"Astaga, tidak ada yang darurat dari tiga orang wanita yang sedang terburu-buru ke toilet, Belle. Terutama wanita hamil sepertiku dan juga Halwa," kekeh Lilian. Belinda tidak sempat protes karena mereka telah sampai di depan pintu toilet dan melangkah masuk ke dalamnya. Namun saat Belinda melewati bilik pertama, seseorang menarik tangannya hingga masuk ke dalam bilik itu dan langsung menguncinya, "Hello, My Lady! Maaf harus bertemu di tempat seperti ini," ucap Victorino sambil memberikan senyuman memikatnya pada Belinda. Kedua mata Belinda membola saat megetahui sosok pria yang menariknya masuk. Bau parfum yang sangat ia kenali mulai menelusup masuk ke lubang hidungnya, hingga memorinya saat bersama dengan pria itu kembali berputar lagi. "Rino! Lepaskan aku!" "Tidak, My Lady. Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kita bicara dari hati ke hati," tolak Victorino sambil mengurung Belinda dengan tangannya. "Tidak ada yang harus kita bicarakan lagi, Rino! Lebih baik kamu lepaskan aku se
"Ya. Dengan terbakarnya Palazzo itu aku telah memutuskan untuk tidak lagi tenggelam di masa laluku. Aku harus terus maju melangkah ke depan demi kamu dan juga anak kita Belle. Dan aku pun mengharapkan hal yang sama padamu, Belle. Melangkahlah ke depan dan lupakan masa lalu itu. Sadarlah Belle Felipe sangat membutuhkan kita, orang tua kandungnya yang akan selalu menjaganya dan juga membesarkannya, bukannya pria lain." Diingatkan dengan kenyataan kalau ada pria lain saat ini, Belinda pun menepis tangan Victorino, "Ya, aku akan move on dari masa laluku melalui pernikahanku dengan Henry. Aku akan memulai lembaran baruku dengannya." Victorino menghela napas panjang, Wanita itu masih saja berusaha untuk menyangkal perasaannya sendiri. Padahal jelas sekali kalau tadi Belinda sama rindunya dengan Victorino. "Jangan keras kepala, Belle. Apa kamu yakin akan menghabiskan sisa hidupmu dengan pria yang tidak kamu cintai? Jangan karena kamu ingin menghukumku hingga kamu mengabaikan kebahagiaan k
"Felipe menyukai Henry. Jadi sudah pasti dia telah sepenuhnya mengizinkannya." "Apa kamu sudah bertanya sebelumnya padanya? Karena tanpa sepengetahuan kamu, Felipe telah mengizinkan aku untuk mencoba mengambil hatimu lagi. Yang berarti putra kita itu masih berharap kita bersatu kembali." Sudah saatnya Belinda mengetahui apa yang Victorino bicarakan berdua saja di sekolah putra mereka itu. Sontak saja Belinda menjauhkan dirinya dari pelukan Victorino saat mendengar pengakuan pria itu sambil menggelengkan kepalanya, seolah menolak percaya pada apa yang telah Victorino ucapkan tadi, "Tidak mungkin. Felipe sangat membencimu, anak itu pasti tidak akan melakukan itu," sanggahnya. "Apa kamu ingat saat Felipe mengajak aku bicara empat mata dengannya saat di sekolahnya?" tanya Victorino, ia akan menghadapkan kenyataan yang harus wanita itu terima. Putra mereka sendiri menginginkan Victorino merebut kembali hati mamánya. Namun Belinda dengan keras kepalanya menolak percaya pada ucapan Victo
"Baiklah aku akan melepaskanmu, Belle. Kalau kamu mau menikah dengan Henry maka nikahilah pria itu. Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu itu," lirihnya. Victorino menghapus air matanya sebelum tangannya bergerak ke arah anak kunci dan baru akan memutarnya saat tiba-tiba Belinda memeluknya dengan sangat erat, "Jangan pergi! Jangan tinggalkan aku ... " isaknya pilu. Victorino memejamkan kedua matanya. Selama ini ia dapat membaca dengan sangat tepat jalan pikiran seseorang hanya dengan menatapnya saja. Tapi tidak dengan Belinda, ia sama sekali tidak dapat membaca jalan pikiran wanita itu. Apa yang sedang Belinda rasakan dan apa yang tengah menjadi beban pikirannya, Victorino tidak dapat menerkanya dengan tepat. Selalu saja mudah berubah-ubah. Seperti saat ini, Belinda tidak mau membatalkan pernikahannya dengan Henry, namun tidak mau Victorino meninggalkannya. Kalau memang wanita itu masih mencintai Victorino, kenapa tidak membatalkan saja pernikahannya? Atau apa saat ini Belinda ten
