“Fedrick!”Seruan seorang wanita yang baru saja keluar dari rumahnya membuat pria yang berjas rapi tersebut tersenyum dengan sangat lebar."Kau sangat cantik, Bela." Ucap Fedrick dengan lembut."Kau juga tampan. Ayo, aku sungguh tak sabar makan malam denganmu." Ucap Bela sambil menggandeng tangan Fedrick bersamanya.Hingga mereka berdua masuk ke dalam mobil milik Fedrick.Mereka saling bertukar cerita tentang apa saja yang telah mereka lalui selama mereka tidak bertemu.Mereka masih saja akrab seperti dulu dan Fedrick sangat mensyukuri itu, tak ada yang berubah dengan Bela."Kita sudah sampai." Ucap Fedrick saat mobil berhenti di sebuah restoran mewah bintang lima yang sudah direservasi oleh Fredrick sebelumnya.Karena tempat ini tergolong terkenal mewah dan jika tidak mereservasi maka mereka akan ditolak karena semua meja sudah penuh."Ini menunya, tuan, nona. Saya akan kembali lagi lima menit untuk mencatat pesanan anda." Ucap pelayan tersebut lalu meninggalkan keduanya untuk memili
“Dokter belum mengijinkan kamu pulang.” Ucap Dariel dengan datar.“Aku ingin istirahat di rumah saja, aku sangat jenuh berada di rumah sakit.” Ucap Lucia yang memaksa ingin pulang karena dia tak bisa melakukan apapun disini dan dia adalah wanita yang cepat bosan dengan suasana yang begitu-begitu saja.Dariel yang mendengarnya menghela nafasnya.“Baiklah.”Lucia langsung tersenyum cerah saat mendengarnya, dia langsung melepaskan infusnya dan berdiri dengan segera dari ranjangnya.Dariel yang melihatnya sangat terkejut karena apa yang dilakukan oleh Lucia tiba-tiba.“Kita harus memanggil suster terlebih dahulu, lihat darahmu keluar.” Ucap Dariel dengan tak habis pikir pada wanita itu.“Tak perlu aku bisa menanganinya, aku sudah sangat tidak sabar untuk keluar dari rumah sakit ini.” Ucap Lucia dengan semangat.Dariel yang mendengar itu hanya bisa menghela nafasnya, dia tak habis pikir dengan kelakuan Lucia itu.“Aku akan mengemasi barang mu dulu.” Ucap Dariel lalu dia bergerak untuk menu
Sebuah markas rahasia organisasi pemberantasan kegiatan ilegal disibukkan dengan mencari dalang dari kasus Polandia.Ellard sebagai ketua terdiam untuk sejenak memikirkan siapa pemilik dari aktivitas ilegal ini, dia mencium kecurigaan jika sepertinya pemilik ini memiliki pengaruh kuat di beberapa negara. Namun, saat mereka ingin menelusuri lebih dalam mereka berhenti di satu titik saja dan tak menemukan titik terang.“Apa kau masih belum berhasil Zax?” Tanya Ellard dengan dingin.Zax adalah hacker terbaik mereka yang belum terkalahkan oleh siapapun, tapi sepertinya sekarang tidak.“Sangat sulit, sistemnya sangat kuat, tuan.” Hanya itu saja sejak beberapa terakhir yang Zax bisa katakan, karena memang sangat sulit bahkan Ellard juga mengakui itu.“Apakah benar-benar hilang kota itu?” Tanya Ellard lagi, karena dia sampai saat ini bahkan tak bisa mempercayainya.“Ketika kita mulai mendekat untuk memata-matai malam itu, semua menghilang saat malam berikutnya. Sepertinya kita sudah diketah
Dariel pria yang dianggap lumpuh tak berguna itu banyak menyimpan rahasia yang orang lain tidak mengetahuinya.“Tuan, data keuntungan kita naik di tahun ini sebanyak tiga puluh persen.” Ucap Viktor saat ini di kamar milik Dariel.Dia sudah memastikan semuanya jika pembicaraan mereka aman.“Apa kau sudah mengirimkan pasokan barang ke wilayah Austria?” Tanya Dariel dengan dingin.“Sudah dalam perjalanan udara tuan, dengan beberapa mobil Box makanan.”“Baguslah, kalian bekerja dengan baik.” Ucap Dariel dengan puas.“Apa anda sedang mengecek sesuatu, tuan? Tidak begitu biasanya anda membuka laptop anda kecuali keadaan mendesak.” Viktor menyampaikan rasa penasarannya.“Hanya melihat tikus kecil yang ingin meretas data ku.” Dariel menyeringai sambil melihat ke arah laptopnya dengan serius.“Apa ini ada hubungannya dengan organisasi itu, tuan?”“Siapa lagi? Di dunia ini hanya mereka yang berani mengganggu kita.”“Apakah anda tak ingin bergerak menghancurkan mereka, tuan? Kita lebih kuat diba
