Author POVAlexa berjalan dengan gontai, melangkahkan kakinya yang lemah tak bersemangat. Ingin rasanya ia berteriak atau bahkan melakukan hal yang lebih ekstrim. Sesekali ujung sepatunya menendang batu kecil yang ia temui dalam perjalanan. Ia mencoba membawa hati nya yang galau tak tentu arah.Ia sengaja berjalan kaki untuk pulang ke rumah, ingin berlama-lama menikmati angin sejuk yang membuatnya tenang. Alexa berhenti di sebuah jembatan,berdiri menatap langit yang memulai memancarkan warna jingga yang menjilat bumi.Alexa memejamkan mata, menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Menghirup udara sebanyak mungkin, hingga memenuhi rongga dadanya. Berharap
Alexa duduk di tepi kolam renang samping rumah, dengan kaki yang terendam sebatas betis. Menikmati rembulan malam yang samar, ditemani bintang-bintang kecil yang selalu sukses membuat malam semakin indah.Sudah satu jam ia duduk disini, sesekali tangan mungil nya memainkan air. Raut wajah nya berubah-ubah sesuai suasana hatinya saat ini. Adakalanya merasa sedih, merasa gagal, kecewa bahkan merasa bodoh. Dan sesekali ia tersenyum mengingat kebodohan nya.Bodoh karena mencintai seseorang yang bahkan tak pernah menoleh nya. Mencintai terlalu dalam, meski itu hal yang mustahil terjadi. Merasa kecewa dengan sikap Mr. ice yang terlalu ketus dan dingin. Apa mungkin karena ia terlalu mengharapkan kehangatan dari Mr. ice? Ah entahlah...
Author POV Sinar mentari pagi berwarna keemasan menerobos masuk ke dalam kamar Alexa. Membuat gadis itu menarik selimut nya hingga menutupi kepala. Ia sangat enggan untuk bangun hari ini, selain hari libur ia pun ingin bermalas-malasan hingga siang nanti. Terdengar suara ketukan di pintu, tapi Alexa sengaja mengabaikan nya. Ia semakin mempererat pelukan nya pada guling. Tak membiarkan matanya terbuka sedikit pun. Ceklek... Pintu terbuka, terlihat mommy yang berjalan perlahan dengan menggelengkan kepala melihat kelakuan anak gadisnya. Wanita
Di tempat fitness Alexa menuruti langkah kaki kakaknya dengan enggan. Bibirnya maju beberapa senti, dengan wajah yang ditekuk. Ia terus melangkah tanpa mau tersenyum. Sebenarnya ia sangat enggan untuk ikut dengan kakak nya, karena ia ingin bermalas-malasan di kamar. Tapi karena alasan sang kakak tak ingin ia menjadi pengganggu acara bercocok tanam orangtua nya, jadilah ia ikut juga akhirnya. Padahal Alexa sangat penasaran ingin tau apa yang akan ditanam kedua orang tua nya Sampai tak boleh di ganggu. Hihihi.. Alexa memilih duduk di satu sofa yang ada di sudut ruangan. Tanpa berminat untuk mencoba salah satu alat gym itu. Ia mengeluarkan ponsel, mengotak atik benda pipih itu dengan malas. Ya sekedar main ponsel saja ia sangat malas saat iniKarena hati nya benar-benar sedang tidak mood. Kring..Nada pesan di ponsel nya berbunyi, dengan malas ia membuka nya.Ada 300 chat grup yang belum di baca. "Chat apaan sih sampe
