"Bapak-bapak, Ibu-ibu! Kalian ya yang jadi saksi atas apa yang terjadi sama saya di dalam metromini ini! DIA, LELAKI INI, SUDAH BERANI PEGANG-PEGANG DAN MEREMAS PANTAT SAYA DUA KALI!" teriak Airish seperti orang yang sedang berpidato."Maaf Nona, saya bukan lelaki mesum. Saya sama sekali tidak merasa sudah melakukan tindak pelecehan seksual terhadap anda! Tolong tarik kata-kata anda tadi!" sahut Samudra dengan gertakan kedua rahangnya."Kamu? Cowok yang di pasar ikan waktu itukan?" Tanya Airish spontan begitu teringat akan sosok lelaki belagu yang sempat membuatnya kesal tempo hari.Samudra diam saja. Tatapan penuh hujatan yang dia peroleh dari sebagian isi penumbang metromini itu membuatnya tidak nyaman hingga dia pun akhirnya memutuskan untuk turun dari metromini tersebut.Sebelum turun, Samudra sempat menatap tajam wajah lelaki lain yang juga berdiri berdampingan dengan Airish di sisi lain. Lelaki yang diyakini Samudra sebagai tersangka yang sebenarnya telah melakukan tindak pelece
Entah apa yang dilakukan Samudra ini benar atau tidak, tapi yang pasti Samudra tak punya pilihan lain selain menunggu Airish terbangun dari pingsan.Lelaki itu membawa Airish ke area taman di sekitar apartemen dan menduduki salah satu bangku taman yang tersedia di taman tersebut.Ingin hati meninggalkan, namun tidak tega.Terlebih Airish adalah seorang wanita.Semenyebalkan apapun dia, tetap saja Samudra tidak mungkin membiarkan Airish sendirian dalam keadaan tubuh wanita itu yang penuh luka memar seperti ini.Samudra baru saja selesai mengobati luka-luka Airish saat tiba-tiba Airish pun tersadar dari pingsannya.Airish kelihatan bingung. "A-aku kenapa?" Tanyanya sambil memegangi luka di kepalanya yang sakit."Nggak usah pura-pura amnesia! Tadi lo habis jatuh dari tangga, makanya gue bawa lo ke sini, supaya gue bisa ngobatin luka-luka lo," jawab Samudra yang langsung berdiri dari duduknya.Airish berpikir cepat dengan mencoba mengingat hal apa yang tengah dialaminya tadi.Hingga setela
"Gue masuk penjara setelah memperkosa seorang gadis terus gue mutilasi dan gue kasih potongan tubuhnya buat jadi santapan anjing!"Mendengar ucapan Samudra, tubuh Airish membeku di tempat.Kaki gadis itu gemetar saking takut.Akan tetapi, bukan Airish namanya, jika dia tidak bisa mengendalikan keadaan.Menutupi semua rasa takut yang sempat hinggap, Airish justru memulas senyum tipis dan berkata, "baru mutilasi satu orang aja kan, belum sepuluh? Ayo cepetan, anter aku ketemu Delon dulu!"Melihat sikap santai Airish tersebut, pada akhirnya, Samudra hanya bisa terbengong-bengong tak percaya."Kamu tunggu di sini sebentar ya, aku mau masuk dulu. Jagain koper aku," ucap Airish seperti menyuruh seorang pembantu, ketika dirinya dan Samudra sudah sampai di depan apartemen Delon.Samudra baru membuka mulut hendak bicara, namun tubuh Airish sudah lebih dulu menghilang dari hadapannya. Wanita itu sudah memasuki apartemen yang katanya milik kekasihnya itu.Alhasil, menahan kesal, Samudra hanya bi
"Dalam satu hari, apa Mas tahu berapa kali Mas bernapas? Berapa banyak udara yang Mas perlukan untuk bernapas? Pasti Mas nggak tahukan?" ucap Aisha disertai tawa renyah dengan suara khasnya yang serak-serak basah. Samudra diam dengan penuh keterpesonaan menatap wajah istrinya kala itu. Lalu dia menggeleng pelan."Contoh kecil mensyukuri nikmat Allah ya salah satunya saat kita bernapas, jika Allah tidak memberi oksigen secara gratis kepada semua makhluk yang ada di muka bumi, pasti semua makhluk hidup akan berlomba untuk mendapatkan oksigen sehingga menimbulkan kekacauan hebat di seluruh dunia. Padahal, itu hanya contoh kecil dari nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita, tapi efeknya sudah seluar biasa itukan? Lalu bagaimana dengan nikmat-nikmat lain? Misalnya dengan adanya air, api, angin... Aduh kalau aku harus sebutkan satu-satu kayaknya aku nggak sanggup deh," Aisha melirik genit ke arah suaminya yang terlihat asik menikmati ceramah Shubuhnya. "Jadi... Sekarang, apa ada alasan
