Gang Sang menunggu di luar gerbang kantor salah satu perusahaan yang hampir saja pailit. Gang Sang memperjuangkan asuransi jiwa dari keponakannya, kali ini Gang Sang tidak ingin melepaskan hal keponakannya begitu saja. Merasa rugi jika Hyejin meninggal tanpa menyisakan berupa materi yang baginya semua itu bentuk dari balas budi. "Saya ingin bertemu dengan direktur kalian, pertemukan saya, ini keadaan genting, lihat! Ini surat asuransi perusahaan ini yang dijanjikan ke keponakan saya, Hyejin, dia sudah lama mengabdikan diri disini, seharusnya perusahaan ini menepati janjinya," Kata Gang Sang dengan nada membentak. Jiwa premannya mencuat karena security itu tidak mengizinkannya masuk ke kantor perusahaan. "Pulanglah, ada banyak keluarga seperti mu datang menagih, perusahaan akan menepatinya, tapi tidak untuk sekarang, pulanglah, direktur kami sedang tidak ada di tempat."Dua mobil mewah tiba di depan mereka, dua mobil mewah itu ingin masuk ke dalam halaman kantor perusahaan, satpam ya
Pria itu masih tetap memandangi Gang Sang dengan pikiran yang sudah berkecamuk. Sementara Gang Sang jengah menunggu keputusan direktur itu. "Bagaiamana Tuan? Kapan Tuan akan memberikan uang Hyejin?""Hari ini, asalkan kau berjanji satu untukku," Ucap pria itu mengisyaratkan sesuatu kepada Gang Sang. Penjelasan pria itu secara berbisik, tidak ada satupun yang dapat mendengarnya kecuali Gang Sang. Paman Hyejin itu tercengang, dia tidak menyangka permainan direktur itu di luar nalarnya. "Aku memang butuh pekerjaan, tetapi bagus juga rencana Tuan, terimakasih cek ini, akan ku cairkan segera," Kata Gang Sang, pria itu hanya sedikit senyuman dingin yang membalas perkataan Gang Sang. Gang Sang keluar dari ruangan direktur itu tidak lagi menenteng berkas asuransi Hyejin, melainkan selembar cek dari bank untuk ia cairkan. Raut wajah Gang Sang kebingungan dengan permintaan direktur Hyejin. 'Apa sebenarnya yang akan terjadi, akalu dari dipikir-pikir sangat menguntungkan juga, yang penting a
Bu Nas pulang ke rumah, dia mendapati Dae Song sedang bermain bersama Micha dan Haneul, melihat kedatangan bu Nas Dae Song bergegas meminta kedua keponakannya itu beristirahat dikamar, ia tahu Bu Nas juga sedang letih, Dae Song ingin membiarkan Bu Nas istirahat terlebih dulu sebelum menemani si kembar lagi. "Kau sudah pulang Bu Nas, apakah semuanya baik-baik saja?" tanyanya. "Semuanya baik-baik saja, Tuan. Hanya saja Tuan Kim jongin bertemu denganmu, dia selalu menanyakan Tuan," Sahut Bu Nas. Dae Song terhenyak, raut wajahnya panik mendengar Dae Jung ingin bertemu dengannya. "Apakah Dae Jung tahu pernikahan ku?""Belum Tuan, alangkah bagusnya kita semua berhati-hati untuk itu saat ini," Kata Bu Nas mengingatkan. Hembusan nafas lega Dae Sing dapat digunakan dengar oleh Bu Nas. Wanita yang sudah seperti Ibu angkatnya itu hanya tersenyum tipis, tingkah Dae Song memang agak konyol. "Apakah Anna baik-baik saja, Bu Nas? Apa dia tidak kelelahan?" tanya Dae Song dengan suara yang lebih
Usai rapat Ji Yeong kembali ke ruangannya, disana masih ada Gang Sang yang sudah jenuh menunggu, melihat kedatangan Ji Yeong, Gang Sang bergegags merapikan kemejanya, kedua pengawalnya yang mengawasinya itu mengangkat bibir sebelah karena semakin kesal terhadap Gang Sang. "Pekerjaan apa yang kau inginkan? Apakah kau pernah bekerja di perusahaan sebelumnya?" Tanya Ji Yeong tanpa basa-basi. Gang Sang tergugu, dia belum pernah bekerja di perusahaan manapun, masa mudanya hanya dihabiskan membantu orangtuanya direstoran kecil, tetapi restoran otu bangkrut karena ulahnya yang seringkali berjudi. "Belum Tuan, tapi saya akan belajar," Sahutnya. Ji Yeong menghela nafas, kehadiran Gang Sang di keluarganya sungguh mengusik mereka. "Kami butuh seseorang yang berpengalaman, kami tidak bisa menerima sembarang orang untuk bekerja di perusahaan kami, kalau anda mau kami memiliki pabrik kecil di pinggiran kota, saya akan memasukkan anda disana untuk awal," jelas Ji Yeong. Gang Sang terdiam, buka
