Terima kasih telah membaca, komentar dan votenya selalu dinanti
Malam hari berganti dengan fajar dengan sekejap mata. Helena nyaris tak bisa tidur semalaman. Ia sibuk menyiapkan segala sesuatunya untuk dirinya dan gadis kecilnya yang akan bersiap pergi meninggalkan kota ini dengan segera. Kota Salt Lake masih sangat tenang pagi itu, waktu memang terasa lebih lambat untuk di mulai di kota kecil yang terkenal jarang penduduk itu. Berbeda dengan Digory Valley tempat Shane tinggal di dalam istana megahnya. Shane mengaduk kopi paginya yang dibawakan awal hari itu oleh Jasper dengan wajah yang tak jauh beda ketika asisten pribadinya itu menjemputnya dari apartemen Helena kemarin sore. Wajah tampan Shane masih masam. Jasper jadi sedikit ragu menyampaikan laporan paginya yang biasa ia lakukan saat bos besarnya itu sedang sarapan. “Apa yang ingin kamu katakan?” tanya Shane menyadari asisten pribadinya terlihat gundah. “Saya ingin menanyakan tentang persiapan pesta pernikahan yang sudah dilakuan, Tuan Shane. Venue dan segala tentang pernikahan yang s
Bergegas Helena pergi ke cafe walau tadi ia berharap orang terakhir yang ia temui pagi ini adalah mantan suaminya tapi sekarang harapan itu berbalik. Helena benar-benar ingin bertemu Shane Digory. Namun, cafe itu masih sepi tak ada jejak kedatangan Shane Digory seperti biasanya. ‘Apa ia membawa Pim dan meninggalkan kota begitu saja.’ Pikiran Helena mulai berkecamuk tak menentu. Ia mulai menuduh Shane membabi buta dengan kesedihan yang sarat di matanya. Helena mencoba menghubungi Jeremy sesaat setelah di cafe. “Jeremy, maaf aku menghubungimu sepagi ini, tapi apa kau tahu nomor telepon Shane?” Terdengar suara mengantuk di ujung sambungan dan wajah Helena berubah dengan raut kecewa saat Jeremy menjawab, “aku tak punya. Kau kira aku siapa Helena. Tapi bukankah kau-.” Helena langsung memotong pembicaraan Jeremy. “Apa kau tak bisa memintakan nomor Shane pada Jasper?” Alih-alih menjawab Jeremy malah bertanya balik.“Kau tak punya nomor Tuan Shane? Bukankah kalian-.” Helena terdengar s
Helena menghembuskan napas kesal. “Apa yang harus aku lakukan?” Athena tersenyum licik. “Aku senang kau cepat tanggap.” Wanita berambut merah itu kemudian memerintahkan ke arah anak buahnya. “Panggil wartawan kesini segera.” Alis Helena langsung bertaut tapi ia belum sempat bertanya apa pun saat Athena berbalik melihatnya sembari berkacak pinggang. “Kau harus mengatakan persis sesuai apa yang aku inginkan. Tak peduli dengan nama baik, yang terpenting adalah anak itu kan bagimu?” Helena tak menjawab pertanyaan basa-basi Athena. “Cepat katakan apa maumu, aku ingin segera bertemu anakku!” “Baiklah- baiklah tenang dulu, brengsek,” umpat Athena sambil menyeringai. Ia kemudian melihat Helena yang berdiri di hadapannya dari ujung kaki hingga ujung rambutnya dengan pandangan meremehkan. “Setelah itu kau harus pergi dari kota ini, menghilang jauh! Kabar baiknya aku akan membiayai kepergianmu sekaligus kebutuhanmu selama ya-.” Athena tampak menimbang-nimbang sebentar. “Satu minggu.” Wanita
Namun, belum sempat Athena melangkah keluar, pergelangan tangan wanita cantik berambut merah itu ditahan oleh Helena. “Tunjukkan padaku kalau anakku masih aman.” Wajah Athena berkernyit kesal. “Tenang saja ia aman! Kalau kau tak melakukannya maka akan ku perintahkan anak buahku memberi anak kecil itu sedikit pelajaran.” Muka Helena langsung sepucat kapas. “Ja- jangan lakukan itu. Aku yang salah. Jadi jangan menyakiti anakku.” Athena langsung menghentikan tangannya untuk menepis tangan Helena yang memegang pergelangannya. “Lakukan sesuai mau ku, hanya setengah jam dan aku akan membiarkan kalian berdua pergi ke luar negeri. Jauh dari Shane Digory.” Helena mengangguk patuh. ‘Setidaknya begitulah yang aku inginkan walau harus mengorbankan Shane. Maafkan aku Shane.’ Athena melenggang keluar, siap memerintahkan anak buahnya untuk menyuruh para wartawan masuk. ‘Shane akan memaafkanku sekarang, semua kesalahan sekali lagi ku timpakan pada Helena.’ Athena tersenyum lebar sambil memikirkan
