Suaminya mengangguk mengiyakan. “Begitulah Mama. Sangat perhatian terhadap keluarganya. Memang dia cerewet dan terkesan suka mencampuri urusan orang lain. Tapi sebenarnya hal itu untuk menunjukkan kepeduliannya yang tulus. Tolong kamu agak sabar menghadapinya ya, Leen. Setidaknya Mama kan sudah membiarkan kita tinggal di rumah yang sesuai dengan keinginanmu. Itu sudah merupakan suatu pengorbanan yang besar darinya.”Aileen mengangguk setuju. Dia sendiri bukanlah orang yang terlalu perhitungan. Kalau memang pihak sana sudah mundur selangkah, dirinya pun tak keberatan untuk mengalah. Seperti halnya dengan gaun pengantin resepsi yang merupakan pilihan ibu mertuanya. Dia menurut saja memakainya demi menghindari perselisihan yang tak perlu. Demikian pula halnya dengan serba-serbi pernikahan seperti souvenir, konsep acara, menu hidangan resepsi, kue pengantin, bahkan dekorasi kamar pengantin pun dipercayakannya sepenuhnya pada ibu mertuanya tersebut.“Gimana ya reaksi Mama Tina seandainya d
Sebuah perasaan tak enak bergelayut dalam hatinya. Penthouse ini disewa oleh kedua orang tua Sam untuk memfasilitasi kami berdua mereguk malam pertama yang indah. Tapi aku minta anak mereka pergi demi menikmati malam pertama dengan pria lain!“Sam…sori. Aku…aku sungguh nggak pantas melakukan ini. Kurasa…kurasa sebaiknya kubatalkan saja pertemuanku dengan James….”Samuel langsung bangkit berdiri. Ditatapnya tajam perempuan yang telah resmi menjadi istrinya itu. Wajah cantik di hadapannya tertunduk malu. Terlihat jelas Aileen tak sanggup membalas tatapan suaminya.Pria itu berdeham pelan. Dia lalu berkata dengan hati-hati, “Kamu sudah telanjur berjanji pada pacarmu untuk bertemu di sini, kan? Bagaimana perasaannya nanti kalau pertemuan kalian tiba-tiba dibatalkan? Bisa-bisa dia curiga kita berdua ngapa-ngapain di sini.”Dia sudah tahu maksud James menemuiku di penthouse ini, keluh Aileen dalam hati. Yah, pria manapun pasti dapat menebak tujuan sepasang kekasih berduaan saja di dalam kam
Sementara itu sang pengantin pria justru menghabiskan malam pernikahannya dengan menyetir mobil mengelilingi segenap penjuru kota Surabaya. Malam telah larut. Jalanan lancar sekali. Lampu-lampu malam menerangi jalan raya dengan indahnya. Membuat hati Samuel terluka.Seharusnya ini malam pertamaku dengan Aileen Benyamin! protesnya dalam hati. Dia sudah resmi menjadi istriku. Pendamping hidupku yang sah. Tapi...tapi.... Aaarggghhh....Laki-laki itu memukul kepalanya sendiri. Dirinya merasa bodoh sekali telah membiarkan pria lain mereguk madu istrinya di malam pengantinnya. Tapi...apa yang dapat kulakukan? batinnya tak berdaya. Orang itu mengenal Aileen lebih dulu dan berhasil merebut hatinya. Dan kalaupun aku yang sekarang bersama istriku, belum tentu dia akan lebih bahagia. Selain tidak mencintaiku, Aileen juga akan mengetahui kenyataan bahwa...bahwa aku tak sanggup menunaikan kewajiban memberi nafkah batin padanya!Kepala Samuel menjadi pusing sekali. Dia lalu mengeraskan volume audio
Hari-hari selanjutnya dijalani Aileen dan Samuel apa adanya bagaikan air mengalir. Pasangan suami-istri baru itu tinggal berdua saja di rumah baru dua lantai pemberian Ruben. Mereka tinggal di kamar tidur yang terpisah di lantai dua. Semula Samuel bersikap gentleman dengan menyarankan Aileen untuk menempati kamar utama. Namun istrinya itu menolak dengan halus. Alasannya karena dia takut tidur sendirian di kamar seluas itu. Perempuan itu lebih merasa nyaman tidur di kamar yang lebih kecil. Dirinya juga berdalih tak mau kerepotan setiap hari membersihkan kamar yang berukuran besar."Kalau kelamaan bersih-bersih kamar, takutnya aku malah nggak sempat menjalankan pekerjaanku menerjemahkan novel online," timpal perempuan itu setengah bergurau. “Terus gimana pertanggungjawabanku terhadap perusahaan yang sudah mengontrakku?”Samuel tersenyum geli mendengar alasan yang tak masuk di akal itu. Dia tahu bahwa sebenarnya Aileen merasa sungkan menempati kamar utama. Bagaimanapun juga tempat ting
