Share

CHAPTER 3

Aksa masuk ke dalam ruangan dan memandangi Elvia yang sedang berkutat dengan kertas-kertas  tetapi pemandangan ini lebih baik dibandingkan Elvia harus bersedih seperti tadi. “Kau akan cepat tua jika dahimu mengerut seperti itu”. Elvia pun terlonjak karena kaget mendengar suara Aksa. “Apakah kau tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu?”. Aksa mendengus dan melangkah ke arah Elvia. “Aku sudah mengetuknya berulang tadi tapi kau sangat sibuk dengan pekerjaan mu”. Kata Aksa.

Elvia menghiraukan perkataan Aksa dan kembali menyibukkan dirinya dengan berkas-berkas yang ada di atas meja. Aksa melangkah dengan cepat dan mengambil kertas-kertas yang ada di tangan Elvia dan membuat Elvia kebingungan. “Apa yang kau lakukan?”. Kata Elvia bingung. “Apakah kau tidak ingin pulang? Ini sudah pukul sepuluh malam”. Mata Elvia membulat dan memandang jam yang sudah menunjukkan angka sepuluh.

“Aku tidak tahu kalau sudah pukul sepuluh malam”. Kata Elvia bergumam dan hanya pasrah saja ketika Aksa menarik tangannya. “Aku tahu kalau kau ingin bekerja keras tetapi kau juga harus memperhatikan waktu istirahat mu”. Kata Aksa dengan nada yang bosan karena Aksa selalu mengingatkan Elvia untuk menjaga pola istirahatnya tetapi Elvia selalu melupakan hal tersebut.

“Kau terlihat seperti Ayah yang sedang memarahi anak gadisnya”. Elvia tertawa lucu ketika melihat Aksa yang mendengus setelah mendengar perkataanya. “Aku hanya tidak ingin kamu sakit oke?”. Aksa kemudian membukakan pintu untuk Elvia dan Elvia selalu suka ketika Aksa memperhatikannya dalam hal-hal kecil seperti ini.

Seorang bodyguard mengetuk pintu mobil Elvia sehingga membuat sopir Elvia mengurungkan niatnya untuk melajukan mobilnya. “Permisi Nona ini ada titipan bunga untuk mu”. Elvia mengerutkan dahinya karena Elvia tidak merasa memesan bunga tersebut. Elvia mengambil surat yang terselip dalam bunga tersebut yang bertuliskan permintaan maaf.

Elvia bisa langsung menebak siapa yang telah mengirimkannya bunga dan merampas bunga tersebut. “Aku tidak ingin kau terkontaminasi kuman dari bajingan itu”. Elvia tertawa kecil mendengar penuturan Aksa. Aksa pun keluar dari  mobilnya dan mengembalikannya pada bodyguard yang tadi memberikan bunga.

“Jangan pernah menerima bunga apapun lagi untuk Nona karena kita tidak tahu apakah orang itu mempunyai niat baik atau buruk”. Kata Aksa dengan tegas dan bodyguard tersebut meganggukkan kepalanya dan membawa bunga itu pergi.

Kendrick yang sedari tadi menatap dari kejauhan pun mencengkram kedua tangannya di stir mobilnya. Kendrick mengambil handphonenya dan menelpon seseorang. “Cari tahu tentang pria yang bersama dengan wanita ku sekarang!”. Kendrick melempar handphonenya begitu saja untuk melampiaskan emosinya. Kendrick kembali melajukan mobilnya untuk membuntuti mobil Elvia. Kendrick melihat bagaimana Aksa memperlakukan Elvia dengan lembut ketika mereka melangkah bersama untuk masuk ke mansion. “Apakah mereka tinggal bersama?”. Emosi Kendrick kembali memuncak memikirkan hal tersebut dan memilih untuk pergi dari sana sebelum otaknya memerintahkannya untuk masuk ke dalam mansion Elvia.

Elvia akhirnya sampai di mansion orang tuanya dan disinilah Elvia bertumbuh bersama dengan orang tuanya. Elvia turun dari mobil setelah pintu mobilnya di buka oleh seorang bodyguard dan Elvia memandang mansion milik orang tuanya dengan tatapan sendu tetapi para maid dan bodyguard di mansion itu tidak dapat melihat tatapan sendu milik Elvia karena Elvia memakai kaca mata hitam. “ Aku sangat merindukan rumah ini”. Kata Elvia dalam hati.

Elvia masuk ke dalam mansionnya dan disambut oleh beberapa maid yang berdiri di depan pintu. Para maid pun membungkukkan badannya dan Elvia menyapa mereka dengan ramah. “Istirahatlah aku tahu pasti kau lelah”. Kata Aksa sambil mengusap kepala Elvia. “Kau bisa menelpon ku jika kau butuh bantuan”. Kata Aksa.

Elvia yang mendengar perkataan Aksa pun menganggukan kepalanya. “Aku pasti akan menelpon mu setiap detik”. Kata Elvia bergurau dan membuatnya tertawa. “Aku pamit”. Elvia menatap punggung Aksa yang mulai menjauh. Elvia sangat beruntung memiliki Aksa yang selalu menemaninya dalam suka maupun duka.

Elvia masuk ke kamarnya dan melihat bahwa kamarnya bersih dan rapi bahkan tata letak barangnya tidak berubah. Elvia memutuskan untuk mandi karena tubuhnya sangat lengket, setelah beberapa saat Elvia keluar dari kamar dengan keadaan yang jauh lebih segar dan setelah itu Elvia duduk didepan meja riasnya dan memakai rangkaian skincare miliknya.