Setelah hampir tiga jam Samudra duduk di halte Mampang malam itu, namun sosok Santi tak juga dilihatnya menuruni salah satu bus yang melintas dari arah Blok M, akhirnya Samudra pun memutuskan untuk pulang.Kembali ke pemukiman sementara yang dihuni oleh para pekerja proyek Muara Baru.Hari tengah malam sudah lewat ketika Samudra sampai di tepi danau yang lokasinya tak jauh dari kawasan proyek.Merasa lelah, Samudra pun memutuskan untuk duduk sejenak di tepi danau.Tak perduli cuaca dingin, tak perduli suasana gelap yang menyelimuti area sekitar, Samudra tetap berdiam di sana.Di tepi danau itu, sendirian.Ralat.Dia tidak sendirian saat itu, karena tak lama setelah kedatangannya, di kejauhan, ada sosok lain yang kini berjalan mendekati tepi danau."KENAPA KAMU JAHAT SAMA AKU? KENAPA KAMU KHIANATIN AKU? APA SALAH AKU?"Samudra cukup terkejut dengan suara teriakan itu. Hingga kepalanya pun reflek menoleh ke arah suara. Di mana dia mendapati seorang wanita tengah berdiri di sisi danau, d
Setelah akhirnya Samudra mengalah agar Airish berhenti menangis dengan mengizinkan wanita itu ikut dengannya, kini Airish dengan wajah cemberut dan juteknya itu terlihat keluar dari bangunan kayu tempat di mana Samudra tinggal."Ini sih bukannya tempat tinggal, tapi kandang ayam! Ya keles aku di suruh tidur di tengah-tengah cowok segitu banyak!" Keluh Airish ketus, melipat kedua tangan di dada dengan bibir mungilnya yang manyun. Melirik kembali ke arah dalam pemukiman kumuh itu seraya bergidik geli lalu berjalan menjauh."Lo mau kemana? Katanya mau 'Numpang Tidur'?" ucap Samudra dari arah belakang. Lelaki itu menyembunyikan rasa gelinya ketika melihat ekspresi kaget Airish sewaktu perempuan itu melihat kondisi tempat tinggal Samudra saat itu.Wajah Airish yang kaget tampak menggemaskan, meski masih tetap menyebalkan."Mending aku tidur di pinggir jalan, daripada aku harus tidur di situ! Nggak ada jaminan besok pagi aku bakal tetep utuhkan? Ih..." balas Airish setengah berteriak.Seben
"Sebenarnya, Nyonya Talia tidak membutuhkan obat-obatan ini lagi jika saja anda bisa mempertemukannya kembali dengan Samudra, Tuan Adi. Saya pikir, hanya itu satu-satunya cara paling ampuh untuk bisa membuat kondisi kesehatan Nyonya Talia pulih kembali."Lagi, Adipati menyeka sudut matanya yang basah.Ucapan Dokter pribadinya kemarin malam terus berputar dalam ingatan Adipati.Kondisi kesehatan Talia yang menurun drastis beberapa minggu ini cukup membuat Adipati tak bisa tidur nyenyak. Tak enak makan dan tak mampu fokus pada segala hal yang dia lakukan di luar.Betapa pun kejamnya seorang Adipati, cintanya terhadap Talia tak bisa dipungkiri lagi.Egonya yang terluka akibat kelakuan Samudra membuatnya menjadi sosok Ayah yang tak berprikemanusiaan.Hingga kini, penyesalanlah yang selalu datang belakangan.Datang di saat semua sudah menjadi kacau balau.Kelopak mata Talia yang terbuka membuyarkan lamunan Adipati kala itu. Melihat sang istri sudah terbangun dari tidur, Adipati yang saat i
Gara berjalan tergesa menuju IGD sebuah rumah sakit besar di pusat Jakarta, setelah dia mendapat kabar bahwa Adipati mengalami kecelakaan mobil pagi ini.Padahal, baru satu jam lalu, Gara mendapat telepon dari Adipati yang meminta Gara untuk mempertemukannya dengan Samudra.Dengan senang hati Gara jelas menyambut niat baik tersebut dan langsung menghubungi Samudra, meski Samudra tak merespon dengan baik ajakannya, namun Gara tetap berusaha mencari cara agar Adipati bisa bertemu dengan Samudra hari ini.Setelah Gara menemukan rencana bagus dan meminta Adipati untuk menemuinya di suatu tempat, Gara justru dikejutkan dengan kabar bahwa Adipati mengalami kecelakaan saat lelaki paruh baya itu sedang berada di perjalanan untuk menemui Gara.Saat itu, di lorong rumah sakit, Gara berpapasan dengan seorang lelaki paruh baya dengan tubuh tegapnya yang gagah.Dan Gara jelas mengenal siapa sosok itu.Dia, Sudirman Anggara.Sahabat dekat Adipati dahulu.Sebab, hubungan kedua lelaki itu merenggang