Lydia melirik Shinta yang merasa aneh dan terlihat dia juga tidak tahu ada orang lain. Keduanya berpandangan sejenak sebelum masuk. Dia tersenyum pada Kevin dan berkata, “Makan malam kali ini bukan jebakan, kan?”Kevin mengibaskan tangannya sambil melihat ke arah Dylan dan Lydia.“Aku juga hanya bantuin orang. Maafkan kelancanganku, tapi aku bilang dulu kalau aku akan berusaha netral. Aku nggak akan ikut campur urusan kalian berdua. Untuk menunjukkan permintaan maafku, setelah kalian selesai bicara, aku akan pergi survey ruang analisis yang baru dibangun. Aku percaya Bu Lydia pasti akan tertarik.”Dia memang tertarik, tetapi sungguh tidak enak sekali rasanya dibohongi orang. Lydia memasang raut datar dan melihat ke arah Dylan dengan kening berkerut sambil berkata, “Pak, kalau mau bahas masalah pipa tembakau, kita nggak perlu lanjutkan lagi.”“Lydia, hari ini Kakek mencarimu dan ngomong banyak omongan jelek. Aku harap kamu jangan simpan di hati,” ujar Dylan sambil menatapnya.Dia tahu b
Dylan merasa dadanya sesak. Matanya menggelap seketika. Dia tidak tahu kalau Lydia begitu pintar memainkan biola dan tidak tahu begitu jago merokok.“Dulu aku takut kamu nggak suka makanya nggak pernah menunjukkannya di hadapanmu. Otomatis kamu nggak pernah melihatnya.”Setiap kali selesai donor darah, tubuhnya sangat lemah dan Dylan menemani Olivia. Hanya rokok yang menemani Lydia. Hari-harinya yang begitu sulit membuat perempuan itu berteman baik dengan nikotin.Lydia menarik ujung bibirnya dan tatapannya terlihat sedikit sedih ketika mengingat kejadian itu. Akan tetapi hanya berlangsung satu detik saja dan kembali normal. Dia menatap Dylan yang menunduk sambil tersenyum penuh arti.“Mau dengar syaratku?”Tanpa menunggunya menjawab, Lydia langsung berkata, “Seberapa banyak darah yang aku donor untuk Olivia, minta dia kembalikan juga sebanyak itu. Kalau dalam satu kali nggak bisa dikembalikan hingga lunas, bisa dua atau tiga kali. Pokoknya dalam satu tahun harus lunas.”“Apa?!” Dylan
Kevin mengangkat alisnya dan berkata, “Bagaimanapun aku yang lancang. Kalau bersedia, Ibu boleh ikut aku. Nggak semua orang bisa melihat tim analisis pengembangan teknologi inti.”Tanpa berpikir panjang Lydia langsung menyetujuinya. Dia perlu tahu teknologi penelitian terbaru dari Julist Group sehingga dia dapat dengan cepat memahami situasi pasar. Dengan begitu maka Lydia akan memiliki lebih banyak peluang dalam sektor kecerdasan buatan.Mereka bertiga berangkat bersama. Kevin berkata pada Shinta, “Bu Shinta nggak boleh ikut. Di sana merupakan rahasia tertinggi perusahaan. Tenang saja, aku akan mengantar Bu Lydia kembali dengan aman.”Shinta menatap Lydia dengan ragu. Sedangkan Lydia mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh Kevin sehingga dia mengangguk pada asistennya itu dan berkata, “Kamu kembali dulu, saya baik-baik saja.”“Baik, Bu.” Mereka berdua berangkat dengan mobil Kevin. Keduanya duduk di kursi penumpang bagian belakang dengan bagian jendela yang ditutupi secara penuh. Lyd
Lydia terdiam dan kemudian dengan riang menunduk dan menggendong harimau itu.“Harimau Kecil? Kamu lagi?”Harimau itu melompat di bahunya dan dengan lucu berkata, “Aku nggak kecil, aku ini harimau besar yang garang!”Lydia terbahak dan dia menoleh ke arah Kevin sambil bertanya, “Dia ingat denganku?”“Ingatannya memang sangat bagus. Dia nggak sama dengan harimau yang sungguhan. Kecilkan suaramu, jangan sampai dia dengar,” ujar Kevin sambil berbisik.“Aku sudah dengar! Nggak suka kamu lagi! cih!” kata harimau itu sambil membuang muka marah.Kevin mengusap hidungnya bingung. Pemuda dengan rambut gelombang itu mendekat dan berkata, “Kamu cewek cantik yang dia maksud?”Pemuda itu mengenakan kacamata hitam dan terlihat orang cerdas. Usianya yang baru 20 tahun membuatnya terlihat sangat dewasa.“Pengkhianat ini sombong sama kami katanya dia melihat perempuan yang cantik. Seleranya selalu tinggi sampai kami ingin lihat sendiri. Tiba-tiba kamu sudah datang saja.” Lydia tersenyum dan mengelus k
