Sena melihat sekali lagi alamat rumah yang ditulis di kertas, di tangannya. Lalu melihat ke rumah mewah yang sedang ramai kedatangan tamu.Sena memiringkan kepalanya dengan bingung saat mengingat informasi yang diberikan Adrian, bahwa rumah yang ditempati sekarang, disewa memakai uang Ducan. Adrian sudah menelusuri uang perusahaan yang digunakan dan dikirim ke pemilik rumah.Adrian menjelaskan ketika mereka berdua saat perjalanan menuju rumah sewa Ducan."Dia beranggapan bisa lolos dan membodohi kami dengan memakai rekening salah satu bawahannya, setelah penarikan uang dalam jumlah besar. Tapi dia lupa bahwa orang yang menarik, memasukan ke dalam rekening dan juga mengirimkannya ke pemilik rumah, adalah orang yang sama. Kebetulan orang yang dia suruh, dipecat atas tuduhan palsu.""Tuduhan palsu?""Penyelewengan pajak dan juga menimbun stok.""EH?""Anda tahu masalah tentang minyak goreng yang langka?""Ya.""Ducan menimbun stok minyak goreng yang akan dijual, lalu ketika sudah menjadi
Sena memiringkan kepalanya dan menyipitkan kedua matanya ke Julia. "Jadi, nama kamu Julia? Beberapa hari lalu, setelah upaya pembunuhan yang dilakukan kekasih suami aku, dia menyuruh seorang perempuan untuk pergi ke rumah, mengambil semua pakaiannya."Kata para pelayan di rumah sih, kelakuannya seperti anak kecil dan seorang artis. Tapi-" Sena menatap Julia dari atas sampai bawah dengan tatapan merendahkan. "Sepertinya kamu kekasih lain lagi?"Julia menaikkan dagu dengan angkuh. "Ah, si artis yang menjijikan itu? Dia sudah lama didepak karena terlalu manja dan menjijikan bagi Ducan. Perempuan itu merasa paling cantik dan hebat, padahal dia hanya artis kelas kacangan."Sena tersenyum kecil lalu bertepuk tangan. "Wah, tidak aku sangka. Selamat ya, sudah berhasil mendapatkan hati Ducan, bahkan uangnya sekaligus.""Anda bicara apa? Justru anda yang tidak sopan sama sekali. Masuk ke rumah orang tanpa izin!" Bela teman Julia.Temannya yang lain dan tahu siapa Ducan, juga membela Julia. "Dia
Sena mengancam ketiga wanita yang berbuat kasar kepadanya. "Aku akan melaporkan kalian semua ke polisi karena kumpul kebo! Kalian pikir negara ini bukan negara hukum?!" teriaknya.Julia tidak peduli dan masih menarik Sena ke arah dapur, dia terlalu malu menghadapi teman-temannya, tapi dia tidak bisa dihina lagi oleh wanita asing yang tidak tahu apa pun tentang dirinya. "Ducan yang mengejar aku, dia yang memberikan segalanya! Kamu hanya jalang tidak berguna yang dijual keluarga!""Benar, setidaknya sahabat kami lebih berharga dari kamu yang hanya mengandalkan kekuatan suami!""Wanita tidak tahu malu!"Lihat, bukan? Siapa sebenarnya yang jalang sekarang? Mereka bahkan berani bersikap tidak sopan terhadap Sena, meskipun di depan teman-teman Julia. Sena juga merasa dirinya salah karena tidak membawa bodyguard sewaan untuk menemaninya. "Hah! Apa bedanya dengan para wanita seperti kalian yang suka mengambil suami orang? Kalian menghina aku, lantas kalian tidak bisa bercermin sekarang? Aku
Sena yang sudah berdiri di luar gerbang dalam keadaan hujan, diusir oleh suami sendiri dan dikunci di depan gerbang, tidak tahu harus berbuat apa. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?Sena merogoh handphone di saku jaket, memastikan handphonenya aman dan segera mencari tempat berteduh terdekat.Adrian pasti pura-pura tidak mengenalinya. Ya, pria itu pasti memiliki rencana yang baik untuk masa depan mereka berdua. Tunggu! Tidak!Sena menggigit kuku jari jempolnya dengan bingung. Dia sudah berjanji akan selalu disisiku dan tidak akan meninggalkan aku. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?"Lihat itu, si janda kegatelan datang lagi ke rumah keluarga Emrick.""Tidak tahu malu! Padahal dia sudah diceraikan!""Kalau lakinya tidak mau, ya tidak perlu paksa dong. Memangya kalau sudah dipaksa, dapat apa? Duit?""Berarti benar, gosip yang beredar- dia sudah menjual dirinya demi uang."Sena semakin bingung dan melihat handphone. Jantungnya berdebar keras ketika melihat tanggal dan waktu
