Wisnu masuk ke sebuah ruangan luas tapi cahaya tidak terlalu baik di dalam sana. Tepat di tengah itu ada meja dengan sorot lampu, seperti lampu di ruang introgasi. Di sana sudah ada Ardi yang dengan sombong duduk sambil tersenyum meledek Wisnu.“Duduklah, tuan Wisnu Hendra Dinata! Akhirnya kau punya inisiatif untuk datang menyelamatkan wanita-wanita itu!” Ardi tersenyum sinis.Wisnu berjalan mendekat lalu melihat sekitar dan duduk di hadapan Ardi.“Lepaskan Annisa, jika kau ingin berurusan denganku maka hadapi aku dengan jantan.” “Hahaha, sebentar. Ini menarik! Aku merasa kau dan wanita itu punya hubungan khusus, kau sampai semurka ini! Aku jadi kasihan pada istrimu itu!” “Aku tidak suka bertele-tele!” Wisnu menggebrak meja dengan tidak sabar.“Apa kau tidak sabar bertemu kekasih gelapmu itu, ya? Apa kau sudah kangen?” Wisnu tidak mengerti kenapa Ardi sangat percaya diri mengatakan Annisa adalah kekasih gelapnya. Tapi dia sedang muak pada pria ini dan ingin segera mengakhiri kemelu
“Lepasin aku!” ujar Amanda berusaha melepaskan ikatan tangannya saat Wisnu membantunya.Di dalam anak buah Tito mengambil alih ketegangan yang terjadi. Wisnu memilih mengajak Amanda pergi dari tempat itu.“Mana kekasihmu itu? Kenapa kau tidak mengajaknya juga? Apa kau tidak cemas mereka menganiayanya?” Amanda dengan marah memukul dada Wisnu setelah berhasil melepaskan tali yang mengikat tangannya. Wisnu tidak melawan.“Masuklah, kita pergi dari tempat ini dulu!” tukas Wisnu membujuk Amanda.“Aku bisa menyelamatkan diriku sendiri, itu juga anak buahmu kan? Aku bisa minta dia membawaku pulang!” ucap Amanda menolak tangan Wisnu dan berlalu meninggalkannya.“JANGAN BANDEL!”Wisnu dengan tidak sabar menarik lengan Amanda paksa karena hendak berlalu darinya. Barusan dia sudah sangat tidak berdaya tiba-tiba melihat wanita ini diculik, sekarang malah mau pergi begitu saja di saat bahaya masih mengancam.“AUH!” Amanda kesakitan dan meringis. Dia menatap Wisnu dengan tidak suka tapi tidak bisa
Sekretaris Bramastya mendapatkan email bahwa perusahaan Dinata mengundang pimpinan mereka untuk bertemu membicarakan masalah Kerja sama dan banyak hal. Saat Bramastya diberitahu oleh sekretarisnya, keningnya berkerut dan berkeringat dingin.“Anak itu sudah gagal melakukan rencananya, apa menurutmu pertemuan ini akan merugikan kita atau bagaimana?” tanya Bram pada sekretarisnya.“Dulu kita yang berharap Pak Wisnu meluangkan waktunya, kalau kita tidak memenuhi undangan tersebut apa tidak malah merusak citra kita?”Bramastya termenung. Dia sebenarnya takut karena peristiwa penculikan istri Wisnu kemarin. Jangan-jangan Wisnu sengaja mengundang untuk justru menghancurkannya? Dia jadi bingung!“Tolong atur pertemuan itu, minta Vera dan Barri yang menemuinya. Kepalaku hampir pecah akhir-akhir ini!”Bramastya bangkit dan berlalu.***Abim mengalami sedikit cedera di bahunya, dia harus dirawat sementara waktu di rumah sakit. Dia terkejut karena melihat ada seseorang yang datang berkunjung.“P
Abim membeku dan tidak tahu bagaimana bisa menjelaskan pada bosnya jika tiba-tiba bertanya. Ada beberapa data sensitive perusahaan yang sepertinya dicuri. Dalam benaknya sudah ada siapa pelakunya, tapi tetap saja dia harus melakukan penyelidikan dulu.Saat ini belum ada yang menyadari hal ini, baiknya dia berkordinasi pada Tito dulu, baru kemudian membicarakannya pada Wisnu. Tapi karena Wisnu sudah mulai mencurigai ada yang tidak beres, dia pun dipanggil khusus ke rumahnya.Amanda sedang bercengkrama dan bercanda bersama sahabatnya, Lesti, di dekat kolam renang. Ketika itu Abim terlihat datang. Tapi dia tidak bisa menyapanya karena sepertinya dia terburu-buru. Mungkin ada urusan dengan suaminya.“Ngapain tiba-tiba pengen nyapa dia?” Lesti jadi penasaran.“Kamu ingat temanku, Naira?”“Iyalah, orang kita masih berbalas like dan komentar di medsos!”“Kayaknya mereka sudah jadian, deh!”“Udah jangan kepo, gak baik ikut campur begitu!”Amanda terdiam, Lesti tidak tahu bahwa dia dan temanny