 Bunyi handphonenya membuat Elvia dengan cepat mengambil handphonenya karena pasti putri kesayangannya yang menelpon dirinya dan tebakan Elvia tidak pernah meleset. “Haii mommy”. Kata  Oleena Ruby Bellamy Sylvester dengan semangat sambil melambaikan tangannya di depan kamera. “Haii cantik”. Elvia sangat merindukan putri kesayangannya itu apalagi mereka jarang berjauhan dan Elvia tidak pernah meninggalkan Ruby sendirian.

Oleena Ruby Bellamy Sylvester adalah anak dari Elvia dan Kendrick dan Ruby memilik wajah yang sangat mirip dengan Kendrick dan Ruby hanya mewarisi warna arambut cokelat dari Elvia. Ruby mempunyai warna mata biru laut seperti Kendrick bahkan dan Ruby memiliki bibir yang berwarna pink alami dan bentuknya pun juga sangat mirip dengan Kendrick.

“Aku sangat merindukan mu Mommy”. Mata Ruby mulai berkaca-kaca dan Elvia merasa sedih karena melihat Ruby yang mulai menangis tetapi Elvia tidak ingin Ruby menginjakkan kakinya di kota ini dan bertemu dengan Kendrick. Ruby cemberut karena melihat Elvia hanya melamun smabil menatap dirinya. “ Kapan Mommy akan pulang, mansion ini terasa sepi tanpa dirimu?”. Kata Ruby dan Elvia tersentak dari lamunannya.

“Mommy juga merindukan mu dan mommy akan berusaha untuk pulang secepatnya oke?”. Ruby semakin cemberut mendengar perkataan Elvia dan Elvia sungguh amat merasa gemas dengan Ruby. Andaikan Ruby ada bersama dengannya saat ini pasti Elvia sudah menggigit pipi gembul anaknya itu. “Kenapa mommy tidak mengijinkan aku untuk ikut?”. Elvia menghela napasnya karena Ruby berulang kali menanyaka hal ini kepadanya. “Mommy hanya takut kau kelelahan sweetheart”. Ruby mendengus mendengar perkataan Elvia yang tidak masuk akal. “Mommy berbohong padaku”. Kata Ruby merajuk dan mulai menangis dan Elvia selalu lemah ketika anaknya mulai menangis.

“Heii jangan menangis mommy mohon”. Bahkan mata Elvia mulai berkaca-kaca. “Aku hanya ingin bersama mommy, apakah keinginan ku yang ini tidak bisa Mommy kabulkan?”. Elvia menghela napasnya. “Oke baiklah besok Mommy akan menyuruh uncle Aksa untuk menjemput mu dan berhentilah menangis Mommy tidak tega melihat mu menangis”. Ruby yang mendengar perkataan Elvia pun menghentikan tangisnya dan menatap Elvia dengan pandangan berbinar. “Semoga keputusan ku kali ini adalah keputusan yang terbaik”. Kata Elvia sambil memandangi Ruby yang sedang bercerita tentang kegiatannya.

 Elvia dan Ruby menghabiskan waktu telepon mereka dua jam lebih dengan Elvia yang terus mendengar cerita Ruby tentang peliharaannya yang sakit dan harus di bawa ke dokter. Setelah telepon terputus Elvia pun menelpon Aksa. “Apakah kau merindukan ku? Kita bahkan baru berpisah sejam yang lalu”. Kata Aksa dengan kepercayaan diri yang tinggi. “Kau sangat percaya diri sekali Mr.Rezvan”. Aksa tertawa mendengar perkataan sarkas dari Elvia.

“Aku ingin meminta tolong padamu untuk menjemput Ruby karena Ruby ingin sekali datang ke New York”. Elvia memandang ponselnya karena tidak mendapat tanggapan dari Aksa. “Heii apakah kau mendengar ku?”. Kata Elvia dengan nada yang tinggi. “Apkah kau yakin dengan keputusan mu?”. Elvia terdiam mendengar perkataan Aksa.

Aksa mendengar kalau Elvia sedang menghembuskan napasnya. “Aku tidak mempunyai pilihan lain karena tadI Ruby menangis dan aku tidak tega membiarkannya menangis”. Suara Elvia pun tercekat. “Aku juga tidak bisa membiarkan pengasuh Ruby mengurus Ruby terus menerus karena pasti Ruby juga membutuhkan ku”. Aksa menganggukkan kepalanya sekalipun Elvia tidak melihatnya.

“Baiklah kalau itu kemauan mu aku akan menjemput Ruby dan membawanya dengan selamat”. Aksa mencoba mencairkan suasana karena tidak ingin Elvia larut dalam kesedihannya. “terima kasih Aksa”. Setelahnya Elvia mematikan teleponnya dan berkata bahwa dia ingin istirahat apalagi hari ini banyak kejadian yang membuat fisik dan batinnya lelah.

Elvia melangkah kearah tempat tidurnya dan membaringkan diri sambil memandangi langit-langit kamarnya. “Bagaimana bisa aku melupakan mu kalau setiap kali aku memandang wajah Ruby yang sangat mirip denganmu”. Elvia menekan dadanya yang terasa sesak seperti terhimpt batu yang besar.

“Apakah kau akan menerima Ruby sebagai anak mu ketika kalian bertemu nanti?”. Elvia langsung menggelengkan kepalanya. “Aku akan berusaha untuk tidak mempertemukan mu dengan Ruby”. Elvia hanya ingin egois dan tidak ingin membagi Ruby dengan Kendrick dan bukan hanya itu saja Elvia takutnya Kendrick tidak mengakui Ruby sebagai anaknya atau bisa saja Kendrick mengambil Ruby darinya dan Elvia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Elvia tidak tahu bahwa keputusannya hari ini untuk membawa Ruby kembali ke Kota New York akan mendapat dampak yang besar dalam kehidupannya nanti.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status