“Kau kenapa Lucia?” Suara Dariel mengejutkan Lucia dari lamunannya.Lucia tersenyum tipis, “Tidak apa-apa, habiskan sarapanmu. Aku akan pergi sekarang.” Ucap Lucia sambil memindahkan piring kotornya ke wastafel.“Kau akan kemana?” Tanya Dariel yang bingung dengan perubahan Lucia sejak tadi.“Ada pekerjaan, hari ini aku tak pulang tapi kau jangan lupa jam sembilan pagi untuk jadwal operasi ya.” Ucap Lucia segera lalu menuju ke kamarnya tanpa menunggu balasan dari Dariel.Lucia tampak seperti buru-buru pergi dari rumah ini, bahkan dia tak meminta Victor untuk mengantarkan dirinya.“Ada apa dengannya?” Gumam Dariel yang merasa ada kejanggalan dari perilaku Lucia hari ini.Dariel merasa bingung dan cemas saat melihat perubahan dalam perilaku Lucia. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres, terutama setelah Lucia berbicara dengan suara yang terdengar begitu dingin dan tidak biasa. Pertanyaan Dariel terhadap dirinya sendiri semakin bertambah saat Lucia dengan cepat meninggalkan rumah tanpa m
"Apakah Anda benar-benar akan menjalani operasi hari ini, Tuan?" tanya Victor dengan suara ragu, sementara mereka berada dalam suatu ruangan.Dariel melirik dari koran yang sedang dibacanya. "Ya, ada apa?" tanyanya dengan nada dingin."Perasaan saya tidak baik, Tuan," ungkap Victor dengan jujur, mencoba mengutarakan keraguannya.Dariel menatap Victor dengan tajam, mempertimbangkan kata-kata pria itu. "Jangan terlalu berpikir. Panaskan mobil dengan cepat. Kita tak boleh terlambat," ucap Dariel dengan suara datar.Victor mengangguk, meskipun masih terlihat cemas. Dia tahu bahwa operasi yang akan dijalani oleh tuannya itu bukanlah operasi yang mudah.Setelah menunggu beberapa menit sebelum mobil siap, Dariel menghubungi Lucia untuk menanyakan apakah dia sudah berada di rumah sakit atau belum. Dia khawatir wanita itu menunggunya.“Lucia, kau berada di mana sekarang?” Tanya Dariel langsung."Dariel, aku sudah di rumah sakit," jawab Lucia melalui telepon.Dariel merasa lega mendengar kabar
“Lempar bom bius untuk melumpuhkan mereka,” ucap Ellard dengan suara dingin pada bawahannya.“Baik, tuan,” jawab bawahannya dengan cepat.Dengan gerakan cekatan, bawahannya melemparkan bom bius ke arah kelompok anggota XFox yang masih berjuang dalam pertempuran. Bom tersebut meledak dengan suara kecil dan melepaskan gas bius yang segera menyebar. Tidak lama kemudian, anggota XFox yang terkena dampak gas bius tersebut langsung terkapar tak sadarkan diri di tanah.Ellard melihat adegan ini dengan senyuman tipis. Meskipun situasinya kritis, dia telah merencanakan setiap langkah dengan matang. Penggunaan bom bius adalah taktik yang efektif untuk melumpuhkan lawan tanpa membunuh mereka. Dia ingin memastikan bahwa para anggota XFox tidak terluka serius, meskipun mereka sedang dalam pertempuran sengit.Saat melihat anggota XFox yang terkapar, Victor dan Vinn yang berada di dalam pertempuran pun terkejut dan memahami bahwa situasinya telah berubah drastis. Mereka terpaksa mundur karena tidak
Lucia segera menanggapi situasi yang sangat darurat ini. Dia merasa keringat dingin membasahi dahinya saat melihat detak jantung Dariel yang tiba-tiba berhenti. Para suster yang hadir di kamar tersebut segera membantu Lucia untuk mengambil alat pacu jantung dan melakukan tindakan resusitasi secepat mungkin.Mereka bekerja dengan penuh ketelitian dan kecepatan, mencoba menghidupkan kembali jantung Dariel. Setiap detik sangat berharga, dan ketegangan di kamar tersebut begitu terasa. Lucia mencoba untuk tetap tenang, meskipun hatinya berdebar kencang.“Dokter jantungnya sudah berdetak.” Ucap suster tersebut.Setelah beberapa momen yang terasa seperti keabadian, mereka akhirnya berhasil menghidupkan kembali detak jantung Dariel. Napas lega melintas di antara mereka, tetapi mereka tahu bahwa pekerjaan mereka belum selesai. Dariel masih sangat rawan, dan mereka harus bekerja keras untuk memastikan bahwa keadaannya stabil.Lucia dan tim medis lainnya terus bekerja tanpa henti untuk merawat D