Victorino baru akan mengatakan kebenarannya pada Belinda kalau tidak ada hubungan apapun di antara dirinya dengan Elena. Pertunangan itu hanyalah sandiwara untuk memuluskan rencana mereka dalam hal membongkar kebusukan keluarga Foxmoore, ketika terdengar seruan salah satu pengawal Duke William, "Lady Belle! Apa anda baik-baik saja? anda sudah terlalu lama di dalam!" Sontak saja hal itu membuat Belinda ketakutan. Wanita itu langsung menjauhkan dirinya dari Victorino lalu melangkah mundur hingga punggungnya membentur dinding dengan kedua mata yan g membola lebar, "Ba ... Bagaimana ini?" tanyanya. Jelas sekali saat ini wanita itu tengah ketakutan setengah mati. '¡Hijo de puta! (Berengsek!)' maki Victorino di dalam hatinya. Victorino benci melihat Belinda seperti itu, ia tidak ingin melihat Belinda ketakutan seperti itu. Seandainya saja ia tidak memiliki dampak kedepannya yang pastinya tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tapi juga Belinda dan Felipe nantinya, Victorino pasti su
Setelah mengantar Felipe kembali ke Mansion Duke William, sang supir dan kelima pengawal tadi langsung membawa Belinda menuju butik tempat Henry memesan pakaian pengantin mereka, pria itu sudah menunggunya di sana. Tentu saja Belinda tidak dapat menolaknya, ini sudah bagian dari rencana pernikahannya dengan Henry, yang ia sendiri pun ragu akan dapat membatalkannya. Hanya Duke William saja yang dapat membatalkannya, karena meski Belinda menolak pun pernikahan itu akan tetap terlaksana juga. Pengalaman gagal menyelamatkan hidup putranya, membuat Duke William tidak ingin hal yang sama terjadi juga pada Belinda. Bersama dengan Henry, Duke William akan dapat memastikan kesejahteraan hidup Belinda serta Felipe. Jika hidup bersama dengan seseorang yang berasal dari kelas sosial yang sama, maka segalanya akan lebih mudah. Itulah yang selalu ditanamkan Duke William pada Belinda. Ia tidak dapat menang melawan GGnya itu. Jadi, Belinda hanya dapat menjalaninya saja, meski jauh di lubuk hatiny
Diperjalanan kembali ke Mansionnya, Belinda lebih banyak diam saja dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela, sementara Henry selalu mencoba untuk menciptakan percakapan yang menarik untuk mereka. Namun sekeras apapun usaha pria itu, Belinda tidak dapat meresponnya dengan baik. Karena saat itu pikirannya tengah dipenuhi dengan Victorino, ia akan mengambil keputusan gila malam ini. Ya, ia harus melakukan itu sebagai salam perpisahan pada pria yang sangat ia cintai, yang cinta mereka seolah selalu dipermainkan oleh takdir yang tidak memihak pada mereka. "Kamu marah padaku, Belle?" Pertanyaan lirih Henry pada akhirnya berhasil menarik perhatian Belinda padanya. Ia menghela napas pelan sebelum menjawab, "Aku marah? Tentu saja aku marah atas kebiohongan kamu itu, Henry. Kamu bahkan berkali-kali menghina Rino tidak hanya di depanku, tapi juga di depan Felipe. Apa kamu tidak sadar perubahan sikap felipe padamu belakangan ini?" "Jadi karena masalah itu Felipe jadi cenderung menghindar
"Daddy tanya sekali lagi, apa kamu yakin kalau Don Victorino benar-benar ingin bertanggung jawab padamu?" tanya Lord Foxmoore untuk yang kesekian kalinya. Mereka sedang berbincang di kamar rias, membiarkan penata rias pribadi keluarga Foxmoore menata rambut dan menghias wajah serta pakaian mereka untuk acara pesta cocktail malam ini. "Ya, Dad. Dengan tidak adanya Belinda dan putranya, maka tidak ada lagi yang harus Rino khawatirkan. Jadi pria itu sudah bisa membuka dirinya untukku," jawab Elena untuk yang kesekian kalinya juga. "Kamu tidak boleh percaya begitu saja padanya El setelah berkali-kali pria itu menolak bertanggung-jawab padamu karena telah mebuatmu terjatuh dari kudamu itu!" Desis Henry. Ia sama sekali tidak percaya kalau Victorino dapat semudah itu beralih dari Belinda. Karena ia tahu betapa dalamnya cinta Victorino pada wanita itu, jadi rasanya tidak mungkin pria itu dapat beralih pada wanita lain semudah itu. "Kamu selalu saja berburuk sangka padanya, Henry. Apa kamu