Di sana adalah foto kakaknya yang sedang mengambil medali. Ketika berusia 17 tahun, dia mendapatkan medali emas tertinggi di dunia bisnis. Mendadak kakaknya menjadi ilmuwan cerdas yang diperebutkan berbagai negara. Di foto tersebut dia terlihat sangat segar dan tertawa ceria.“Kamu kenal juga dengan dia?” tanya Amel dengan antusias. Kedua matanya tampak berbinar dan berkata, “Dia itu idolaku. Aku suka sekali dengan dia. Aku bisa bersyukur sekali kalau bisa langsung ketemu dengan orangnya!”Lydia diam sesaat. Kakak keduanya memang cukup terkenal di dunia bisnis. Akan tetapi sifatnya sedikit aneh dan tidak suka didekati oleh perempuan. Bahkan Rizal saja khawatir kakaknya itu akan menjadi perjaka tua.Amel terlihat bersemangat membagikan kelebihan Kenny pada Lydia. Dia menggandeng lengan Lydia dan berkata, “Kamu nggak merasa dia tampan? Jauh lebih tampan dari artis! Kira-kira bagaimana bentuknya waktu nggak pakai baju ya?”“Biasa saja,” gumam Lydia dengan suara kecil.Waktu kecil dia seri
Setelah menyimpan nomor Amel, Lydia menggendong harimau kecil keluar. Melihat perempuan itu keluar dengan begitu cepat membuat Kevin terlihat aneh. Lydia tertawa sambil mengangkat harimau kecil yang ada di tangannya.“Amel kasih dia ke aku, aku boleh bawa dia pergi?”Kevin terlihat terkejut kemudian tertawa dan berkata, “Tentu saja, itu barang pribadi dia dan nggak ada hubungannya dengan perusahaan. Kalau dia kasih ke kamu, kamu boleh membawanya pergi.”Lelaki itu mendekat dan mengelus harimau kecil sambil berkata, “Sampai jumpa lagi pengkhianat, nggak boleh nakal.”“Cih! Akhirnya aku pergi dengan cewek cantik.”Kevin tertawa dan berkata, “Ayo, aku antar kamu pulang.”Begitu tiba di rumah, Lydia ingin menjalin hubungan lebih dekat dengan harimau kecil. Akan tetapi ponselnya berdering dan terlihat telepon video dari Liam.Harimau kecil tersebut langsung melihat ke sekitar saat baru masuk rumah. Melihat semua perabot rumahnya yang mewah membuat dia berdecak kagum sambil menggoyangkan eko
Lydia tengah bermain ponsel dan senyumannya tersungging tanpa bisa ditahan. Tiba-tiba terdengar orang yang berseru, “Dylan!”Perempuan itu mendongak tanpa sadar dan menatap ke arah sumber suara. Senyumannya berubah kaku karena terlihat sosok Olivia di sana. Dylan membawa Tony datang untuk menjemput perempuan itu. Olivia langsung memeluk tubuh Dylan dengan mata memerah. Punggung kedua orang itu membuat tatapan Lydia terasa tertusuk.Hati Lydia terasa perih tanpa sadar. Rasa tersebut timbul tanpa bisa dia tahan. Waktu di dunianya seperti berhenti berputar. Tiba-tiba sebuah tangan memeluk punggungnya dari belakang dan membawanya dalam pelukan. Aroma familiar tersebut membuatnya tersadar dan dia melihat ke arah sosok tersebut sambil berkata, “Kak! Sudah umur berapa masih suka kagetin orang saja.”Wajah tampan Liam ada di hadapannya. Dia mengenakan kacamata hitam dan mengangkat alisnya sambil berkata, “Sudah berani kamu! Kenapa baru datang setelah aku menunggu begitu lama?”“Wah! Itu Liam!
Liam langsung bertanya ketika masuk ke mobil. Dia tadi melihat dengan jelas kalau Dylan ada di bandara juga.Lydia mengangguk dengan raut datar dan menjawab, “Iya, kekasihnya pulang.”Keberadaan Dylan tidak bisa diabaikan oleh orang lain. Liam yang begitu cerdas juga pasti akan menyadarinya.“Cih, perempuan yang di sampingnya itu? Benar-benar sudah buta!”“Seleranya nggak sama. Oh iya, foto di bandara pasti akan tersebar di internet. Kakak perlu cari koneksi untuk urus?”Liam mendengus malas dan berkata, “Nggak perlu, aku mau orang liat seberapa laku adikku ini!”Kalau bukan karena Dylan yang mendadak muncul, dia masih belum bersedia mempublikasikan Lydia. Namun karena lelaki itu sudah muncul, maka tidak boleh membuat Dylan merasa Lydia tidak menarik.“Kakakku, Kakak tahu akhir-akhir ini aku seberapa banyak gosip? Aku sudah nyaris menyaingi artis-artis seperti kalian!” kata Lydia sambil tersenyum pasrah. Kemungkinan akan ada banyak artis yang iri dengannya.“Ya sudah, selama ada Kakak