Sudah tiga hari sejak Dariel tidak sadarkan diri dari komanya, dan situasi ini semakin mengkhawatirkan Lucia. Dia adalah seorang profesional medis yang tahu bahwa tiga hari tanpa perubahan kondisi adalah hal yang tidak wajar.Lucia, yang tetap setia dalam merawat Dariel, memeriksa semua alat vitalnya secara teliti. Setelah pemeriksaan itu selesai, suster yang membantunya memberikan laporan.“Semua alat vital normal, dokter,” ucap suster tersebut setelah mengecek semuanya.Lucia mengangguk seraya berpikir keras. "Sepertinya ada masalah di beberapa jaringan atau ada trauma yang menyebabkan Dariel masih koma," gumamnya dalam hati. Dia tahu bahwa dia perlu mencari tahu lebih lanjut tentang penyebabnya sebelum bisa merencanakan tindakan medis yang lebih lanjut.Lucia merasa frustrasi dan khawatir saat melihat Dariel masih dalam keadaan koma. Dia tahu bahwa waktu sangat berharga dalam situasi seperti ini, dan setiap detik yang berlalu tanpa perubahan adalah beban emosional yang semakin bera
“Aku datang lagi.”Lucia terus mengamati Dariel yang masih terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit. Dalam dua minggu terakhir, dia telah melakukan yang terbaik dalam merawat pasiennya, tetapi kondisi Dariel tetap tidak membaik. Pria itu tetap dalam koma yang mendalam.Dia mencoba untuk berbicara dengan Dariel, seolah-olah berbicara dengan seseorang yang tertidur lelap. Dia merasa bingung dengan perasaannya yang campur aduk. Dariel adalah pemimpin XFox, organisasi yang dia dan rekan-rekannya dari Swartwolf berusaha untuk menghentikan. Namun, di saat seperti ini, dia melihat seorang pria yang terluka dan tak berdaya."Apakah mimpimu sangat indah dan panjang hingga kau tak ingin sadar?" gumam Lucia dengan lembut. "Banyak yang menunggumu di sini."Lucia merasa sesuatu yang sulit dijelaskan dalam hatinya. Mungkin itu adalah perasaan kemanusiaan yang mengatakan bahwa bahkan dalam situasi seperti ini, ada belas kasihan dan keinginan untuk melihat seseorang mendapatkan kesembuhan.Saat L
Satu bulan berlalu dengan sangat cepat, Lucia menjalani harinya seperti biasa. Meskipun dia tak mendapatkan kabar bagaimana keadaan Dariel sekarang namun dia tak begitu khawatir.Dia yakin Dariel pasti sudah membaik sekarang ini meskipun dia tak tahu apakan dia sudah sadar atau belum.Hari-hari Lucia berlalu tanpa banyak perubahan. Dia terus bekerja di rumah sakit, merawat pasien, dan menjalani rutinitas sehari-harinya. Meskipun kehidupannya tampak normal, hatinya masih dipenuhi oleh pertimbangan tentang masa depan yang tak pasti.Suatu hari, saat sedang berjalan-jalan di taman setelah bekerja, Lucia mendapatkan pesan singkat dari Zax."Lucia, kami membutuhkanmu segera. Ada situasi darurat. Tolong datang ke markas secepatnya."Pesan itu membuat Lucia merasa khawatir. Dia segera meninggalkan taman dan menuju ke markas Swartwolf dengan cepat. Apa yang bisa menjadi situasi darurat seperti ini?Lucia tiba di markas Swartwolf dengan cepat. "Lucia, situasinya sangat genting," kata Zax denga
Langkah tegas seorang pria yang saat ini berjalan menuju markasnya.Dia adalah Dariel Filbert.Ya, dia saat ini benar-benar bisa berjalan dengan kakinya sendiri. Sungguh keajaiban tuhan ketika bertahun-tahun dia hanya duduk di kursi roda dan saat ini dia berjalan tegap seolah sebelumnya tak terjadi apapun.Saat memasuki markas baru miliknya dengan suasana hati yang dingin, seluruh anak buahnya terkejut melihat tuan mereka sudah bisa berjalan.Dariel Filbert melangkah dengan mantap, wajahnya penuh dengan ekspresi ketegasan dan otoritas yang khas. Para anak buahnya yang terkejut berdiri dengan cepat, memberi hormat pada bos mereka yang baru saja kembali.Tentu saja, keajaiban penyembuhan Dariel adalah sesuatu yang luar biasa, dan ini membuatnya semakin kuat dalam pandangan anak buahnya. Mereka sudah terbiasa dengan kepemimpinan tegas dan kecerdasan strategis Dariel, dan sekarang, melihatnya berdiri di depan mereka, menginspirasi rasa kagum dan penghormatan.Dariel melihat ke sekitarnya,