Adrian yang perasaannya tidak enak, bergegas masuk ke dalam rumah. Dia melihat Sena sudah tergeletak di kamar mandi dan berteriak. "NYONYA!"Julia dan kedua sahabatnya saling berpelukan, bingung dengan perubahan yang mendadak."Aku tidak menyentuhnya," kata salah satu sahabat Julia."Aku hanya membuka pintu," sahut sahabat Julia yang lain.Julia menggigit bibirnya dengan bingung. "Aku tidak tahu apa pun, dia yang memaksa masuk ke dalam rumah."Adrian melihat belakang kepala Sena yang sudah digenangi dengan darah. "Nyonya."Sena membuka mata lalu menyentuh pipi Adrian dan tersenyum. "Ak... hirnya... ....ku..."Adrian tidak bisa mendengar dengan jelas suara Sena dan menghubungi ambulans, benaknya berkecamuk tapi dia harus tetap menjaga akal sehat untuk menyelamatkan Sena.Julia hampir menangis bersama kedua sahabatnya, sekarang mereka bertiga tidak bisa melarikan diri. Sementara ketujuh teman mereka, pamit pulang tanpa pamit karena tidak mau dilibatkan.Salah satu teman arisan Julia men
Ducan marah dengan tindakan Adrian, bahkan bodyguard dari keluarga ayahnya pun datang untuk menghalangi."Jangan mendekati Nyonya.""Ducan, aku minta maaf- ini bukan salahku, aku tidak menyangka dia akan terjatuh dan membentur wastafel. Aku-" Julia semakin panik dengan sikap tidak peduli Ducan, dia tidak ingin kehilangan Ducan. "Ducan, kamu percaya sama aku kan?"Ducan tidak peduli, tatapan matanya masih melekat pada Adrian yang menghalanginya.Ducan memang tidak peduli pada Sena, dia takut wanita itu akan melakukan gerakan menuntut dirinya, dia juga takut ayahnya akan marah karena melukai Sena di rumah seorang pelacur.Julia memang kekasih Ducan, tapi wanita itu juga dianggap pelacur. Ketika tidak berguna sama sekali, dia tidak akan menoleh.Petugas ambulans membawa kereta dorong berisi Sena, Adrian hanya meliriknya sekilas, tidak berani maju karena dihalangi.Setelah semua kekacauan hilang dengan sendirinya, pelayan di rumah juga membersihkan darah di kamar mandi. Ducan menatap ding
Ducan menatap Sena yang sudah tertidur pulas setelah mendapat jahitan di belakang kepala dan dokter mengabarkan kondisinya sudah stabil, wanita yang sudah menjadi istrinya itu tidak bergerak sama sekali. Adrian mendampingi Sena, setelah mengabarkan kondisinya ke ayah Ducan.Ducan kecewa pada Adrian. "Kamu seharusnya tidak melaporkan kepada ayahku, ini hanya pertengkaran kecil.""Salah satu terluka, sudah bukan pertengkaran kecil lagi. Tuan muda.""Kamu bertindak seperti itu, hanya untuk menjilat Ayah. Sekarang aku jadi memikirkan perkataan teman-temanku. Sangat berbahaya menempatkan kamu di sisi Ayah, karena bisa saja- kamu menggantikan posisi aku.""Ada rapat dewan direksi dan komisaris, posisi tidak bisa dirubah begitu saja. Anda juga harus percaya diri menghadapi mereka semua, saat menggantikan Tuan besar.""Benar, memang ada mereka. Tapi jangan lupakan, kamu yang selalu di sisi Ayah dan bisa menjilat mereka semua." Ducan menatap Adrian dengan tatapan kebencian. "Kamu bahkan bisa
Julia memang tidak pernah hidup mewah seperti sosialita yang selalu memakai barang mahal, tumbuh di lingkungan kalangan menengah ke atas. Orang tuanya memiliki bisnis pakaian jadi kecil-kecilan yang dititipkan ke beberapa toko baju. Namun, semangatnya untuk memajukan bisnis keluarga patut dikagumi. Tidak hanya menjalankan bisnis orang tuanya, Julia pun belajar membuat perhiasan dengan tangannya sendiri. Kerja kerasnya bisa membuat bisnis warisan orang tua sekaligus bisnis sendiri bisa maju, meskipun tidak sehebat keluarga Emrick yang mampu membuat takut kalangan ormas atau oknum pejabat yang suka memalak pengusaha. Julia harus mati-matian menjaga bisnisnya sendiri, itulah sebabnya dia bersandar pada Ducan, disamping mendapatkan manfaat kekayaan lainnya. Julia menggigit bibir dengan geram. Padahal aku sudah berusaha keras supaya bisa mencapai di posisi sekarang, aku tidak akan memaafkan siapa pun yang sudah mengacaukan semua usaha aku. Batinnya. Termasuk Sena sialan itu, suatu hari