Tidak terasa kehamilan Kinan sudah menginjak usia hampir 7 bulan. Minggu depan rencananya dia akan mengadakan syukuran 7 bulanan di rumah sang nenek.Setelah perceraiannya, dia sengaja memutus semua aksesnya dengan Jaka. Kinan tidak mau berurusan dengan mantan ibu mertua yang selalu menyudutkannya tersebut. Kinan merasa hidupnya lebih bahagia sekarang dan dia tengah berfokus pada kehamilannya saja."Kinan untuk persiapan acara syukuran semuanya udah beres ya, catering dan souvenir sudah beres, rundown acara juga sudah dibuat oleh pihak event organizer. Apalagi ya yang kurang?" tanya Mahira memastikan."Uang tunai untuk amplop anak panti sudah siap belum?" tanya balik Kinan."Emm sepertinya sudah, kemarin Bu Arini sudah mengatakan kalau soal itu beliau yang akan mengurusi," jawab Mahira sambil melihat catatannya kembali memastikan persiapan acara syukuran Kinan.Kinan berencana mengundang anak-anak dari panti asuhan Bu Hasna dalam acara syukuran 7 bulanannya nanti."Eh Kinan, tahu ngga
Mahira gegas turun ke lantai 1 tempat pertengkaran itu berada. Dan Mahira pun terkejut melihat yang sedang bertengkar adalah Imel, mantan adik ipar Kinan. Dia sedang beradu mulut dengan seorang wanita yang sepertinya seusianya."Kamu ya kecil-kecil udah berani jadi pelakor," suara peeempuan yang sedang marah terdengar samar dalam pendengaran Mahira yang menbuat Mahira mengernyitkan keningnya.Mahira mendekat ke arah keributan yang ruoanya sekarang sudah menjadi tontonan para pengunjung cafe tersebut."Enak aja, Mas Anton ini masih single, ya kan Mas?" sahut Imel tak mau kalah."Eh anu, enggg anuu," pria yang dipanggil Mas Anton oleh Imel tersebut terlihat gagap saat berbicara."Tuh kamu liat dia gugup kan, nih pelakor kalau kamu mau bukti dia suami sahku" sahut si wanita yang segera melemparkan foto kopi buku nikah ke arah Imel."Dan ini buku nikah yang aslinya, masih belum percaya juga kalau dia ini pria beristri," lanjut wanita tersebut seraya menunjukkan dua buah buku nikah ke arah
POV IMELNamaku Imelda Anastasya, anak bungsu dan anak kesayangan di keluargaku. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki yang selalu royal kepadaku. Hanya saja ketika dia memperkenalkan seorang gadis yang akan dinikahi membuatku seketika merasa tersingkirkan.Ketakutanku sebagai anak bungsu dan anak kesayangan yang terbiasa dimanja dan dituruti semua keinginanku membuatku begitu membenci wanita yang akan dinikahi oleh kakakku tersebut."Kak, nanti aku nggak bisa manja-manjaan lagi sama kakak kalau kakak udah nikah," ujarku mengungkapkan ketakutanku pada Mas Jaka kala itu.Namun rupanya pernikahan mereka tetap terjadi, dan benar saja perlahan posisiku sebagai anak kesayangan perlahan digeser oleh istri kakakku itu. Namanya Kinanti, aku memanggilnya Mbak Kinan. Sebenarnya wajahnya cantik natural dan cukup pendiam dan tidak banyak mengangguku. Namun karena rasa letakutan yang berlebihan membuat kebencianku kepadanya semakin hari semakin bertambah.Apalagi Ibu juga begitu menyayangi Mbak Ki
Mahira gegas kembali ke atas untuk memberikan laporan kepada Kinan."Kinan tau nggak sih," cerocos Mahira seperti biasa."Nggak perlu kasih tau, aku uang ngeliat semuanya kok dari sini," jawab Kinan sembari menunjuk layar laptopnya."Huuhh, padahal mau bergosip," sungut Mahira sambil mencebikkan bibir.Kinan hanya tertawa melihat kelakuan dari sahabatnya tersebut. Kinan sudah bisa menebak pasti Mahira akan membahas soal Imel. Namun Kinan memilih untuk bersikap tidak peduli dan tidak mau tahu.Kinan melihat kembali ke arah laptopnya, dia melihat Imel sudah bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan ruangan tersebut dengan langkah gontai."Pasti berat buat Imel saat ini," gumam Kinan.Mahira akhirnya kembali melanjutkan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda karena insiden pertengkaran tadi. Dia sedang meneliti laporan bulanan dari cafe untuk diserahkan kepada Nenek Arini.Sebenarnya sejak kehamilan Kinan semakin besar, dua sudah dilarang sang nenek untuk ke cafe. Sang nenek menganjur
