Rinai hanya menyipitkan mata dan tak ingin lebih banyak terlibat dengan calon menantu Nyonya yang ternyata gayanya bak artis ibu kota. Dia langsung keluar di antar supir.
Sementara itu, Angel sudah tiba di depan kamar Wira. Dia mendorong begitu saja pintu kamar itu tanpa diketuk. Ketika tiba di dalam, rupanya Wira baru saja selesai mandi dan masih memakai handuk yang dililitkan pada pinggang. Angel sontak menelan Saliva melihat dada bidang yang sandarabel itu. Dia mendekat, akan tetapi Wira menatap murka.
“Siapa yang mengijinkanmu masuk? Pergi dari kamarku, sekarang!”
Wira menatap kesal pada Angel yang masuk ke dalam kamar secara tiba-tiba. Gadis itu malah tersipu dan menutup daun pintu. Dia seolah terhipnotis dengan pemandangan mengagumkan yang ada di depannya. Wira menggeleng kepala, dia berjalan mendekat d
“Ririn! Es kelapanya tambah dua lagi, ya!” teriak Mami pada gadis yang tengah mengantri di penjual es kelapa yang tak jauh dari sana. Sontak Satrio menoleh ke arah mata Mami memandang, karena nama itu begitu familiar di telinganya. Kedua netranya berbinar. Satrio menepuk bahu Wira sambil berucap.“Tan, kalau jodoh gak kemana memang! Rupanya cewek yang gue taksir itu asisten Mami lu!”Kedua netra Wira mengikuti arah tatapan Satrio. Bersamaan dengan itu Rinai tengah menoleh ke arahnya karena teriakan Mami tadi. Keduanya bersitatap sejenak, lalu Rinai kembali membuang muka. Wajah Wira sedikit menegang, bagaimanapun dia masih menyembunyikan siapa dirinya yang sesungguhnya dari Rinai. Seketika otaknya berputar mencari cara, bagaimana menjelaskan padanya tanpa membuat Mami curiga.“Hey, Tan! Lu kenapa b
“M—maksudku, bagus ‘gak, Mas?”Rinai mengulangi kalimatnya seraya mengalihkan pandangannya pada Satrio. Tatapan dari Satrio dan Angel lah yang akhirnya membuat Rinai sadar di mana mereka berada kini.Satrio tersenyum, mengangguk dan mengacungkan dua jempolnya. Meskipun hatinya sempat bingung dengan kekajadian yang janggal tadi.Satrio dan Wira pun bergantian berganti kemeja kerja mereka dengan kemeja lengan pendek dengan motif senada dengan yang Rinai gunakan. Satrio menatap tak terima ketika Wira berjalan mendauhuluinya ke mobil. Kenapa lelaki itu menyamai motif pakaian wanita yang disukainya. Namun tak lagi banyak berdebat, gak enak.Kedua orang dewasa itu kini tampak tak lebih daripada dua anak kecil yang berebut mainan. Dia saling menilik dalam
“Berjanjilah untuk menikah denganku! Aku akan mengenalkanmu pada Mami sekarang! Berjanjilah kau bersedia membangun rumah tangga bersamaku!” ucap Wira berbisik di telinga Rinai.Belum Rinai menjawab. Daun pintu terbuka lebar. Mami yang baru saja hendak memanggil Wira membeliak kaget menatap adegan yang ada di depannya.“Wira!”“Ririn!”Kedua netra Rinai sontak membulat. Dia hendak melepaskan tangan Wira yang melingkar, akan tetapi lelaki itu malah mengeratkan pelukannya meski tak sampai membuatnya sakit. Wira mengangkat wajah lalu tersenyum pada Mami.“Syukurlah kalau Mami tahu lebih cepat!” ucap Wira santai. Meskipun enggan, akhirnya dia melepas pelukannya karena Rinai tak berhenti m
