Malam Tanpa Noda
Bab 55Bella21++Tubuhnya meliuk-liuk mengikuti irama musik. Para penonton melemparkan uang lembaran berwarna merah dan biru. Bertepuk tangan memberi semangat.Satu persatu pakaiannya ia lepas. Kini, tubuhnya terbalut hanya menggunakan bra dan celana dalam. Matanya menatap para penonton. Ia menari sensual. Semua penonton adalah lelaki hidung belang. Mereka haus dengan gairah. Tak pernah puas melihat tubuh wanita lain. Setiap hari akan datang. Terkadang, menuntaskan hasrat dengan membayar sesuai tarif. "Ayo Sayang! Gerakkan tubuhmu!" teriak salah satu lelaki berbadan gemuk. Ia adalah pelanggan setia Bella. Dua wanita menghampiri Bella. Mereka menyentuh dan meraba bagian tubuh Bella. Para penonton hidung belang semakin menjadi. Naik ke atas panggung dan menarik tubuh Bella ke dalam dekapan. "Saya mau Dia!" teriaknya lantang. "Tak bisMalam Tanpa NodaBab 56Kesadaran Bella21++"Ton, aku gak mau nemenin pria tua itu," mohonnya dengan suara lirih."Sayang, ini untuk kita juga. Kamu tahu kehidupan kita sedang susah." Toni mengiba seperti pengemis jalanan."Aku akan mencari pekerjaan yang lebih besar gajinya. Aku tak mau menjadi pel*cur." Air mata Bella berjatuhan dengan deras. Mereka berada di belakang panggung."Kata siapa kamu menjadi pal*cur? Kamu hanya menemani dia. Demi kehiduapan kita yang lebih baik. Temani dia," rayu Toni. Ia memeluk tubuh Bella dan membelai rambut pirang."Aku mencintaimu sangat mencintaimu. Tak akan pernah meninggalkanmu. Lakukan dan aku akan semakin mencintaimu." Toni mencium kening Bella. Ia mengusap air mata dengan jari jemarinya. Tersenyum manis dan penuh harap."Aku juga sangat mencintaimu." Bella memeluk tubuh Toni."Ayo aku antar. Jangan takut ada aku!" Lelak
Malam Tanpa NodaBab 56Kesadaran Bella21++"Ton, aku gak mau nemenin pria tua itu," mohonnya dengan suara lirih. Matanya mulai mengembun."Sayang, ini untuk kita juga. Kamu tahu kehidupan kita sedang susah," bujuk Toni."Aku akan mencari pekerjaan yang lebih besar gajinya. Aku tak mau menjadi pel*cur." Bella mengelengkan kepala."Kata siapa kamu menjadi pal*cur? Kamu hanya menemani dia. Demi kehiduapan kita yang lebih baik. Temani dia," rayu Toni. Ia memeluk tubuh Bella dan membelainya."Aku mencintaimu sangat mencintaimu. Tak akan pernah meninggalkanmu. Lakukan dan aku akan semakin mencintaimu." Toni mencium kening Bella. Ia mengusap air mata dengan jari jemarinya."Aku juga sangat mencintaimu." Bella memeluk tubuh Toni."Untuk masa depan kita. Aku akan mengantarmu." Lelaki itu mengandeng Bella menunju kamar yang berada di belakang club.
Malam Tanpa NodaBab 57Bella meringis menahan sakit disekitar tubuhnya, luka lembab di wajah dan noda merah di hidungnya. Ia usap perlahan dengan jari.Seperti biasa ia mendapat perlakuan tak senonoh. Tubuh indah dan rampingnya kini menjadi kurus kering. Wajahnya tak bercahaya seperti dulu lagi."Sayang, bagaimana?" tanya kekasih hatinya. Lelaki yang ia pilih ketika meninggalkan Faisal masuk ke kamar setelah pelanggan pergi.Bella melempar uang berwarna biru ke arah lelaki itu. Lelaki itu menyeringai dan memungut semua uang yang berhamburan. Bella bangkit dan memungut pakaiannya yang telah robek. Ia membuang ke dalam tempat sampah. Seperti biasa, membawa pakaian ganti dalam tasnya.Bella memakai pakaiannya dengan cepat."Tunggu, sayang. Mau ke mana?" Kekasihnya menahan lengannya."Lepas, aku mau pulang!" Bella membentak lelaki itu."Hayo'lah Say