POV IMELMbak Kinan, wanita yang biasanya terlihat kumal berbaju daster panjang berjilbab lebar, kini terlihat begitu memukau. Gamis yang dikenakannya begitu pas membungkus wajahnya. Kutaksir harga gamis itu cukup mahal.Dan yang lebih membuat aku terkejut Mbak Kinan, wanita yang selalu diam tidak pernah melawan kini terlihat begitu memukau. Argumen yang dilontarkan semua membuatku terhenyak. Siapa yang mengajari kakak iparku hingga bisa berbicara seberani dan setegas itu.Singkat cerita akhirnya kakakku tercinta harus dipenjara, dan lagi-lagi Mbak Saskia kakak iparku yang baru memasang dirinya sebagai tameng untuk melindungi kami sekeluarga.Dan kini yang aku tunggu akhirnya menjadi kenyataan, Mas Jaka resmi bercerai dengan Mas Jaka. Kulihat wajah Mas Jaka yang terlihat begitu sedih ketika akhirnya putusan itu diresmikan oleh hakim. Tapi aku berusaha mengacuhkan itu, karena aku sudah membayangkan hidupku akan menjadi lebih baik karena kakak iparku yang kaya raya.***Kehidupanku seja
Acara 7 bulanan Kinan berjalan dengan lancar dan sukses. Kinan terlihat begitu bahagia berkumpul dengan banyak orang yang menyayanginya. Para tamu pun ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh Kinan."Kinan, kamu istirahat dulu sayang. Pasti kamu lelah sekali setelah seharian beraktifitas kan?" ujar Nenek Arini pada cucu kesayangannya tersebut."Iya Nek, Kinan masih asik ngeliatin bulan nih, bagus banget ya Nek?" tanya balik Kinan."Kamu persis sekali dengan kedua orang tua kamu, Kinan. Mereka dulu sangat suka duduk di balkon ini bercengkerama berdua lalu minum teh sambil menatap indahnya bulan," ujar sang nenek sambil menerawang.Kinan melihat neneknya yang merasa sedih merasa tidak enak."Maaf ya Nek, aku bikin nenek sedih ya? Nenek pasti kangen banget sama mama dan papa, sama aku juga Nek. Kadang aku membayangkan pasti bahagia sekali rasanya kalau mama sama papa masih ada disini nemenin kita," ucap Kinan sambil menunduk."Nggak Kinan, mereka selalu ada disini bersama kita, mun
Kinan sedang berkeliling mall sendirian karena Nenek Arini sedang ada keperluan. Hari ini dia berencana untuk membeli beberapa keperluan seperti baju bayi dan segala printilan kecil lainnya.Sepertinya bayi yang dikandung Kinan sangat mengerti jika ibunya sedang berjuang sendirian. Bayi tersebut tidak pernah rewel sama sekali, begitu baik dan manis."Awwww.. Hati-hati donk kalau jalan, saya lagi hamil nih. Kalau kandungan saya ada masalah kamu mau tanggung jawab, hah?" bentak seorang wanita dengan suara yang cukup keras.Kinan rupanya sedang melamun saat dia tidak sengaja menabrak seseorang yang berjalan di hadapannya."M-maaf saya kurang hati-hati saat berjalan," ujarnya seraya memungut belanjaannya yang terjatuh."Loh Kinan," sahut suara lelaki yang rupanya mengenal Kinan.Kinan segera menengok ke arah wanita yang ditabraknya apalagi wanita tersebut mengatakan kalau sedang hamil juga sama seperti dirinya. Namun alangkah terkejutnya dia melihat siapa yang sedang berada di depannya.
"Berita darimana itu? Nggak mungkin lah aku kayak gitu Mas," ujar Imel berusaha untuk mengelak dari pertanyaan Jaka."Nggak usah bohong, cepat kasih tahu Mas. Yang jujur daripada Mas marah nanti," ujar Jaka masih berusaha menekan amarahnya.Imel yang sedang ditatap begitu intens oleh sang kakak hanya bisa menundukkan kepalanya. Ibu Jaka sedang ikut acara liburan dengan geng arisannya di Bali. Karena itu beliau yang biasanya selalu membela Imel, apalagi jika Jaka bertindak sedikit keras kepada adiknya itu. "Jawab Mel, apa betul kamu menjadi pelakor?" tanya Jaka kepada adiknya lagi."Emm, sebenarnyaa.. S-sebenarnya Imel nggak tahu Mas kalai dia sudah punya istri," jawab Imel dengan suara pelan sekali.Jaka hampir saja tidak mempercayai ucapan adiknya itu. Wajahnya berubah menjadi marah tanda menahan amarahnya."Kamu kenapa bisa kayak berbuat memalukan gitu Mel?" tanya Jaka frustasi dengan perbuatan adiknya."Kamu itu Mel, kayak nggak ada lelaki lain aja sih," celetuk Saskia pada adik i