Tadinya Annisa mencoba mengejar Abim setelah sedikit perdebatannya di kantor mengenai beberapa data perusahaan yang dicurigai bocor. Abim benar-benar marah pada Annisa dan dengan terang-terangan menuduhnya sengaja membocorkan. Annisa tidak terima dan malah menuduh Abim tidak objektif dengan menuduhnya.“Kau hanya sedang sakit hati padaku! Karena itu kau mencari-cari kesalahanku untuk melampiaskan kekesalanmu,” ujar Annisa pada Abim waktu masih di kantor.“HHG, KAMU SAKIT ANNISA!” tukas Abim tersenyum miring pada Annisa. “Aku sarankan padamu, buatlah janji dengan psikiater, kau perlu mengisi ulang otakmu yang tinggal separuh itu!”“Kau hanya iri denganku, Abim!”“Teruslah dengan delusimu. Tapi jangan menghalangi kewajibanku!”“Pak Wisnu tidak akan percaya padamu, dia akan percaya padaku?”“Bagaimana kau bisa seyakin itu? Apa kau pikir Pak Wisnu mencintaimu?”“Kau tidak perlu ikut campur urusan kami, perasaanku dan dia hanya kami yang tahu.”“GILA!” “Kamu yang gila! Kamu gila karena ak
Saat itu Wisnu baru selesai mengadakan pertemuan dengan beberapa pejabat penting grup Bramastya terkait kerjasama keduanya. Dia berbesar hati untuk melonggarkan persaingan di antara mereka. Tentu saja setelah Purwa yang menelpon sendiri dan menasehati Wisnu agar tidak terlalu keras dalam berbisnis. Purwa waktu itu ditemui langsung Bramastya di Jerman demi mengembalikan hubungan baik kedua perusahaan yang sebelumnya juga saling bekerja sama itu. Bram tahu, Wisnu hanya bisa mendengar ucapan pamannya. Peristiwa penculikan itu sama sekali tidak tersinggung di permukaan. Hanya mereka yang terlibatlah yang tahu. Seperti sebuah kode etik satu sama lain untuk saling merahasiakan agar tidak ada pihak hukum yang ikut campur urusan sesama mereka sendiri. Keduanya sudah menyepakati banyak hal setelah penculikan itu. “Anda yakin untuk melakukan semua ini?” Tio asisten yang lebih fokus urusan ke dalam perusahaan memastikan sekali lagi. karena dalam pemikirannya, yang sangat diuntungkan adalah pih
Amanda tampak melamun dan tidak bernapsu makan, sejak tadi hanya mempermainkan sumpit di atas mangkuk yang berisi cah kangkung yang sudah disiapkan atas keinginanya. Sejak Amanda masih bekerja di rumah ini dulu, dia yang menyusun menu makan selama seminggu dan Titik yang bagian mengeksekusinya bersama Amanda. Di minggu berikutnya Amanda akan membuat daftar menu baru lagi. Semua itu dilakukan untuk mendukung program diet sehat Purwa yang waktu itu sedang sakit. Agar Purwa tidak merasa sedang diet dan tidak tergoda makanan kurang sehat, maka semua orang di rumah pun memakan menu yang sama.“Kenapa melamun?” Wisnu yang sedang makan terganggu dengan wajah melamun istrinya.Amanda hanya bergeming sedikit lalu mengambil cah kangkung untuk dipindah ke dalam piringnya. “Apa bimbinganmu bermasalah?”“Tidak” jawab Amanda tak bersemangat.“Lalu apa?”“Gak ada apa-apa”“Jangan bohong!”“Ya udahlah, gak usah dibahas juga!” Amanda mencoba memasukan makanan ke mulutnya.“Kalau kau tidak bilang, ak
Abim menemani Wisnu mengunjungi kantor perusahaan di Surabaya. Dia bertemu Annisa yang sedang mengerjakan sesuatu di ruangannya. Lalu Abim memberanikan diri menghampirinya.“Eh, Abim! Kok tiba-tiba Ke Surabaya?” Annisa sedikit terkejut melihat Abim.“Ada sedikit urusan, kau betah pindah kerja di sini?” Abim senang melihat Annisa yang terlihat ramah itu. Sama seperti dulu saat pertama dia kerja di kantor Jakarta.Mereka sudah duduk dan menikmati minuman sambil berbincang-bincang.“Apa kabar Naira?” tanya Annisa.“Baik,” jawab Abim.“Kau tampak lebih bahagia di sini?”“Ya iyalah, kerjaan di sini tidak seruwet di Jakarta. Lagi pula Pak Dirja baik sekali. Aku jadi betah kerja di Surabaya”“Baguslah! Aku senang melihatmu lebih baik!” ucap Abim menatap Annisa dengan tatapan yang sulit dimengerti.“Terima kasih, Abim! Aku minta maaf ya, kalau sering buat kamu sakit hati!”Abim sedikit terkejut mendengar permintaan maaf Annisa. Artinya dia memang serius ingin berubah. Seperti yang dikatakanny