Wajah Shane dan wajah Primrose bergantian muncul di benak Helena sekarang. Ia seakan memakan buah simalakama, mengorbankan cintanya atau anaknya. Sebuah pikiran terlintas di pikiran Helena. ‘Bagaimana jika aku yang pergi? Shane dan Pim bisa tinggal bersama, dan aku tak perlu mengorbankan salah satu diantara mereka… ‘ Tapi ia yakin dirinya tak akan bisa hidup jika harus berpisah dengan Primrose, karena itu Helena mencoba egois dan memutuskan untuk membiarkan Shane kembali dengan kekasihnya, Athena. ‘Walau berbohong pada Shane, Athena tak akan menyakiti pria itu. Ia sangat mencintai Shane.’ Tanpa Helena ketahui penilaiannya tentang Athena salah besar. Athena sudah berselingkuh berkali-kali di belakang Shane. Serangan kecemasan menyelimuti Helena. Keringat dingin menjalar pelan menuruni pundaknya. Ia yang tak biasa menjadi pusat perhatian publik sekarang harus bersiap menghadapi ratusan kamera yang menyoroti wajahnya. Helena harus terlihat sewajar mungkin di depan wartawan agar anakn
Beberapa jam sebelumnya, Shane sedang berjalan di selasar kantor pusat Digory group yang merupakan tempat inti dari segala bisnis milik keluarga Digory. Kantor itu berada di gedung besar nan mewah, berdiri angkuh di tengah-tengah dinginnya pusat kota Digory Valley. Perasaan Shane sedang tak menentu semenjak terakhir ia menginjakkan kakinya di apartemen Helena. Mendapati kalau mantan istrinya juga berbohong padanya selama ini dan menyembunyikan anak mereka. ‘Bukankah apa yang ia lakukan padaku itu sangat keterlaluan? Tapi apakah yang pernah aku lakukan pada Helena juga keterlaluan?’Shane akhirnya merenungi apa yang telah ia lakukan pada Helena selama ini sepanjang pernikahan mereka. Shane mengembuskan napas pelan. ‘Pada akhirnya kita akan seperti ini ya, Helena.’ Tiba-tiba suara teriakan mantan istrinya itu terdengar jelas di telinga Shane, menghentikan langkahnya yang sedang berjalan di selasar kantornya yang mewah. Shane setengah berlari ke arah cafetaria karena mendengar sumber
Helena tak berharap apa pun pada kedatangan Shane. Tapi ia merasa sedikit tertolong saat semua mata dan arah kamera berputar terpusat ke arah lelaki tampan itu.Shane berjalan dengan ekspresi dingin, membelah kerumunan wartawan yang mengerubungi Helena. Membuat semua orang hanya mengikuti langkah kakinya yang mendekat ke arah Helena. “Apa yang kau lakukan?” tanya Shane pada wanita berambut hitam panjang itu. Helena hanya bisa diam. Ia akhirnya sadar maksud kedatangan mantan suaminya ke sini. ‘Shane juga bermaksud menghukumku sekarang.’Seorang wartawan nekat memecah suasana tegang itu dengan menyodorkan alat rekannya pada Shane. “Tuan Shane apakah maksud kedatangan Anda ke sini ingin memberi pelajaran pada wanita yang mengganggu kekasih Anda?”Shane tersenyum tipis sebelum menanggapi pertanyaan wartawan itu. “Tentu.”Jawaban singkat Shane dengan wajah terlihat lebih ramah membuat wartawan lain ramai-ramai melontarkan pertanyaan. Mereka seolah-olah lupa kalau wawancara itu ditujukan
“Kalian pernah menikah? Anda dan Nona Helena?”“Siapa wanita ini? Kenapa kami tak pernah mendengar dia sebelumnya?”Alih-alih menjawab, Shane malah menatap lembut ke arah Helena yang sekarang berada di sampingnya. Tangan Shane melingkar di atas pundak kecil milik Helena. “Ya ia adalah mantan istriku dan kami akan rujuk kembali,” ulang Shane seakan tak mempedulikan efek ucapannya. “Kau gila?” bisik Helena agar tak terdengar oleh siapa pun disekitar mereka. Helena menatap Shane tak percaya, bola matanya seperti akan melompat keluar. “Kau mabuk, Shane? Atau kau hanya ingin membuatku semakin menderita? Kumohon aku benar-benar tak tahu harus bagaimana menghadapimu dan tunanganmu, aku akan menyingkir segera dari kehidupan kalian tapi jangan sampai menyakiti Pim,” pinta Helena dengan suara serak menahan tangisnya yang nyaris pecah. Helena mencengkram kemeja hitam milik Shane, adegan itu terlihat mesra bagi yang tak mengetahui hubungan mereka. Tapi tubuh Helena terasa limbung dan satu-sat