Malam Tanpa NodaBab 58Airi dan Putra mencium sesuatu yang tidak beres di salah satu perusahaan cabang yang berada di Surabaya. Hari itu juga mereka berangkat dengan pesawat terbang."Siapa pemimpin perusahaan di sana?" tanya Airi ketika meraka berada dalam perjalanan."Pak Ibnu, ia manager baru sejak delapan bulan yang lalu. Aku curiga ada sesuatu di perusahaan cabang tersebut."Sebenarnya, Putra ragu untuk menerima Ibnu sebagai penganti manager kepercayaannya. Ia hasil rekrut dari Ibu Aura. Putra sudah menolak lamaran Ibnu. Namun, dengan kegigihan Aura yang juga memiliki saham di perusahan tersebut membuat Putra mengalah."Berapa banyak dana yang diseludupkan?""Sekitar satu miliyar," jawab Putra. Ia melihat data yang masuk dan keluar tidak sesuai.Mereka telah sampai di sebuah gedung yang tak jauh dari ibukota Surabaya."Aku lup
Malam Tanpa NodaBab 59"Ayo buka mulutmu dan ikut berpesta." Mereka tertawa terabahak-bahak. Airi memberontak."Tidak! Jangan sentuh!""Jangan!" Airi memohon agar minuman haram itu tak tertelan olehnya.Airi menendang aset laki-laki itu. Ia meringis kesakitan menyentuh bagian sensitifnya."Kurang ajar, kamu!" Hijab Airi ditarik hingga hampir lepas."Jangan sentuh aku baj*ngan! Kamu akan menyesal."Ibnu semakin tertawa. Ia tak menyangka dengan keberanian Airi.Suara pintu terbuka dengan keras. Mereka terkejut dan wajah berubah pucat."Hentikan! Apa yang kalian lakukan?" Putra membuka pintu ketika mendengar jeritan Airi. Pemandangan yang sangat kacau. Airi terduduk dan kedua tanganya di pegang ke arah belakang."Lepaskan dia!" perintah Putra menunjukkan tangannya ke Airi."Pak Putra, Anda ke mari." Ibnu menghampiri Putra. Ia mel
Malam Tanpa NodaBab 60Putra mengantar Airi hingga ke rumahnya."Kakak, hati-hati.” Airi tersenyum kepada Putra. Lelaki itu terpana dengan paras ayu milik wanita itu. “Apakah boleh aku memilikimu,” lirih Putra. Ia menatap manik hitam Airi sebelum menjalankan mobil.“Apa maksud Kakak.” Mengernyit heran.“Eh, apa? Tadi aku ngomong apa, ya?” Putra mengaruk kepala dan menampilkan sederetan gigi putihnya.“Sudah malam, besok Kakak jemput.” Putra melambaikan tangan ke arah Airi yang masih berdiri dengan tatapan linglung.‘Mungkin aku salah denger.’ Airi melambaikan tangan ke arah Putra.Empat mata mengintip di balik pintu, mereka bergegas kembali duduk di sofa berpura-pura berbincang. Airi masuk ke kamar sebelumnya berpamitan dulu ke pada orang tuanya.“Dasar anak muda sekar
Malam Tanpa NodaBab 61 Mak Imah, tersenyum dan melirik suaminya. Putra tak berkedip menatap Airi. Wajah Airi memerah bagaikan kepiting rebus. Ali mencubit perut Putra, ia meringis kesakitan." Kak Putra, jaga matanya bukan muhrim," celetuknya. Putra mengaruk kepalanya dan bersikap kikuk. Ingin rasanya ia memberi pelajaran kepada bocah itu--Ali. Sikapnya yang blak-blakan membuat Putra gemas. "Bang Putra, sudah lama di sini?" tanya mak Imah dengan logat betawi asli. Ia menarik kursi di samping suaminya dan menyendokkan nasi goreng ke piring Bima kemudian. bergantian dengan piring yang lain. Terakhir menuangkan ke dalam piringnya. Seperti itulah seorang istri dan ibu. Jika, berada di meja makan. "Dia dari subuh sudah sampai," ucap Bima. Lelaki tua itu terkekeh. Bima mengintip Putra dibalik jendela yang sedang berbincang dengan bi Nina. "Ti-tidak, Mak. Aku datang jam enam." Putra melirik Airi yang masih
Malam Pertama Tanpa NodaBab 62Putra keluar toilet dengan tubuh yang lemas. Biasanya, ia kuat makanana pedas. Namun, kali ini tubuhnya tak bisa menerima."Airi ...." Putra mencari keberadaannya. Ia tak menemukan wanita itu. Seorang karyawan lain memberikan ponselnya kepada Putra."Ini Pak ponselnya.""Ke mana Bu Airi?""Ia sedang ada urusan mendadak."Putra berjalan ke ruangannya dengan tangan meraba dinding."Pak Putra, baik-baik saja?" tanya seketarisnya. Airi memberi tahukan keadaan Putra padanya."Tubuhku terasa lemas," ucapnya lirih."Bagaimana kalau kita ke rumah sakit?""Baiklah. Aku tunggu di sini saja.""Saya hubungi supir dulu."Di dalam ruangan Airi. Wanita itu sedang duduk mengetuk-ketuk pulpen ke meja. Hatinya gusar dan resah.