Maduku Tak Tahu Aku Kaya
Part 7Pov Hafiz**
Pagi ini aku dibuat terkejut oleh istri pertamaku, Humaira. Ia dandan bak seorang bidadari, tubuhnya kini juga terlihat lebih langsing. Dengan setelan gamis merah serta make up tipis, memberikan kesan ayu pada wajahnya. Serta tas selempang cokelat kecil di pundaknya. Membuatku terperangah melihat perubahannya.
Entah dari mana ia mendapat uang untuk membeli semua barang-barangnya itu, karena biasanya aku hanya memberikan uang jatah untuk membeli kebutuhan dapur. Namun, setelah aku membawa Riska kemari dia berubah sangat jauh. Riska adalah gadis yang aku nikahi tanpa sepengetahuan Humaira, dia adalah mantan sekretarisku. Berkat dialah aku sekarang bisa menjabat di posisi kepala bagian pada perusahaan yang telah memperkerjakanku setahun belakangan ini.
Karena seringnya kita bertemu, tumbuhlah benih-benih cinta dalam hatiku untuk Riska. Begitupun dirinya, hingga pada akhirnya kami menikah tanpa sepengetah
Maduku Tak Tahu Aku KayaPart 8**Anisa menungguku di depan rumah makan yang telah diberikan Mak Nining padaku ketika aku turun dari taksi online yang membawaku kemari. Senyum hangat Anisa berikan ketika aku mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengannya. Sepertinya ia adalah seorang yang sangat baik dan juga pandai."Mari, Bu. Saya antarkan keliling dulu," ucap Anisa canggung.Aku tersenyum kearahnya dan menghentikan langkahnya."Jangan panggil aku 'Bu'. Biasa saja, anggap kita itu adalah teman. Lagipula sepertinya kita seumuran. Panggil Huma saja, dan tidak perlu berbicara terlalu formal."Anisa terlihat kurang nyaman dengan obrolanku, namun aku segera menggandeng tangannya dan mengajaknya masuk ke dalam. Setelah beberapa saat, barulah Anisa merasa sudah nyaman denganku dan mulai terbiasa memanggilku dengan sebutan Huma."Kamu itu apanya Mak Nining, Nis?"Emm ... Aku itu saudara jauhnya, lebih tepatnya adalah anak d
Maduku Tak Tahu Aku KayaPart 9**Hari sudah beranjak sore ketika Ibu dan Kak Hani serta suaminya datang ke rumah. Mas Hafiz yang mendengar deru mobil masuk ke dalam pekarangan kami lantas keluar bersama Riska yang sepertinya habis menangis karena ponselnya kubanting.Aku mengerutkan dahi, kenapa kedatangan Ibu serasa ada sesuatu yang mengganjal dalam hatiku. Karena biasanya ia tak akan datang ke rumahku dan Mas Hafiz jika bukan karena ada maunya. Kak Ryan menatap tajam pada Riska, aku hanya bisa menghela nafas karena ia memang seorang buaya darat."Bu, ada apa?" tanya Mas Hafiz ketika ibunya itu sampai di teras.Riska tertunduk dan berdiri di belakang Mas Hafiz, sepertinya ia takut jika ketahuan oleh keluarga Mas Hafiz. Tapi, bukankah ini yang Ibu inginkan? Sudah sejak lama Ibu tak suka denganku, karena aku belum bisa memberinya seorang cucu."Kamu tidak mau mempersilahkan Ibu masuk dulu? Baru bertanya?""Silahkan masuk, Bu. Ak
Maduku Tak Tahu Aku KayaPart 10Hari berganti hari, kehadiran Ibu dan Kak Hani beserta suaminya sungguh membuatku semakin geram. Mereka tak henti-hentinya merendahkanku serta keluargaku karena kini Mas Hafiz telah memiliki jabatan yang tinggi di perusahaan tempatnya bekerja. Sedang si Riska, tetap saja dengan muka duanya selalu berlagak cari perhatian pada mertua dan iparnya itu. Padahal di belakangnya, ia sama halnya dengan mertua dan iparku, sama-sama merendahkanku."Lihat saja, kalau aku bisa mengambil hati Ibu dan Kak Hani maka sebentar lagi kamu akan di tendang dari rumah ini," ucapnya ketus pada suatu pagi ketika aku selesai membuat sarapan.Aku yang semula ingin segera bercerai dari Mas Hafiz tiba-tiba saja berubah pikiran, ingin membalaskan dendamku kepada mereka semua yang telah merendahkan keluargaku. Mereka pikir aku hanyalah seorang wanita miskin dan tak sepantasnya bahagia serta bersanding dengan Mas Hafiz yang kini telah memiliki jabatan yang
