Setelah beberapa saat berlalu. Operasi Lavendra berjalan dengan baik, dan pastinya aman lancar sampai akhir. Namun, hasilnya belum kelihatan sama sekali. Daza tidak percaya bahwa Lavendra hanya kejang saja, karena pasti ada sesuatu yang terjadi sampai-sampai dia akhirnya berakhir di operasi.Lavendra masih belum sadar. Ia masih harus tetap berbaring dan masih menggunakan oksigen pada hidungnya.Dokter memanggil Daza. Dirinya pergi ke ruangan tempat dokter berada, setelah Diana ia inta untuk menggantikannya mengawasi Lavendra.Saat masuk, Daza mendapati sudah ada orang tuanya dan juga orang tua Lavendra berada di sana. Saat menatap ke arah mereka semua, tertera jelas ada kesedihan yang mendalam dan juga tampak jelas raut wajah kesedihan.Degup jantungnya makin lama makin cepat ia rasakan. Daza seperti sudah bisa tahu bahwa pasti ada sesuatu yang buruk, sampai-sampai tidak ada yang mau melihat ke arah dirinya tersebut.Dengan berusaha tetap tenang, Daza duduk di depan dokter yang memang
Meski begitu, Daza masih belum bisa melakukan seperti apa yang diminta oleh istrinya tersebut. Tetap saja rasa bersalah akan terus menghantui dirinya dan akan membuatnya merasa tidak nyaman selamanya.Lavendra terus mengelus kepala Daza. Ia tahu kalau suaminya tidak akan semudah itu melupakan sesuatu. Namun, ia juga tahu kalau pasti suaminya bisa menerima semua yang sudah terlanjur terjadi.Sejak saat itu, Daza terus menemani Lavendra selama proses pemulihan. Tidak pernah sekalipun ia meninggalkannya atau bahkan untuk bekerja sekali pun. Orang tua Daza maupun Lavendra juga secara bergantian menjenguk.Lavendra merasa bisa lebih tenang karena lebih banyak dukungan orang-orang yang ada di sampingnya. Hingga ia akhirnya bisa kuat menghadapi semua yang terjadi pada dirinya tersebut.Dan selang beberapa hari, putusan sidang pengadilan atas kejahatan yang dilakukan oleh Rosa, Lora, dan Riko pun sudah tiba. Lavendra tidak datang, Daza bilang itu tidak perlu sama sekali.Dirinya hanya menonto
Daza benar-benar tahu bagaimana memperlakukannya dan bagaimana menghargai setiap perilaku yang telah ia perbuat. Lavendra benar-benar merasa tersentuh sampai bisa saja menangis mendengar alasan yang dikatakan oleh Daza.“Awalnya aku ingin mendiskusikan nama anak kita denganmu. Tapi, sepertinya takdir memintanya untuk memiliki nama lebih cepat dan lebih indah,” sambung Daza.Lavendra kemudian memeluk Daza. Ia merasa sangat senang kala tersebut. Sampai-sampai ia merasa terharu atas keputusan dari Daza yang baginya sudah cukup besar untuk Lavendra ini.“Terima kasih. Dia pasti sangat senang, mendapatkan nama yang indah dari ayahnya,” ungkap Lavendra.Daza yang semula berusaha tegar dan kelihatan tenang, mendadak saja meneteskan air mata setelah mendengarnya. Mereka berdua hanya bisa saling menenangkan dan juga saling menguatkan saja. Ini adalah takdir mereka yang harus diterima dengan lapang dada.Lavendra membawakan sedikit bunga cantik dan juga mainan kecil yang diletakkan di atas maka
Lavendra mulai mengurangi rasa perhatian atas permintaan orang tua Daza. Mereka meminta begini supaya bisa membuat Daza sadar bahwa bukan hanya dia yang perlu diperhatikan. Dan benar saja, cara itu bekerja dengan baik.Lavendra memilih sibuk dengan memberikan resep kepada para calon pekerjanya nanti. Tentu saja ini dia lakukan bukan tanpa alasan juga. Ia harus segera membuka kafenya untuk mencari kesibukan lainnya.Di satu waktu, Lavendra sedang membandingkan merek coklat yang nantinya ia akan pakai sebagai pasokan supaya menjaga kualitas atas dessert yang akan dia buat nantinya. Tidak perlu waktu lama, tetapi ia harus menguji beberapa.“Honey,” Daza yang menontonnya daritadi akhirnya memanggil.“Ya?” Lavendra langsung menjawab.“Bisa kita bicara sebentar?” ajaknya.Melihat raut wajah beserta bagaimana tatapannya, Lavendra tahu, bahwa Daza aka berbicara sangat serius kepadanya. Akhirnya ia memasukkan dahulu coklat yang sudah ia keluarkan ke dalam pendingin dahulu.Daza mengajaknya ber