Bora di tangkap kembali oleh petugas keamanan rumah sakit jiwa itu, dia dibawa lagi ke ruangannya, Ayahnya hanya dapat melihat aksi brutak anaknya yang kadang memukuli petugas, bahkan sampai meludahi wajahnya. Bora yang tak sadar dengan yang dilakukannya, membuat Ayahnya mengerti betapa menderitanya Bora."Bora tenanglah putriku.. Ini Ayahmu," Ucapnya.Mendengar ucapan Ayahnya, Bora terdiam, dia perlahan menoleh dengan mata yang berkaca-kaca, walaupun keadaan mentalnya sedang tidak baik-baik saja, namun Bora dapat mengenali Ayahnya."Ayah.." Ucapnya."Iya sayang, ini Ayah.""Ayah, aku ingin pulang, aku takut disini, aku ingin pulang bersama Ibu dan Ayah," Kata Bora sembari memeluk Ayahnya."Iya Sayang, Ayah akan membawamu pulang," sahut Ayahnya.Dia segera menemui psikiater yang sering menangani Bora, meminta agar anaknya di rawat dirumah saja, psikiater itu mengizinkan tapi dengan syarat Ayahnya harus bertanggungjawab ketika Bora melakukan hal yang membahayakan dirinya sendiri ataupu
Anna bangun dari tidurnya, dia melihat jam, ternyata menujukkan pukul tiga sore, dia mengingat Dzuhur dia sempat bagun untuk sholat tetapi karena kelelahan Anna memilih tidur kembali. Panggilan video Dae Jung berulang kali masuk ke ponselnya. Anna ingat tadi siang dia sempat melakukan panggilan video dengan Dae Jung."Aku rasa tadi siang sudah cukup untuk itu," gumamnya. Anna enggan untuk menelpon Dae Jung kembali, bagaimanalin dia harus menjaga perasaan Dae Song, ia pikir itu cara yang adil untuk tidak memihak ke siapapun.Anna beranjak keluar kamar, ada dua pelayan yang menyapanya. Karena saat itu Bu Nas dan Koki Choi sedang menjaga Dae Jung di rumah sakit, Anna khawatir jika kedua anaknya tidak terurus dengan baik."Anak-anak bagaimana?" tanya Anna."Setelah Tuan Song menyiapkan makan siang untuk mereka, Tuan Song mengantarkan mereka ke tempat Moskow," jawab pelayan itu.Anna bergegas untuk kondisi kamar anak-anaknya, sudah sepekan ini Anna tiafk terlalu memperhatikan Haneul dan Mi
Pelukan itu teramat hangat memenuhi tubuh Anna, Dae Song meraih wajah Anna untuk dipandangi."Anak-anakmu lebih mirip Dae Jung, aku ingin anak kita didalam perutmu ini mirip denganmu, agar semua tahu, itu adalah anak Anna Binatang Bintang."Anna tertawa, sangat lucu mendengar Dae Song berkata demikian."Kamu juga mirip dengan Haneul dan Micha, kalian berempat itu semua mirip," ucapnya sambil tertawa cekikikan.Dae Song yang gemas spontan menggigit dagu Anna, seketika kesedihannya berlalu sebab tawa Anna mencairkan suasana. Mendapatkan gigitan mesra dari Dae Song, Anna terhenyak, dia takut untuk menolak segala bahasa tubuh kemesraan dari suaminya."Aku mencintaimu istriku," ucap Dae Song.Anna hanya terdiam, Dae Song tahu ungkapan cintanya tidak akan terbalaskan oleh Anna, baginya cukup Anna mendengar dan menerima cintanya dengan tidak menolak lagi secara terang-terangan.Dae Song menenggelamkan Anna dalam pandangannya, nafasnya memburu seolah sedang berlari dari satu tekanan dalam dir
Anna terbangun karena belaian Dae Song, matanya menyipit memandangi Dae Song yang sempat mengucapkan selamat tinggal kepadanya. Namun ucapan itu terdengar samar-samar ditelinga Anna. "Tadi kamu bilang apa?" Pria rupawan itu menyunggingkan senyuman, "Aku bilang, kamu sangat cantik," Sahutnya berdalih. "Tidak, tadi kamu bilang ada sesuatu, apa?"Dae Song tidak akan mengulangi ucapan selamat tinggalnya kepada Anna. "Mungkin kau sedang bermimpi," Ucap Dae Song seraya mengusap-usap pipi istrinya. Anna melihat ada yang berbeda dari tatapan Dae Song lagi, ia terdiam sesaat, Anna merasa dia mulai menumbuhkan perasaan terhadap suaminya. Perasaan itu menyusup begitu saja, mungkinkah itu perasaan alami dari seorang istri? Batin Anna. Anna membangunkan diri, melirik jam, menujukkan hampir memasuki waktu Maghrib. Sontak Anna berlari ke kamar mandi Dae Song. "Kau kenapa?" Tanya Dae Song terheran. "Ingin mandi dan sholat," Sahutnya dari dalam kamar mandi. Beberapa menit menunggu, Anna kelu