagi rintangan atau ... kalaupun ada, kita bisa menghadapinya sama-sama.""Aamiin. Boleh aku bertanya sesuatu?" Arjuna makin mengeratkan pelukan. Menumpukkan dagu di pundak istrinya yang sedikit terbuka. "Tentu saja. Mau nanya apa?"Arjuna berdehem sebelum kembali berkata. "Sejak kapan kamu jatuh cinta padaku?"Larissa sempat tertegun. Ia kembali mengingat masa di mana dirinya mati-matian berusaha menolak pesona suaminya
Arjuna hanya bisa pasrah ketika Larissa bersikeras mengajaknya pulang, padahal mereka baru saja pergi tiga hari. Bukan karena bosan, hanya saja Larissa teringat pada Alkana yang mereka tinggalkan dengan Arumi dan pengasuhnya.Jika sudah menyangkut putra semata wayangnya, Arjuna tidak bisa membantah karena sejujurnya ia pun sudah merindukan putranya itu."Kita bisa lanjut bulan madunya di rumah," bisik Larissa ketika melihat wajah suaminya yang ditekuk dan ternyata cara itu cukup ampuh mengembalikan binar di mata Arjuna.Lombok mereka tinggalkan untuk kembali ke Jakarta. Keduanya disambut dengan kesibukkan masing-masing yang ternyata sudah menunggu. Arjuna disibukkan oleh rencana pembangunan kantor cabang di Semarang, sedangkan Larissa disibukkan oleh kegiatannya di klinik dan tentu saja mengurus sang putra. Namun, hal itu tidak menjadikan hubungan sepasang suami istri tersebut renggang. Justru Arjuna makin gencar memberikan perhatian kepada sang istri, pun sebaliknya. Saling mengirim
Larissa menatap foto yang terpajang di dinding kamar. Foto dirinya dan Arjuna yang sengaja diambil saat mereka berbulan madu. Ia dan suaminya begitu bahagia. Pernikahan impian yang dulu selalu ia idamkan akhirnya terwujud bersama pria yang dicintainya. Larissa tidak pernah menduga bahwa kebahagiaan yang baru saja ia rasakan bersama suaminya kini berganti duka. Kepergian Arjuna yang terasa berat ia lepas rupanya menjadi pertanda bahwa kejadian buruk akan menimpa suaminya. Ia kecewa pada dirinya sendiri yang seharusnya melarang Arjuna untuk pergi ketika firasat itu sudah ia rasakan. Andai saja ia melakukannya, pasti kini Arjuna masih bersamanya menikmati kebersamaan yang akhir-akhir ini begitu berkesan. "Kamu di mana, Mas? Pulanglah. Aku dan Alkana menunggumu," lirihnya dengan tergugu. Ia peluk baju Arjuna dengan erat untuk menyalurkan rasa rindu yang entah kapan bisa tersalurkan. "Nak, Mama boleh masuk?"Ketukan dan suara Arumi sama sekali tak dihiraukan. Larissa masih larut dalam
Regan menyaksikan wajah cantik itu digelayuti kesedihan. Larissa yang biasanya terlihat tegar dan kuat meski sebenarnya tengah menyembunyikan luka, kini justru nampak seperti kehilangan gairah hidup. Mungkin benar dampak dari kehilangan sosok orang yang dicinta pengaruhnya sampai sebesar itu. Regan ingin sekali menyemangati dan menghibur wanita yang diam-diam dicintainya tersebut, tetapi ia masih tahu batasan ketika kini sedang berada bersama orang tua Arjuna. Ia tidak ingin terjadi salah paham yang malah akan memperkeruh suasana karena ia yakin, orang tua Arjuna pasti curiga mengapa menantunya bisa dekat dengan pria lain selain putra mereka. Regan hanya bisa menyaksikan mamanya yang tengah mengajak Larissa berbincang. Biarlah menjadi tugas para wanita untuk memberi semangat kepada Larissa, sedangkan dirinya akan membahas tentang pencarian Arjuna bersama Hartawan. "Jadi orang-orang Bapak dan kepolisian belum menemukan titik terang?" tanya Regan kepada Hartawan yang duduk di depann