Di kedai bakso Leo cemberut, hingga bibir nya maju beberapa senti seraya bertopang dagu. Alexa sesekali memperhatikan raut muka tidak enak yang Leo tunjukkan. "Kenapa sih kak? di tekuk mulu tuh muka. Udah jelek, makin jelek tau." Ujar Alexa seraya memasukkan bakso kedalam mulut nya. Mengunyah nya dengan memejamkan mata menikmati. "Wah, bakso paling enak ya disini. Surga nya bakso." Ujar nya tersenyum menang, bibirnya selalu menyunggingkan senyum bahagia. "Apaan? kakak tuh barusan bakar lemak, eh kamu malah ngajak kakak nimbun lemak lagi." Gerutu Leo tak suka. Karena sebenarnya ia ingin diet, agar menjaga tubuh nya tetap ideal. Tapi Alexa malah memaksa nya mampir ke kedai bakso. Bukan ia tak suka bakso, malah ia sangat menyukai bakso. Sama seperti Alexa, tapi gegara ini Leo gagal diet. Karena ia tidak sanggup menahan dari godaan bakso yang tersaji di hadapannya. Ada bakso tumpeng, bakso kuburan mantan dan bakso jumbo lain nya. Alexa sengaja mem
Setelah dari kedai bakso, Alexa mengajak Leo untuk pergi ke mall terbesar yang ada di kota itu. Tak lupa pula Jin yang ikut serta dengan mereka. Alexa menyusuri mall bersama Leo dan Jin. Sebenarnya ia sangat tidak suka karena Jin ikut bersama mereka, tapi karena Leo yang mengajak Jin untuk ikut maka Alexa tak bisa menolak. "Kak, Alexa mau beli es krim ya." Ujar Alexa seraya menunjuk stand es krim yang berada tak jauh dari mereka. "Iya, kamu beli sendiri ya. Kakak tunggu disana." Leo menunjuk sebuah kursi yang ada beberapa meter di depan mereka. "Aku temenin." Jin menawarkan diri dengan senyum yanh tak surut sedari tadi. "Hah..eh nggak usah repot-repot. Aku bisa sendiri." Tolak Alexa dengan halus. "Nggak repot kok. Lagian kasian kamu sendirian." Leo mengedip kan matanya pada Alexa, mengisyaratkan untuk menerima tawaran Jin. Alexa memutar bola matanya jengah, tapi ia tak bisa membantah juga. "Ya
Hasil kesepakatan bersama, kami semua memutuskan untuk nonton film di bioskop. Sebenarnya aku sangat malas dan ingin segera pulang, tapi karena pemaksaan dari mereka semua membuat aku mau tidak mau menyetujui ide mereka dan ikut bersama mereka.Dan disinilah aku sekarang, duduk di kursi paling ujung bersama Jin. Aku yakin,ini semua hasil rekayasa para sahabat koplak ku itu. Mengatur segala cara agar aku bisa dekat dengan jin. Dan entah mengapa di saat aku bersama Jin, aku selalu merindukan Mr ice. Aku pun tak fokus melihat film yang kami tonton. Yang ada di kepalaku hanya Mr. Ice yang bermuka datar tanpa ekspresi.Meski Jin selalu memberikan perhatian lebih padaku, hatiku tetap tak bisa menerima nya. Ah entahlah, Mr ice sudah terlanjur masuk jauh ke dalam hati ku. Hingga menghapus nya bagai menyakiti aku terlalu dalam. Mengapa cinta bisa sebodoh ini? Hati terus berharap meski otak menyuruh berhenti. Hati terus mencintai meski logika menyuruh ku mundur.
Aku mencintaimu. Aku tidak bisa jauh darimu, ku mohon. Menikahlah dengan ku Alexa." Mr. Ice berlutut di hadapan ku dengan wajah tampan nya dan penuh harap. Tangan nya memegang sebuah kotak beludru berwarna merah yang terdapat cincin bertahta berlian yang sangat indah. Hatiku menghangat, senyum kebahagiaan tak pernah surut dari wajahku. Aku mengangguk dengan pasti. Mana mungkin aku menolak lamaran pria yang selama bertahun-tahun aku cintai. Inilah waktu yang ku tunggu-tunggu sepanjang hidupku.Aku mengangguk cepat,tanpa ragu "Ya, aku mau. Aku mau banget." Jawabku bahagia. Ingin rasanya aku meloncat dari tempatku saat ini."Benarkah?" Wajah Mr. Ice berbinar bahagia atas jawaban yang aku berikan. Aku hanya mengangguk, sebutir bulir bening tak kuasa turun dari telaga mata ku yang berharga. Aku menitikkan air mata kebahagiaan. Ya.. Aku bahagia. Sangat.Mr. Ice menggenggam jemari ku. Meremas nya sedikit dengan penuh rasa cinta. Kemudian ia menyematkan cinc