Maduku Tak Tahu Aku KayaPart 11"Assalamualaikum,"Aku mendongakkan kepala dan tak menemui siapapun di rumah. Kemana mereka semua? Bahkan Riska pun tak terlihat di rumah. Mas Hafiz juga tak memberi kabar kepadaku kalau akan pergi. Apa aku begitu tak berartinya buat Mas Hafiz, sehingga sama sekali tak mengabariku ketika ia akan pergi dari rumah.Kurebahkan tubuhku di atas ranjang kamar, menatap langit-langit kamar yang hampir sebulanan ini aku tempati sendirian. Dua hari yang lalu aku telah membongkar simpanan uangku dan menyerahkan semuanya kepada panti asuhan terdekat. Aku berharap uang itu bisa bermanfaat untuk orang lain.Suara deru mobil terdengar ketika aku selesai mandi dan bersantai di depan televisi. Kumasukkan satu potong pizza ke dalam mulutku, menggigit pelan dan mengunyahnya dengan sangat nikmat. Membuat Kak Hani yang baru saja masuk ke dalam rumah langsung menyerobot pizza terakhir yang ada ditanganku."Dapat uang dar
Maduku Tak Tahu Aku KayaPart 12**Tepat pukul delapan pagi aku telah sampai di rumah terkutuk itu lagi, aku menghela nafas panjang lalu melangkah mantap masuk ke dalam rumah itu. Terlihat dari balik jendela Kak Hani sedang mengganti perban ditangan kanan suaminya, membuat darahku mendidih ketika mengingat insiden semalam."Heh ... Miskin! Dari mana kamu? Dasar istri durhaka, meninggalkan rumah tanpa ijin suamimu." Sepertinya Kak Hani tidak tahu tentang insiden semalam, karena ia terlihat begitu tenang ketika merawat suami laknatnya itu."Hingga kakak iparmu terluka pun kamu tidak tahu, dasar tidak berguna," ujar Ibu menumpangi omongan Kak Hani. Membuatku terhenti sejenak lalu melirik Kak Ryan tajam."Memangnya dia kenapa?""Semalam ada maling yang masuk ke dalam kamarmu, Ryan mengusirnya hingga tangan kanannya terluka. Beruntung ada orang sebaik Ryan, jika tidak maka semua barang-barangmu sudah ludes."Aku mencebik, lalu melanj
Maduku Tak Tahu Aku KayaPart 13**Hari berganti sore, semilir angin mulai berhembus menerpa tubuhku yang kini telah berubah lebih ideal lagi. Tak ada lemak bergelambir serta wajah kusam. Kini aku telah menjelma sebagai Humaira yang baru. Zahra begitu bangga dengan perubahanku. Ia terus mendukungku untuk balas dendam kepada suami dan seluruh keluarganya yang telah membuatku sakit hati.Dan benar saja, tak lama berselang setelah aku mengunggah foto setelah aku selesai membeli perhiasan bersama Zahra tadi, ada banyak sekali orang yang mengomentarinya. Mereka sangat heran dengan perubahan yang terjadi denganku sekarang, tak terkecuali Risma dan Kak Hani.[Perhiasan palsu saja bangga]Itulah sebuah komentar yang dibubuhkan oleh Riska pada foto yang baru saja aku unggah. Terlihat Kak Hani juga mengomentari tak kalah pedas dengan Riska.[Beli perhiasan hasil merampok uang suami]Aku tersenyum kecut setelah membaca komentar dari
Maduku Tak Tahu Aku KayaPart 14**Suara alunan musik sopir taksi online yang tengah aku kendarai ini membangunkanku yang terlelap di kursi belakang kemudi. Perjalananku masih setengah jalan lagi, membuatku terduduk tegak dan melihat jalanan sekitar yang tengah aku lalui ini. Tepat pukul lima sore tadi aku berangkat menuju rumah Bapak dengan sebuah taksi online yang telah aku pesan sebelumnya.Tentunya setelah sebuah insiden yang sangat membuat mentalku mendadak hancur berkeping-keping. Bermula ketika dengan tak sengaja keluarga Mas Hafiz dan istri mudanya itu datang ke kedai, dan pada akhirnya Riska jatuh hingga pendarahan karena ulahnya. Serta kejadian tak senonoh yang dilakukan oleh kakak iparku di dalam toilet perempuan membuatku semakin hancur dan dendam kepada seluruh anggota keluarga itu.Aku meraba tubuhku yang telah berhasil di jamah oleh lelaki biadab itu, merasa jijik dengan diriku sendiri karena telah di cumbu olehnya meski hanya b
Akhirnya hari ini aku meresmikan cabang kedaiku yang kedua. Ditemani Bapak, Ibu dan juga Mak Nining, aku resmi membuka tempat usahaku yang baru. Semoga saja ini adalah awal yang baik untukku kedepannya. Akan aku buktikan pada Mas Hafiz dan juga seluruh keluarganya bahwa aku bisa berdiri tanpa lelaki sepertinya."Nduk, Mamak bangga padamu," ucap Mak Nining ketika aku baru saja selesai menyambut beberapa tamu yang sengaja kuundang keacara peresmian ini."Terimakasih, Mak. Berkat kebaikan Mamak lah sekarang Huma bisa sampai di sini." Aku memeluk seorang wanita yang sudah aku anggap sebagai ibu kandungku sendiri.Kehidupan ini memang lucu, orang sebaik Mak Nining harus disia-siakan oleh suaminya yang dulu. Andai saja orang itu tidak buta, pasti sekarang hidup Mak Nining akan jauh lebih bahagia. Sayang sekali, pria yang dicintai Mak Nining dengan sepenuh hati itu nyatanya malah menghancurkan hidup Mak Nining."Semua ini tak lepas dari jeri payahm