Mata yang sebelumnya terpejam kini terbuka perlahan, mulutnya menguap tanda dia baru saja bangun dari tidurnya.Namun, dia tak melihat ada orang yang ada di sebelahnya.“Dimana Dariel?” Gumam Lucia karena pria itu tak ada di ranjangnya.Dia langsung melihat ke arah jam yang berada di dinding kamar tersebut. Dia sangat terkejut saat jam menunjukkan pukul delapan pagi.“Apakah tidurku begitu nyenyak hingga aku bangun kesiangan?” Ucap Lucia dengan terkejut.Dia pun langsung bangun dari kasur milik Dariel yang nyaman itu lalu merapikannya baru dia keluar dari kamar tersebut.Saat dia keluar, bau masakan yang sangat lezat tercium dari inderanya hingga dia menuju ke dapur untuk melihat.“Kau sudah bangun?”Saat Lucia menuju ke dapur, Dariel langsung menatap ke arah Lucia.“Maaf aku bangun terlambat, apakah kau sudah bangun sejak tadi?” Ucap Lucia yang merasa tak enak dan malah membiarkan pria itu memasak untuk sarapan mereka.“Satu jam yang lalu. Cucilah mukamu dulu, aku akan menyiapkan mak
“Kenapa berhenti?”Dariel bertanya pada wanita itu, namun Lucia hanya terdiam sambil melihat ke arah belakang.“Sepertinya aku merasa ada orang yang mengawasi kita tadi. Apa kau juga merasakannya?” Tanya Lucia sambil terus mengedarkan pandangannya.Dariel menaikkan alisnya, lalu juga ikut melihat ke arah mana Lucia melihat.“Mungkin hanya perasaanmu saja, ini adalah tempat umum. Jadi bisa saja mungkin ada orang lain yang tak sengaja menatap kita tadi saat mereka juga melakukan ziarah.” Ucap Dariel pada Lucia.Lucia pun mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya menuju ke parkiran mobil mereka."Akan kemana lagi kita? Apakah kau tak ingin berziarah di pemakaman kedua orang tuamu? Bukankah aku sudah mengenalkanmu pada ibuku, tapi kamu belum mengenalkan mereka padaku." Ucap Lucia saat mereka sampai di parkiran.Dariel menatap ke arah Lucia dengan diam.“Baiklah.”Lucia yang mendengar itu tersenyum cerah. Mereka pun masuk ke dalam mobil dan menuju ke tempat pemakaman kedua orang tuan Dariel.
“Apakah Ernest ada di ruang kerjanya?” Bela yang baru tiba di perusahaan besar Filbert tersebut langsung menghampiri sang resepsionis yang berjaga di sana.Resepsionis wanita dengan name tag Vivian tersebut tersenyum ramah pada Bela.“Apakah anda sudah mengatur janji temu dengan tuan Ernest, nona?”“Sudah, dia bilang bisa ditemui saat jam makan siang.” Ucap Bela pada resepsionis itu segera.Vivian mengangguk dan memanggil sekretaris Ernest untuk mengkonfirmasi hal tersebut.“Permisi, tuan Chris. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan tuan Ernest. Beliau mengatakan jika sudah membuat janji temu dengan tuan Ernest. apakah itu benar?” Tanya Vivian dengan nada sopan.“Apakah dia bernama Arabela Moore?”Tanya sekretaris Chris pada Vivian.Vivian yang mendengar itu segera menutup salah satu speaker bawah telepon tersebut dan menatap ke arah Bela.“Apakah saya boleh tahu nama anda, nona?”“Arabela Moore.” Ucap Bela dengan datar.Vivian mengangguk dan menjawab pertanyaan sekretaris Chris.“B
Dress cantik dengan motif bunga krisan kuning Lucia kenakan dalam acara makan malam dengan tuan besar Filbert. Ketika dia sudah siap dengan tampilannya, dia mulai turun dari kamarnya. “Apa kau sudah siap?” Tanya Dariel saat Lucia turun dari tangga. “Sudah.” Ucap Lucia sambil tersenyum tipis dan menghampiri Dariel. “Kenapa rambutmu masih basah?” Tanya Lucia dengan menaikkan alisnya saat melihat rambut Dariel terlihat masih meneteskan air dari sana. “Sebentar.” Ucap Lucia sambil mengambil handuk untuk pria itu. “Aku tahu kau masih membenci dan tak menyukai kakek, tapi kau harus merawat dirimu sendiri. Jangan membiarkan rambut basah terlalu lama atau kau akan masuk angin dengan itu.” Lucia menasehati Dariel sambil mengeringkan rambut pria itu. Dariel hanya diam saja, menikmati perawatan wanita itu darinya. Lucia lalu mengambil sisir untuk merapikan rambut pria itu kembali. “Sudah, kita akan terlambat nanti." Ucap Lucia sambil menaruh sisir di meja. Mereka langsung masuk ke dala