Share

Bab 43

"Ma - Mama! Hu hu hu..." Tangis Aiswa kembali pecah. Kedua tangannya terulur hendak memelukku. Aku segera membungkuk dan menangkap pelukannya. Kuusap lembut punggungnya dan berkata, "Sabar sayang!"

"Mama, Tan Tan udah mati. Gak ada lagi temen main Ais di rumah. Hik hik hik..." kata Aiswa di tengah isaknya. "Ais sayang Tan Tan. Kalau Ais kesepian, Tan Tan selalu temenin Ais. Sekarang juga Om Tan Tan ga kesini sini. Ais kangen Om. Tan Tan sama Ais tungguin Om buat main bareng. Hu hu hu..."

Ya Tuhan, rasanya sakit sekali melihat putriku menangis tersedu sebab kehilangan teman seperti ini. Aku semakin mempererat pelukanku. Mencoba menguatkan hatinya yang pasti sudah sangat hancur saat ini.

"Mama," Aiswa berusaha melepaskan pelukan.

"Ya, Sayang!"

"Orang bunuh Tan Tan pakai ini," Aiswa menunjukkan sebuah tali sepatu warna orange di genggaman tangannya. "Dia juga sayat sayat tubuh Tan Tan. Tubuh Tan Tan banyak darah, Ma!" Aiswa kembali menangis tergugu mengingat sahabat kecilnya.

"Astaghfiru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
keren
lama baget bab barunya kak..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status