Hartawan menggebrak meja hingga tiga wanita yang duduk satu ruangan dengannya terperanjat karena kaget. Setelah mendengar perkataan Arumi yang menceritakan tentang dugaan Pramudya, ayah dari Arjuna tersebut merasa geram luar biasa. Renata. Andai benar wanita itu yang telah menyebabkan putranya menghilang, Hartawan tidak akan pernah memaafkan. Akan ia pastikan, Renata mendekam di penjara menyusul Wanda. "Mama gak nyangka dia sampai senekat itu," gumam Rita lirih, tetapi masih terdengar di telinga ketiga orang di sana. "Sepertinya apa yang Renata rasakan untuk Mas Juna bukan lagi cinta, tapi obsesi. Dia tidak terima karena Mas Juna lebih memilih aku dan Alkana ketimbang dirinya," timpal Larissa yang juga sangat terkejut atas apa yang mamanya katakan. Pramudya.Entah apa maksud dari ayahnya tersebut hingga memberitahu tentang hal ini karena yang ia tahu, Pramudya sangat menyayangi Renata dan seharusnya pria itu mendukung rencana putri tirinya. "Papa akan membicarakan hal ini dengan
"Lihat, Mas. Aku membelikan baju ganti untukmu."Renata mengeluarkan isi paper bag yang ia bawa. Baju yang ia beli untuk Arjuna ia perlihatkan satu per satu di depan mantan suaminya. Namun, Renata mendesah kecewa ketika Arjuna justru tak bereaksi apa pun. Pria itu diam dengan tatapan datar yang membuat Renata makin yakin, tidak ada lagi cinta dari Arjuna untuknya. Akan tetapi, Renata tidak peduli. Ia yakin akan bisa meraih hati Arjuna kembali setelah mereka menikah lagi dan pergi jauh dari kota ini, memisahkan Arjuna dengan Larissa yang telah merebut pria itu darinya. "Model dan warnanya kesukaan kamu semua. Kamu pasti suka." Renata tidak ingin menyerah. Ia terus mengajak Arjuna berbicara meski sang pria tetap tidak memberikan respon. "Kamu tahu, Mas? Aku senang kita bisa berdua lagi seperti ini. Aku melakukan semua ini karena aku mencintai kamu melebihi apa pun.""Itu bukan cinta, Renata. Tapi obsesi." Untuk pertama kalinya, Arjuna mengeluarkan suara dan Renata tersenyum senang k
Dugaan Pramudya ternyata benar. Renata adalah dalang di balik menghilangnya Arjuna beberapa hari ini. Menurut cerita dari Pak Arman, dalam perjalanan menuju Bandara, mobil yang ia dan Arjuna tumpangi tiba-tiba saja dihadang oleh beberapa pria berbadan besar hingga mereka sempat melakukan perlawanan, tetapi berakhir gagal karena jumlah lawan yang tidak seimbang. Ia dan Arjuna dibuat tak sadarkan diri hingga berakhir dibawa ke tempat yang beberapa hari ini dijadikan untuk menyekap Arjuna. Namun, fakta mencengangkan pun terjadi ketika Pak Arman mengatakan jika justru ayah dari Renata-lah yang membantunya kabur. Entah bagaimana isi pikiran pria itu karena ternyata Kris telah mengkhianati putrinya sendiri. "Sepertinya ayahnya Renata bukan orang jahat. Dia hanya terjebak rasa bersalah karena telah meninggalkan putrinya begitu saja hingga untuk menebusnya, Kris terpaksa menuruti keinginan putrinya," tutur Pak Arman sebagai penutup cerita. Semua yang mendengar cerita Pak Arman saling tata