Untunglah selama hampir dua bulan Aileen tinggal di rumah itu, tak pernah sekalipun orang tua maupun mertuanya datang tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Bahkan mereka jarang sekali muncul.Justru Aileen dan Samuel yang seminggu sekali rutin datang mengunjungi mereka. Hari Sabtu siang merupakan jadwal bagi pasangan suami-istri itu berkunjung ke rumah keluarga Manasye. Lalu keesokan harinya mereka bertandang ke kediaman keluarga Benyamin.Kehidupan pasangan itu bisa dikata cukup harmonis. Jarang sekali terjadi percekcokan. Kalau salah satu pihak sedang tidak senang hati, yang lain cenderung bersikap diam demi tak memperkeruh persoalan. Tak sampai keesokan harinya, pihak yang tidak senang hati itu mulai luluh dan mengajak bicara kembali pasangannya.Bahkan Aileen lambat-laun merasa lebih dapat berkomunikasi dengan suaminya daripada kekasihnya. Kalau keinginan James tidak dipenuhi, pemuda itu langsung ngambek, tidak mempedulikan Aileen, dan ujung-ujungnya berlagak mau memesan
James menurut. Dilepaskannya tubuh ramping kekasihnya itu. Lalu pasangan muda-mudi tersebut berjalan beriringan menuju wastafel. Setelah mencuci tangan terlebih dahulu, Aileen berinisiatif mengambilkan nasi bagi James dan dirinya sendiri.Dibukanya rice cooker di atas meja makan. Diambilnya nasi lalu diletakkannya pada dua buah piring kosong. Ditanyakannya pada sang kekasih apakah porsi nasi yang diperuntukkan baginya sudah cukup.James mengangguk. Dia sudah selesai mencuci tangan. Dilihatnya piringnya sudah berisi nasi dan gurami goreng bagian kepala dan separuh badan. Sedangkan separuh badan lainnya dan bagian ekor berada di piring kekasihnya.James tersenyum. Aileen memang sangat perhatian. Perempuan itu tahu bahwa kekasihnya tidak suka bagian ekor ikan. Setiap kali makan ikan goreng maupun bakar bersama James, dia selalu mengalah dengan menyantap bagian ekor dan separuh badan ikan.Mereka berdua makan langsung dengan memakai tangan. Lahap sekali. Sambal buatan Aileen terasa sekali
Sang menantu menggeleng. “Nggak ada, Ma. Segar semua cabenya.”“Kalau begitu, ikannya yang kurang segar,” kata Tina menyimpulkan. “Kamu belinya di mana? Jangan di pasar. Lebih baik beli ikan yang masih hidup di supermarket. Mahal sedikit tapi fresh.”“Iya, Ma. Belinya di supermarket, kok. Masih hidup juga. Terus Aileen minta pegawai supermarket menangkap ikan itu dan membersihkannya. Sam lihat juga waktu itu, Ma.”Tina masih tak puas mendengar pernyataan Aileen. Dicecarnya terus menantunya itu.“Terus kapan kamu belinya?”“Dua hari yang lalu, Ma.”“Dua hari yang lalu?!” pekik sang mertua kaget. “Itu namanya nggak fresh, Leen. Lain kali kalau beli ikan di supermarket, paling lama dua puluh empat jam kemudian harus dimasak. Biar nggak sakit perut kayak kamu tadi.”“Baik, Ma,” jawab Aileen dengan sikap menurut. Whatever you say, Mother in Law, batin perempuan itu sebal. Yang penting kebawelanmu segera berhenti. Kepalaku sakit rasanya dicecar banyak pertanyaan olehmu!“Jangan-jangan anakk
Hati istri Samuel itu berdesir. Dia dapat menduga kelanjutan kata-kata Tina. Perasaannya tiba-tiba menjadi sedih. Dia merasa memberi harapan kosong pada ibu kandung suaminya itu.Sementara itu Tina mengerjap-ngerjapkan matanya. Dia tak suka kelihatan lemah di hadapan orang lain. Setelah berhasil menenangkan diri, wanita itu melanjutkan kata-katanya, “Papa dan Mama sangat mengharapkan kehadiran penerus keluarga Manasye. Semoga kamu bisa segera mengandung anak Sam ya, Leen. Kehidupan perkawinan kalian pasti akan lebih berwarna kalau ada buah hati yang lucu. Sebanyak mungkin nggak apa-apa, deh. Nanti kalau kamu kesulitan mengasuh, Mama bisa carikan baby sitter. Juga pembantu rumah tangga untuk bersih-bersih.”“Iya, Ma. Terima kasih,” jawab sang menantu singkat.Ibu mertuanya tampak berpikir sejenak. “Atau…,” lanjut wanita itu kemudian. “Gimana kalau mulai sekarang saja kamu pakai pembantu, Leen? Supaya tidak terlalu cape membersihkan rumah. Sam juga tidak direpotkan. Pasangan suami-istri