MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#18“Apa, paman?” Juleha syok mendengar sapaan Rani pada Hamsar.“Kalian berdua bersekongkol untuk menipu kami?” Juleha tersentak seketika.“Tepat sekali! Apa kalian terkejut?” Hamsar mengiyakan.“Bukannya kamu itu sebatang kara selain mempunyai bapakmu yang pikun ini, kamu tidak punya siapa-siapa lagi. Apa selama ini kamu hanya berpura-pura tidak mempunyai keluarga atau saudara, ha? Dan sekarang kamu memanfaatkan keadaan untuk mempermainkan, kami?!” Amarah di dalam dada Juleha memburu, saat mengetahui kalau Hamsar adalah paman dari Rani.“Orang-orang licik seperti kalian tidak bisa dibiarkan berkembang biak, adakalanya kami membalas dengan hal yang sama supaya kalian jera,” ujar Hamsar membela.“Begitu rupanya, kalian sengaja merencanakan hal ini ingin membuat kami hancur?” tanya Juleha.Rani tersenyum getir, menatap Juleha yang tengah dikuasai oleh emosi. Apa yang bisa mereka lakukan sekarang, surat cerai pun sudah Rani layangkan pada pengadil
MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#19Rani mendengar ketukan pintu dari luar, ia yang tengah sibuk mempersiapkan sarapan mengerutkan dahi karena bingung. “Pagi-pagi buta begini siapa yang bertamu?” Rani mengernyit, tumben saja ada orang yang datang.Setelah membukakan pintu Rani terbelalak, ia melihat Manisah dan Juleha berdiri di depannya sembari tersenyum manis.“Rani, apa kabar? Sudah dua hari kita tidak bertemu,” sapa Juleha manis.“Mau apa lagi ibu kemari?” tanya Rani sedikit ketus.“Mau jengukin Khalila dong, oh iya, apa bapakmu sudah makan?” tanya Juleha membuat Rani curiga.“Kebetulan ibu tadi beliin kalian makanan, di suruh sama Mande,” ujar Juleha sangat sopan.Rani mengernyitkan dahinya, dipikir pasti ada yang tidak beres! Tidak mungkin dalam dua hari saja mereka bisa berubah secepat ini. Mendadak baik dan perhatian padanya dan Khalila.“Ibu juga membawakan Khalila camilan, pasti Khalila suka,” ujar Juleha menyerahkan satu kantong keresek penuh berisi makanan ringan.
MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#20“Paman harap kamu tidak akan goyah, Rani.” Hamsar menatap lekat keponakannya yang mulai ragu.“Tidak paman, aku hanya takut,” ujar Rani.“Takut kenapa?” tanya Hamsar.“Takut kalau mereka akan merampas Khalila dari tanganku.” Bibir Rani bergetar.“Tenanglah, paman akan selalu membelamu. Kita bisa pertahankan Khalila, kamu harus yakin itu. Sekarang, kembalikan saja uang itu, kalau perlu kirim pada kurir yang tadi atau kurir lain. Bilang saja kalau alamat rumahnya nyasar dan tidak ketemu. Dengan begitu, maka tidak ada alasan lagi untuk mereka menjadikan semua ini sebagai senjata,” ucap Hamsar memberi solusi.“Baiklah paman, akan kukembalikan,” sahut Rani.“Permisi!” Seseorang memanggil dari arah luar.Mande yang sedari tadi melamun sembari senyum-senyum sendiri pun buyar. Ia beranjak menuju daun pintu kontrakkan lalu membukanya.“Ada apa?” tanya Mande sedikit kesal.“Maaf pak, saya tidak menemukan alamat rumah Bu Rani, tadi saja saya hampir kes
MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#21Juleha ciut saat Hamsar memberi tatapan serius dengan telunjuk yang terangkat sebagai tanda penegasan darinya.“A-ah ... Lagian kan, kita ini keluarga. Rani dan Mande belum tentu resmi bercerai, ngapain sih kita harus ribut.” Juleha tergugu, sadar bagaimana posisinya sekarang dibanding dengan Hamsar yang mampu membeli rumah mereka dengan secara cash. Pasti Hamsar mempunyai banyak uang, pikirnya.“Lebih baik kita berdamai saja, anggap saja semuanya hanya angin lalu dan lupakan masalalu Yang tidak penting itu.” Juleha berusaha membujuk.Huh! Segampang itu mereka menyuruh Rani agar melupakan semua perbuatan yang sudah mereka lakukan. Apa dia pikir real life ini bisa disamakan dengan sinetron yang segampang itu membuang rasa sakit hati dan kenangan pahit. Terlebih lagi kenangan menyakitkan itu digores oleh suaminya sendiri, orang yang paling ia harapkan untuk memberinya perlindungan akan tetapi malah menyakiti dia dan tega mengusir anaknya sendi
MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YABG PIKUN#22Rani menggedor pintu rumah kontrakkan yang dihuni oleh Mande dan keluarganya, ia juga mendengar suara tangis Khalila yang nyaring. Sementara itu, terdengar suara mertuanya marah-marah seperti membentak seseorang.“Mande!” Teriak Rani di puncak amarah.“Keluar kalian semua!” Kembali Rani menggedor pintu rumah Mande, ia sangat geram dengan keluarga ini. Ada-ada saja ulah mereka yang membuat ia kesal. Entah dari segi omongan ataupun tindakan, semuanya selalu saja menyulut emosi dalam kalbunya.Sesaat hening, tangisan Khalila juga redam. Entah apa yang mereka lakukan, sekarang Rani sangat cemas dengan keadaan anaknya.“Rani.” Mande membukakan pintu sedikit dan melongokkan kepalanya.“Mau apa kamu kesini?” tanya Mande.“Mau apa? Tentu saja aku ingin menjemput Khalila!” tegas Rani.“Tidak bisa! Khalila juga anakku. Aku berhak untuk merawatnya,” sergah Mande.“Merawat? Dengan cara menyakitinya?!” Dada Rani mulai sesak, entah mengapa jika urusan men
MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#23“Ibu! Jangan pergi!” teriak Mande saat melihat Juleha melangkah kesal dengan wajahnya yang memberut dan bibir mengerucut sempurna.Juleha tak mengindahkan teriakkan putra sulungnya itu, ia tidak perduli sekarang apapun yang akan terjadi pada Mande. Sementara ia saja harus tetap memikirkan bagaimana menjalani kehidupan dan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan.“Heh!” Juleha melempar tasnya ke sembarangan, ia menghempaskan bokongnya pada kursi kayu yang ada di kontrakkan itu. Kesal, karena Mande tidak mau membagi sedikit uangnya untuk mereka.“Dasar anak pelit! Anak durhaka! Semoga saja menderita di dalam sel sana!” Umpat Juleha melontarkan sumpah serapah.“Apa sih, Bu, datang-datang marah-marah gak jelas?” tanya Manisah.“Ibu sekarang pusing! Gimana caranya kita bisa menyambung hidup tanpa pegangan uang. Sementara Mande tidak mau membagi uang tabungannya pada kita,” sungut Juleha sembari memegangi kepalanya yang jenong.“Terus gimana don
MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#24“Sebentar, Bun. Lila cas dulu,” ujar Khalila mengambil charger. Beberapa menit kemudian ia menghidupkan kembali ponselnya.“Tadi Bu Manisah ingin ngomong sama Bunda. Please, Bunda izinin Khalila untuk kuliah di Jakarta,” pinta Khalila memohon.Kemudian Khalila menelpon Vidio dosen tersebut. Rani dengan gugup mengambil ponsel itu dari Khalila, lalu bertatapan wajah dari layar ponsel dengan Manisah dosen dari universitas tempat Khalila ingin berkuliah.Manisah cantik, mempunyai rambut pirang dengan penampilan modis. Ia seperti terlihat baru berumur dua puluh tujuh tahunan. Huh! Rani mengelus dada lega ternyata Manisah yang menjadi dosen di universitas itu bukanlah Manisah mantan iparnya. Karena jelas terlihat dari perbedaan umur dan bentuk wajah serta rupa yang tak sama. Meskipun sudah lima belas tahun lamanya tidak mungkin Manisah berubah menjadi semakin muda.Mereka berbincang panjang lebar, Manisah meyakinkan kalau ia akan bertanggung jawab
MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#24"Sebentar, Bun. Lila cas dulu," ujar Khalila mengambil charger. Beberapa menit kemudian ia menghidupkan kembali ponselnya."Tadi Bu Manisah ingin ngomong sama Bunda. Please, Bunda izinin Khalila untuk kuliah di Jakarta," pinta Khalila memohon.Kemudian Khalila menelpon Vidio dosen tersebut. Rani dengan gugup mengambil ponsel itu dari Khalila, lalu bertatapan wajah dari layar ponsel dengan Manisah dosen dari universitas tempat Khalila ingin berkuliah.Manisah cantik, mempunyai rambut pirang dengan penampilan modis. Ia seperti terlihat baru berumur dua puluh tujuh tahunan. Huh! Rani mengelus dada lega ternyata Manisah yang menjadi dosen di universitas itu bukanlah Manisah mantan iparnya. Karena jelas terlihat dari perbedaan umur dan bentuk wajah serta rupa yang tak sama. Meskipun sudah lima belas tahun lamanya tidak mungkin Manisah berubah menjadi semakin muda.Mereka berbincang panjang lebar, Manisah meyakinkan kalau ia akan bertanggung jawab