Leon tidak mau berpikir banyak ia memejamkan mata lebih dulu, ia aka menghubungi sang mama besok pagi setelah banguntidur. Leon tertidur pulas sampai menjelang pagi.
"Tidurku nyenyak sekali hari ini, emm oh iya lebih baik menelpon mama lebih dulu," Leon mengambil ponselnya.
"Tuan sarapan sudah siap, tapi aku ingatkan kau untuk menghubungi nyonya besar dulu," Haris mengingatkan Leon.
Leon sudah terlihat menelpon mamanya, Haris menjadi tenang dan melanjutkan pekerjaannya sebelum berangkat kuliah hari minggu ini. Beres merapikan barang Leon ia segera sarapan, mandi dan berpamitan berangkat menuntut ilmu.
"Tuan muda aku berangkat mencari ilmu dulu, sarapan sudah dimeja dan barangmu sudah siap didalam tas tinggal dibawa," ucap Haris segera pergi dari kamar studio itu.
"Oke Haris, terima kasih atas kerja bagusmu," seru Leon.
Leon memencet nomor ponsel mamanya, selang beberapa menit telepon itu tersambung, dan nyonya Atmaja marah-marah karena Leon
Nenek Leon ikut ingginmasak di rumah putranya, mereka seollah haus oleh pengakuan. Seorang menantu perempuan harus menurut apa kata keluarga suaminya. Mereka menunjukkan kekuasaan dan berpikir seorang istri hanya bisa menghabiskan uang suaminya. "Atmaja sudah lama kau tidak bertemu dengan mama, jadi biar mama yang memasak saja, kau juga rindu kan masakan mama?" tanya Nenek Leon. "Mama istirahat saja karena habis perjalanan jauh, Leon ingin memakan masakan mamanya," jawab Tuan Atmaja. Leon bisa merasakan masakaan mamanya setiap hari sementara tuan Atmaja tidak bisa merasakan masakan orang tuanya setiap hari. Itulah yang dijadikan alasan nenek Leon untuk membujuk putranya hari ini. "Ini adalah rumah keluarga Atmaja jadi keputusan ada di tangan papa, tunjukan seorang lelaki tegas yang biasanya papa tunjukkan padaku dong!" sindir Leon. "Kau anak baru kemarin sore sudah berani menentang papamu, inikah didikan dari Lina yang setip hari hanya diam di
Asik dari tuan Atmaja marah besar dan menuding kakak iparnya menghasut Leon untuk membencinya. Padahal Leon adalah darah daging dari sang kakak kenapa begitu tidak menghormati bibinya."Lihatlah istrimu kak, mendidik anak untuk membenci keluargamu sendiri, salahku dimana selalu minta uang padamu, kau kan sudah mapan segala hal tidak ada salahnya membantu perekonomian adikmu!" seru Anna yang berang."Kau lebih tua dari Leon tapi pikiranmu sangat sempit, tentu saja kau salah asal kamu tahu aku menguji Leon untuk keluar dari rumah ini beberapa bulan lalu," jawab tuan Atmaja.Lebih memperjelas ucapannya tuan Atmaja membeberkan fakta bahwa Leon lebih unggul dari Anna yang bisanya hanya meminta uang dan ribut dengan kakak iparnya.Beberapa kali dimodali usaha selalu bangkrut. Leon keluar dari rumah tanpa sepeserpun uang dan fasilitas dari papanya tapi bisa membiayai kuliahnya sendiri."Apa kau tahu biaya kuliah Leon itu berapa satu semester?" tanya tuan
Tuan Atmaja tentu saja akan mewariskan perusahaan perusahaan miliknya kepada Leon karena dia adalah putra semata wayangnya lalu kalau bukan kepadanya siapa lagi dia akan mewariskan perusahaan ini."Apa kau sedang meragukan papamu, kau ini adalah putra kandungku jadi kau yang akan mewarisi perusahaan ini," jawab tuan Atmaja."Papa tenang saja begini saja dulu, aku akan datang ke perusahaan seminggu sekali, tap sebagai karyawan freelance dan papa juga harus menggajiku dengan demikian aku akan mengetahui bagaimana perusahaan itu berjalan," ucap Leon.Selanjutnya Leon meminta papanya berhenti menyuplai keuanagn untuk adiknya dengan kata lain papanya sudah tidak muda lagi dan perusahaan nantinya akan berpindah tangan menjadi milik Leon. Tidak mungkin kan sampai perusahaan itu berpindah tangan adik dari papanya itu akan selalu menggantungkan hidup dari Leon."Kau ini anak yang cerdas, benar-benar anakku, aku bangga padamu, baik papa setuju!" seru tuan Atmaja.