[Pewaris utama Dharma Grup tampak sudah menjatuhkan pilihan masa depannya. Tuan Sultan Prawira dipergoki tengah bergandengan mesra dengan seorang wanita di sebuah mall. Keduanya tampak serasi.][Tuan Sultan sudah mengkonfirmasi, jika wanita yang beruntung itu bernama Rinai Senja. Dia meminta doa dari semuanya agar hubungan mereka bisa sampai jenjang pernikahan.]Bukan hanya Tasya yang kini tengah terkejut akan berita yang bermunculan di sosial media itu. Seseorang yang tadi diminta Wira menghubungi wartawan bahkan tidak kalah kagetnya, dialah Satrio.Satrio menatap penuh pertanyaan pada berita yang berseliweran dan dari sumber yang terpecaya itu. Situs detaknewscom yang memberitakan, wartawan yang tadi dia hubungilah berarti yang menyebarkan kabar terbaru itu.&nbs
Wira sudah tiba di sebuah rumah sakit. Dia langsung menuju ke IGD. Mencari pasien atas nama Satrio.“Di sebelah sini, Pak!”Seorang perawat mempersilakan Wira ke arah di mana Satrio berada. Perawat itu menampilkan senyum termanisnya, bagaimanapun dia tahu dengan siapa dirinya berbicara. Seorang putra konglomerat yang karirnya tengah disoroti oleh media dan para kaum hawa.“Makasih, Sus!”Wira mengikuti langkah suster itu. Pandangannya beredar ke sekitar. Tak berapa lama tampak Satrio yang tengah terbaring dengan perban di dahinya. Lelaki itu menoleh pada Wira.“Sat, kok bisa? Lagi ngadu ilmu?” ejek Wira sambil menepuk bahu Satri
“Ayah!” Suara Tasya membuat kesadaran Harsuadi kembali.“Emh, apa sih, Sya?!” ucap Harsuadi sedikit keras. Sebetulnya pikirannya sedang tidak ada di tempat.“Gimana tentang rencanaku tadi?” selidik Tasya.“Nanti ayah pikirkan!” ucap Harsuadi tidak bersemangat.Semua orang pasti mengira jika dia adalah ayah kandung Rinai, termasuk gadis itu sendiri yang sengaja tak diberi tahu oleh Harum. Perempuan itu totalitas ingin mengubur masa lalunya dan jati diri ayah kandung Rinai yang sesungguhnya. Namun Harum melupakan suatu hal, jika anaknya adalah seorang perempuan. Rinai akan mencari ayah kandungnya ketika dia akan menikah nanti.“Ck! Ayah kok gitu, sih? Pastinya ayah tuh lebih
Harsuadi yang baru saja pulang dari rumah Harum sudah ditunggui oleh Kamelia dan Tasya. Baru saja dia masuk, dua pasang mata itu menatapnya penasaran. Tisya dan Hengki pun baru saja keluar dari dalam rumah dan menyapa alakadarnya. Tampak dia membawa tentengan yang isinya tidak lain adalah beras dan sembako lainnya yang tiap minggu diambilnya dari rumah Harsuadi. Tisya kini bahkan tengah hamil, yang pastinya dia hamil anak dari Rendi bukan Hengki. Namun lelaki itu pun oke saja, selama bisa numpang hidup dengan istri dan mertuanya.“Kalian mau pulang?” sapa Harsuadi menatap anak menantunya yang sudah menaiki motor. Keduanya mengangguk dan mengiyakan.“Iya, belum masak di rumah!” ujar Tisya sambil memanyunkan bibirnya. Dia belum masak karena memang persediaan beras dan beberapa sembako lainnya sudah habis.
Angel memanggil lirih mengalihkan perhatian semua yang tengah tak nyaman akan keadaan yang terjadi.“Sayang, mau apa?” Tante Elissa mendekat dan membelai sayang kepala Angel.“Minum,” lirihnya.Dengan cekatan, Tante Elissa mengambilkan air mineral dalam botol. Didekatkannya sedotan itu ke mulut Angel. Beberapa teguk sudah mampu menghilangkan dahaganya. Angel menyudahi minumnya.“Mah, Wi-ra ma-na?” ucapnya terbata. Tante Elissa melirik ke arah Wira dan mengisyaratkan untuk mendekat.“Kami di sini, Angel!” ucap Wira. Dia mengisyaratkan Satrio dan Rinai untuk ikut bersamanya mendekat.