Peresmian bukanya kafe Lavendra bukan sembarangan. Berkat tim yang mengatur promosi benar-benar melakukan tugasnya dengan baik, Lavendra mendapatkan lebih dari 200 pelanggan pertama yang tengah menunggu.Angkanya memang tidak terlau besar sekali, namun, bagi dia yang baru pertama kali melakukannya, ini sudah cukup besar dan pastinya sudah membuatnya merasa begitu senang sekali. Keluarganya begitu menyambut dirinya, bahkan mereka sepertinya begitu menyayangi dirinya kali ini.Berbagai rentetan acara mulai dimulai. Banyak orang yang sangat bersemangat melihat bagaimana acara di mulai. Karena adanya promo yang bisa dibilang lumayan bagi mereka yang memenangkan permainan.Hingga tiba lah sampai dimana peresemian kafe Lavendra tiba.“Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, mari kita resmikan, Luvvy Café secara perdana hari ini dibuka!!!”Lavendra memotong pita yang membatasi di depan dari pintu masuk kafenya tersebut. Banyak orang yang bertepuk tangan menyambut dan memberikan sambutan yang
Yap, Daza dan Lavendra memang tidak melakukan perjalanan jauh untuk bisa mengabari. karena usia kandungan yang masih awal, mereka masih belum boleh berpejalanan terlalu jauh. Jadi, kabarnya hanya datang melalui panggilan video saja.Dan betapa mengejutkannya, saat Lavendra mengatakan apa jenis kelamin dari kedua anak mereka. Keluarga Lavendra begitu senang sampai-sampai mereka mengucapkan syukur yang begitu hebat.“Kita benar-benar beruntung, memiliki keluarga yang bisa mengerti keadaan kita,” ucap dari Lavendra.Daza menggelengkan kepalanya, “Justru kamu yang beruntung, diberikan hidup yang sangat luar biasa,” Daza memuji.Lavendra yang merasa malu sedikit memukul pelan tangan Daza setelah mendengarnya. Wajahnya jadi memerah karena mendengar Daza berkata begitu kepadanya.“Apa sih. Ini kan karena kamu juga,” ucap Lavendra.Sekali lagi, Daza menggelengkan kepala tidak membenarkan apa yang dikatakan oleh dirinya tersebut. “Kalau aku dulu tidak sadar akan keberadaanmu, mana mungkin aku
Lavendra benar-benar merasa hidupnya berada di ujung tanduk. Meski Daza daritadi menyemangati dalam diamnya, Lavendra tahu bahwa Daza begitu khawatir sekali. Sementara itu, tim medis juga berusaha mengarahkan dengan benar kepada Lavendra.Meski begitu, Lavendra merasa benar-benar tidak bisa bertahan lebih lama. Namun, demi anaknya, ia melawan dan berusaha sekeras yang ia bisa pastinya.“OEKKHHH.”Anak pertamanya keluar.“Bagus Bu, sekarang tinggal satunya lagi.”Lavendra harus mengenjan sekali lagi. Dan itu tidak memakan waktu yang lama seperti yang pertama. Ia merasa lemas sampai-sampai dirinya benar-benar menyandar di atas tempat tidur tempat melahirkannya.Daza yang melihatnya merasa terharu, ia mendekati Lavendra dengan mengecup kening Lavendra, dan mengelus kepalanya. Bisa dirasakan dengan jelas air mata yang mengalir di wajahnya tersebut, dan itu membuat Lavendra merasa begitu tersentuh sekali.“Terima kasih, Honey. Kamu sudah berjuang keras,” ucapnya.Setelahnya Lavendra tidak
Mendengarnya tentu saja membuat Lavendra sedikit kesal mendengarnya. Daza mengatakan hal barusan seolah-olah semua bisa diselesaikan dengan mudah.Ia langsung menoyor kepala suaminya yang jelas saja sudah berangan tinggi ingin menambah anak lagi.“Enteng sekali bilangnya. Kamu tidak lihat kalau aku rasanya sudah mau setengah mati bertahan?!” kesal Lavendra.“Hahah, tidak Honey,” Daza kemudian memeluknya sebagai alih menghibur, “aku hanya berpikir saja,” sambungnya.“Kamu pikir mudah merawat anak? Dua saja kamu sudah kewalahan,” Lavendra masih merasa kesal mendengarnya.Bagaimana tidak, apa yang dikatakan Daza itu seperti meremehkan bagaimana selama ini Lavendra berjuang dari awal kehamilan sampai akhirnya melahirkan. Apalagi, Lavendra masih merasa sedikit trauma setelah melahirkan.Bukan saat mengenjan, melainkan setelah jahitannya selesai. Ia sampai tidak berani buang air besar selama seminggu karena takut akan merobek jahitannya tersebut. Makanya dia sangat bersyukur sudah melewati