Leon mengangguk ia tidak keberatan jika sang papa mengantarnay bekerja itu akan sangat bagus bukan. Tuan Atmaja sangat senang bisa mengantar Leon bekerja ini seperti saat dahulu mengantar Leon pergi ke sekolah. "Baiklah ayo pa nanti aku terlambat, itu sangat tidak etis kalau janji dengan seseorang kita datang terlambat," ucap Leon. "Kau benar-benar mewarisi gen papamu, disiplin dan tepat waktu," balas tuan Atmaja sembari tertawa lebar. Tuan Atmaja mengantar Leon untuk pergi ke lulu fasyen sedangkan nyonya Atmaja tetap dirumah meninggalkan Anna dan ibu mertuanya yang sedang marah dan tak terima. tuan Atmaja memperlakukan adiknya sejahat itu bagi mereka. "Lina kau sungguh jahat sudah puas kau membuat kakakku mengucilkan adiknya sendiri?" teriak Anna. "Sudahlah Anna sekarang kakakmu sedang marah, nanti mama akan bantu untuk membujuknya setelah kembali," ucap Nenek Leon yang membujuk Anna supaya tidak marah lagi. *** Leon sam
Leon juga memberikan bingkisan untuk mamanya. Tuan Atmaja begitu antusias membuka bungkusan kado dari Leon. Hatinya berdebar apakah isinya."Leon ini jam tangan mahal, kenapa kau berikan ini pada papa?" tanya tuan Atmaja."Papa hari ini Leon mendapat bonus yang menurut Leon besar. Uang pertama dari kerjaku yang begitu besar aku ingin membelikan barang untuk papa dan mama walaupun Leon tahu ini tidak ada apa-apanya dibanding jasa mama papa membesarkanku," ucap Leon.Tuan Atmaja memeluk putra semata wayangnya itu. Beliau terharu karena pernah keras padanya meminta ia keluar dari rumah tanpa membawa barang apapun uang serta fasilitas lainnya tak sepeserpun ia bawa."Sayang, papa pikir kau selamanya akan membenci papa karena telah mengusirmu dari rumah," ucap tuan Atmaja sambil berderai air mata."Leon tidak marah, justru papa membuat Leon mengerti bagaimana rasanya mencari uang itu, capek sudah pasti tapi akan terbayar jika kita sudah gajian," jawab L
Leon berdiri dari rebahannya dan membuka pint kamar yang ternyata dari sang mama. Beliau hanya sekedar mengucapkan semalam malam dan istirahat untuk sang anak kesayangan yang hari ini membuatnya bangga."Selamat malam Leon, segeralah istirahat dan mimpi indah," ucap Nyonya Atmaja seraya pergi meninggalkan Leon ia masih mengira bahwa Leon adalah anak kecilnya yang dulu."Selamat malam juga mama, jangan lupa istirahar karena mama banyak pekerjaan esok hari," Leon menutuup lagi pintunya.Ternyata dari sang mama, Leon berpikir ada apa malam-malam mengetuk pintu seperti itu ternyata hanya mengucapkan selamat malam, Leon berpikir harus mengucapkan selamat malam unruk Velope juga, wanita idolanya yang ia cintai sepenuh hati.[Selamat malam nona Velope, lekas istirahat karena kau pasti sudah capek] ketik Leon pada pesan singkat yang ditujukan untuk Velope.[Terima kasih telah mengingatkanku tuan Leon, aku memang ingin segera tidur] balas Velope.Leo
Leon tersenyum lebar menapatkan pertanyaan seperti itu, bukan wajah yang dia cintai melainkan kepribadian yang dimiliki oleh wanita yang akan mendampingi hidupnya kelak."Nona jika aku mencintai seseorang yang aku cintai adalah kepribadiannya bukan parasnya yang rupawan," ucap Leon."Ah yang benar, lelaki mengucapkan itu hanya diawal saja, pada kenyataannya saat sudah menikah dan si wanita sibuk mengurus anak menjadi dekil dia akan mencari wanita yang lebih menarik lagi dari istrinya," jawab Velope mengingat kejadian yang ada disekitarnya.Leon menghela nafas itu sebagian lelaki kenapa jadi disangkut pautkan ke semua lelaki yang ada didunia ini. Yang jelas Leon akan mencitai orang yang ditakdirkan menjadi istrinya kelak apapun yang terjadi, walaupun rambutnya sudah memutih dan tak lagi cantik seperti sedia kala ia akan tetap menemani sampai tua karena sudah dipilih oleh yang maha kuasa untuk menemaninya."Mungkin yang bertindak seperti itu adalah lelaki l
Lampu penerangan yang besar dan berat itu sudah terjatuh ke lantai dengan dentuman yang sangat keras. Hanna masih lemas karena melihat Velope yang kakinya terkilir di tengah-tengah ruangan. pakah Velope akan selamat dari bencana ini."Nona Velope ...," teriak Hanna sambil menangis dan mencari bantuan untuk menemukan bosnya."Hanna aku baik-baik saja, hanya cedera kaki saja, ayo antar aku ke rumah sakit," ucap Velope yang berhasil diselamatkan oleh kru yang lainnya.Hanna memeluk Velope dengan perasaan yang campur aduk, tak tahu lagi bagaimana jika tadi Velope kerubuhan lampu yang berat itu. Velope mengerti apa yang dirasakan asisten kecil yang sudah seperti adiknya sendiri itu."Nona aku sungguh takut terjadi apa-apa denganmu," ucap Hanna yang masih merasakan kesedihan."Sudah-sudah jangan menangis lagi aku sudah tidak apa-apa kan?" tanya Velope.Velope diantar ke rumah sakit oleh beberapa kru, dalam sekejap berita tentang jatuhnya lampu pen