Jam dinding hampir menunjukkan waktu tengah malam, semua kamar di asrama putri tampak sudah mematikan atau meredupkan lampu. Suasana dingin malam membuat siapapun enggan untuk berlama-lama terjaga.Namun, tidak untuk Aulia zia gadis itu masih duduk di atas tempat tidurnya sambil memegangi buku catatan Fisika & memikirkan kejadian tadi siang.Aulia zia membuang nafas pelan. Kalimat Ratna tentang menggali kuburannya sendiri, kini berputar-putar dalam kepala Aulia zia.Belum lagi, kalimat soal Ayah yang mungkin akan mengirimnya ke Semarang.Memang, tadi siang kalimat- kalimat itu tidak sanggup mempengaruhi Aulia zia. Tapi, saat dirinya sendirian seperti ini, entah kenapa kalimat- kalimat itu terdengar menakutkan baginya.“ kenapa kamu belum tidur? Sudah hampir tengah malam. Kamu sudah melewati jam tidurmu. Tidurlah besok ada latihan karate pertamamu.”Aulia zia menoleh keatas, kakaknya sedang menundukkan kepala dari ranjang atas. Kamar itu memiliki dua kasur bertingkat.“ Apakah aku ben
“ Ratna, kamu tidak membawa peralatanmu?”Pak Anto berjalan ke arah bangku yang di tempati Ratna karena gadis itu masih sibuk mengorek-ngorek isi tasnya .Kini, semua mata memandang ke arah Ratna termasuk Aulia zia & Alma zia yang duduk bersebelahan, serta Sinta yang duduk di bangku paling depan. Padahal, Pak Anto adalah salah satu guru terkejam yang tega menghukum muridnya membersihkan toilet atau taman jika tidak melakukan tugas dengan baik.“ Sepertinya, aku meletakkannya di meja belajarku semalam.”Aulia zia nyaris terjungkal dari kursinya mendengar jawaban Ratna. Bahkan, teman sekamarnya itu tidak menunjukkan ekspresi menyesal. Ratna malah menatap datar ke arah Pak Anto.“ siapa lagi yang tidak membawa peralatan? Cepat keluar dari kelas & bersihkan halaman belakang sekolah!”Mata Aulia zia membola sempurna mendengar hukuman tersebut. Rencana awal Aulia zia untuk tidak ikut campur, sepertinya akan gagal total,karena gadis itu meletakkan kembali peralatannya kembali ke dalam tas &
Alma zia memiringkan kepalanya sejenak.“ Bermain-main bukan di sini tempatnya. Aku heran, mengapa aku bisa memiliki saudara kembar sepertimu? Tidak bisakah kamu menghilangkan sedikit hobi menggali kuburanmu sendiri itu?”Aulia zia tampak meringis mendengar gerutuan kakaknya.“ Takdir. Aku ditakdirkan menjadi seseorang yang hobi menggali kuburanku sendiri. Kalau tidak aku akan gila,Kak.”“ Tapi, ada saat di mana kamu harus bersikap dewasa. Setidaknya, apa yang kakakmu katakan itu benar, Aulia. Kamu harus membuang sedikit hobi jelekmu itu.”Alma zia tersenyum penuh kemenangan saat Sinta membelanya. Memang, seharusnya adiknya itu bersikap lebih dewasa,kan? Mungkin setelah Sinta mengatakan itu, Aulia zia akan sedikit berubah.“ Aku akan menjadi sangat dewasa setelah aku menikah nanti. Bukankah Kakak tahu aku terkenaSindrom Peterpan. Dan, sindrom itulah yang membuatku enggan untuk berfikir dewasa.”Alma zia menghela nafas kesal ketika mendengar jawaban adiknya. Bugh.Mata Alma zia menger
“ Ada yang mau minuman dingin? Aku akan pergi ke kantin untuk membeli makanan kecil,” tanyaAulia zia sambil bangkit dari duduknya di atas rerumputan hijau taman belakang sekolah.“ Aku titip jus jeruk dingin.” Sinta mengulurkan beberapa lembar uang kepada Aulia zia.Aulia zia menganggukkan kepala & berjalan meninggalkan temannya yang sudah terlanjur nyaman duduk di atas rerumputan.“ Aulia, jangan sekali-kali kamu mengintip ke dalam ruangan tadi !” sahut Alma zia mengingatkan.Aulia zia tersenyum lebar, menunjukkan sederet gigi sambil mengacungkan ibu jari.Setelah memberikan isyarat Aulia zia kembali berjalan menyusuri lorong.Lorong yang dilewati Aulia zia sepi. Rasanya ngeri memang membayangkan dirinya melewati lorong sendirian. Tapi, Aulia zia sudah cukup sering melewati tempat-tempat sepi sendirian. Langkah kaki Aulia zia terhenti di depan ruang musik tadi. Bukan Aulia zia namanya kalau tidak melanggar peringatan kakaknya. Jadi, sekarang Aulia
