Share

44. Apes Sekali

Dingin begitu menusuk kalbu. Hujan sudah berhenti dan menyisakan genangan di jalan. Aku mengekori Ferdila setelah selesai membayar pesanan tadi. 

Mobil membawa kami membelah jalan menuju rumah. Debar-debar dalam dada seakan saling berkejaran, mobil seakan melaju lambat melebihi siput.

Hening. Sunyi. Sepi. Gamang.

Aku terus melirik ke jam tangan, perasaan mulai tidak enak. Semoga saja surat itu masih ada. Kalau saja hilang, aku memang bisa melacak CCTV, tetapi bagaimana jika lampu sengaja dia matikan atau masuk menggunakan topeng?

Berkali-kali aku mengusap wajah gusar sementara Ferdila fokus menyetir. Mobil sudah masuk ke pelataran rumah, saat rem diinjak aku melompat ke luar dan berlari cepat ke arah pintu.

"Fer, pintu rumah terbuka!" teriakku.

Mendengar itu Ferdila bergegas melangkah. Dia memandang tidak percaya. Lampu rumah masih dalam keadaan menyala dan saat melangkah masuk dengan langkah hati-hati, tidak ada yang bersepah layaknya

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status