Share

35. Dendam

Vidia menoleh dengan wajah angkuhnya. Aku menarik sudut bibir, kemudian berucap lembut, "Kamu harus baik-baik di sini, Maduku Sayang."

Perempuan berambut pirang itu tersulut emosi. Namun, aku harus segera pergi karena Yuni harus di makamkan lepas asar nanti. Genta yang sudah aku hubungi tadi merasa terkejut karena tidak menyangka maduku akan senekat ini.

Hanya singgah mengucapkan itu untuk menambah perih dalam hatinya. Sepasang kaki ini menuntunku menjauh, kemudian melanjutkan perjalanan ke rumah Yuni yang jaraknya lumayan jauh.

Pukul 17.00 aku bersama Genta. Air mata jatuh membasahi pipi. Keluarganya sudah datang semua. Ada yang meraung padahal menurut agama itu tidak boleh. Jika ditegur pasti akan berkata, "Yuni bukan keluarga kamu jadi tidak merasa terluka dengan kepergiannya!"

"Kok, kamu bisa tahu kalau Vidia bunuh Yuni sampai datangin polisi hari itu juga, Din?" tanya Genta sambil mengangkat satu alisnya.

"Aku liat dari rekaman CCTV dan langau

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status