“ Apa yang kamu lakukan di depan ruangan itu?”Laki-laki tadi melepaskan tangan Aulia zia ketika ke duanya berada di ruang loker yang kebetulan sepi.Aulia zia tersenyum canggung ketika matanya menangkap lebam yang masih membiru di Rahang kakak kelasnya itu. Rasanya, sekarang dia harus meminta maaf, sebelum dia menghajar Aulia zia sebagai pembalasan dendam.“ Kakak, maafkan aku. Sepertinya lebam di rahangmu itu parah,ya? Kalau saja, saat itu Kakak tidak menganggu temanku, mungkin aku tidak akan meninju rahang kakak. Maafkan aku, Kak. Aku tidak akan mengulanginya lagi.”“ Ronald.Kamu..?“ Apa….?” Aulia zia menatap tidak mengerti, saat kakak kelasnya itu mengulurkan tangan.“ Namaku Ronald.Siapa namamu?”Aulia zia tersenyum lebar & membalas uluran tangannya. Sekarang, dia bisa merasa sedikit lega karena Ronald sepertinya tidak berniat buruk saat ini.“ Aulia zia,” jawabnya singkat.“ Boleh kutahu mengapa Kakak mengajakku kemari? Kakak sedang tidak ada pelajaran?”Ronald menganggukkan ke
“ Kita disuruh keruang musik!”Suara ketua kelas menggema keseluruh pelosok kelas, membuat beberapa anak yang sedang bersama langsung menggerutu sebal. Termasuk, Aulia zia yang sedang asik di depan laptopnya.“ Untuk apa kita keruang musik?” Tanya Sinta sambil menghabiskan makanan yang tadi di belinya di kantin sebelum bel masuk berbunyi.“ Ada pelajaran musik hari ini. Kita akan langsung praktek bermain piano.”Mendengar pernyataan ketua kelas, beberapa anak menggerutu kesal. Sama dengan murid lain,Aulia zia mematikan laptopnya dengan gerutuan yang tidak kunjung berhenti.Aulia zia berjalan mendekati Alma zia & Sinta yang sedang menunggunya di ambang pintu kelas.Sementara, Ratna sudah melangkah terlebih dahulu bersama ketua kelas mereka.“ Kamu harus membantuku bermain piano, Kak. Sudah lama aku tidak menyentuh instrumen itu,” kata Aulia zia sambil nyengir selebar-lebarnya.Alma zia menggeleng-gelengkan kepalanya.“ Kamu memang tidak pernah bisa memainkan piano dengan benar, Aulia.
“ Hentikan gerutuanmu itu, Aulia. Kalau boleh jujur,Gerutuanmu itu berhasil membuatku merasa lapar,” canda Alma zia.Aulia zia sempurna memberengut ketika mendengar candaan kakaknya, yang menurutnya tidak lucu. Namun, beberapa detik kemudian, Aulia zia tersenyum lebar sambil merangkul bahu kakaknya. “ Karena nilai Kakak yang paling tinggi di antara kita bertiga, Kakak harus membayar makanan yang kami pesan di kantin,” katanya riang.Mendengar itu, giliran Alma zia memberengut kesal, kemudian meninju pelan lengan adiknya. Yang ditinju hanya terbahak-bahak, sambil mengajak mereka ke kantin.“Kamu tidak ikut kami ke kantin? Kakakku akan mentraktir kita makan,” tanya Aulia zia kepada Sinta, saat menyadari gadis itu berbelok ke arah berbeda.Alma zia lagi-lagi meninju pelan lengan Aulia zia. Sinta tersenyum sekilas sambil menggelengkan kepalanya.“ Aku ingin berkeliling. Aku takut Alma zia keberatan kalau harus mentraktir kita berdua. Nikmati makan siang kalian, Aulia & Alma,” jawabnya.
Aulia zia membuka matanya dengan perasaan yang sama sekali tidak bisa di jelaskan. Dahinya dibanjiri keringat. Matanya membelalak ketakutan & bingung pada saat bersamaan. Sementara, Jantungnya terasa dua kali berdetak lebih kencang.“ Kamu baik-baik saja ?” Suara Alma zia. Aulia zia menoleh ke arah kakaknya yang sedang menikmati minuman dingin. Mereka sedang duduk bersandar di bawah pohon beringin yang ada di taman depan sekolah, sambil memperhatikan murid-murid lain bermain sepak bola.Sepuluh menit yang lalu, kamu bilang akan tidur sebentar. Tapi, kamu malah bangun seakan baru saja bermimpi buruk. Ada apa?”Alma zia menggelengkan kepalanya.“ Kurasa, aku memang bermimpi buruk, Kak. Tapi aku merasa sangat aneh & ketakutan dengan mimpiku sendiri. Anehnya, aku tidak sepenuhnya tidur. Aku masih bisa mendengar suara anak-anak lain di sekitarku.”“Lucid dream? Kamu tidak pernah bertingkah aneh sebelumnya kalau sedang mimpi buruk,” balas Alma zia.“ Aku tidak