Apa alasan yang akan Sandra berikan kepada Wisnu?
🏵️🏵️🏵️ “Aku nggak ada niat sedikit pun menghindarimu, Mas. Aku merasa tersiksa dengan perpisahan kita.” Sandra memegang tangan laki-laki yang sangat mencintainya tersebut. “Kalau kamu merasa tersiksa tanpa diriku, kenapa kamu meninggalkanku? Kamu tiba-tiba hilang dan aku merasa menjadi seseorang yang kehilangan arah.” Sekarang Wisnu yang menggenggam tangan Sandra. “Maafin aku, Mas. Aku telah membuatmu menunggu, tapi ….” Sandra tiba-tiba menggantung kalimat yang ingin dia ucapkan. “Tapi kenapa, Sayang?” Wisnu penasaran mendengar apa yang ingin Sandra sampaikan. “Nggak apa-apa, Mas. Lupain aja. Yang penting sekarang aku ada di sini untukmu.” Sandra mengembangkan senyuman di depan Wisnu. Melihat keromantisan yang Wisnu tunjukkan, Sandra tidak mampu menceritakan apa yang seharusnya dia utarakan kepada laki-laki itu, padahal sebelumnya, Sandra telah berjanji kepada diri sendiri untuk memberitahukan kebenaran yang terjadi terhadapnya kepada Wisnu. “Kita pesan menu favorit kita, ya,
🏵️🏵️🏵️ Seperti biasa, sore ini Sarah melakukan aktivitas bersama Bi Inah, menyiram tanaman. Walaupun Sarah masih sangat sedih mengingat kemesraan yang terjadi antara suaminya dengan wanita lain, tetapi dia berusaha menutupi hal itu di depan semua penghuni rumah Wisnu. Sarah tetap menunjukkan senyumannya di depan Bi Inah. Dia tidak ingin orang lain mengetahui luka yang dia rasakan saat ini. Sarah tetap berusaha tegar walau hatinya menangis karena mengetahui sang suami mampu bersikap mesra terhadap wanita lain. “Sore, Bik, Sarah.” Reno tiba-tiba muncul di dekat Sarah dan Bi Inah. Hampir setiap hari laki-laki itu menunjukkan batang hidungnya di rumah Wisnu. “Eh, ada Den Reno. Non Jessy ada di rumah, kok.” Bi Inah sebenarnya tahu kalau Reno sering mengunjungi rumah Wisnu hanya untuk bertemu dengan Sarah. “Terima kasih, Bik, tapi aku mau ketemu Sarah. Ada yang ingin aku bicarakan padanya.” Reno memberikan balasan yang membuat Sarah risi. “Bibik kirain mau ketemu Non Jessy. Ya, udah
🏵️🏵️🏵️ Sebulan telah berlalu setelah kejadian kesalahpahaman yang terjadi antara Wisnu dan Reno. Sejak saat itu, adik sepupu Wisnu tersebut tidak pernah menunjukkan batang hidungnya. Dia tiba-tiba tidak ada kabar. Jessy bahkan sangat heran kenapa saudaranya itu tidak dapat dihubungi sama sekali. Dia mencoba bertanya kepada Wisnu, tetapi laki-laki itu justru memberikan jawaban yang aneh menurut Jessy. “Kamu nggak perlu bertanya tentang orang itu ke Kakak.” Begitu balasan yang Wisnu ucapakan kepada Jessy tentang Reno. “Kakak kenapa, sih? Gitu banget jawabannya. Kakak ada masalah apa dengan Reno?” Jessy tidak mengerti dengan sikap kakaknya. “Nggak ada, tapi lagi kesel aja sama, tuh, anak.” Wisnu segera menjauh dari Jessy karena tidak ingin mendengar pertanyaan berikutnya dari adiknya tersebut. Wisnu juga tidak mengerti kenapa tiba-tiba merasa sangat kesal terhadap Reno. Dia sadar kalau dirinya tidak mungkin cemburu melihat kedekatan Reno dengan Sarah karena baginya sang istri ha
🏵️🏵️🏵️ “Kamu kenapa, Sayang?” tanya Bu Siska kepada Sarah dengan wajah heran. “Saya mual, Mih. Mungkin masuk angin karena semalaman nggak tidur.” Sarah merasa yakin kalau dirinya sedang masuk angin. “Kenapa sampai nggak tidur?” tanya Bu Siska penasaran. “Nggak apa-apa, Mih.” Sarah tidak ingin mengatakan yang sebenarnya kepada sang ibu mertua. Dia tidak mampu terpejam tadi malam karena mengingat dirinya akan berpisah dengan Wisnu. “Perginya ditunda aja. Kamu istirahat dulu.” Bu Siska memberikan Saran. “Biarin aja pergi sekarang, Mih. Kenapa harus ditunda?” Tiba-tiba Jessy membuka suara. “Jessy! Kenapa kamu nggak punya perasaan? Kamu juga perempuan, seharusnya mengerti posisi Sarah.” Pak Wildan tidak terima dengan sikap Jessy. “Nggak apa-apa, Pih. Saya pergi sekarang. Saya akan naik taksi.” Sarah pun mencium punggung tangan kedua mertuanya secara bergantian. Dia juga mengulurkan tangan kepada Wisnu dan Jessy, tetapi ditepiskan. Sarah tidak ingin berlama-lama di tempat tersebu
🏵️🏵️🏵️ “Mas Wisnu lagi sibuk, Yah.” Sarah memberikan alasan. “Tapi hubungan kalian baik-baik saja, ‘kan?” Sang ayah merasakan sesuatu yang aneh dengan kedatangan Sarah tanpa Wisnu. Setelah Wisnu dan Sarah menikah, kedua insan itu belum pernah sekali pun mengunjungi rumah Pak Dimas dan Bu Ratna. Sarah tidak berani mengajak sang suami berkunjung ke rumah orang tuanya. “Iya, Ayah. Ayah tenang aja. Sarah dan Mas Wisnu baik-baik saja.” Sarah berusaha meyakinkan Pak Dimas. “Syukurlah kalau kalian baik-baik saja. Ya, sudah, Ayah berangkat kerja dulu.” Sarah dan ibunya pun mencium punggung tangan Pak Dimas. Laki-laki paruh baya itu segera menyalakan mesin motornya lalu meluncur. Sarah tidak kuasa menahan kesedihannya di depan Bu Ratna. Dia langsung menumpahkan bening kristal dari pelupuk matanya lalu memeluk wanita itu. Sarah pun menceritakan apa yang terjadi sebenarnya hingga dia berada di rumah orang tuanya saat ini. “Apa reaksi mertuamu, Sayang?” tanya Bu Ratna. Dia berusaha menen
🏵️🏵️🏵️ “Sarah ingat hampir tiga bulan nggak haid, Buk.” Sarah memberikan jawaban. “Apa? Jadi, kamu nggak cerita ke Wisnu?” Sang ibu sangat terkejut. “Sarah juga nggak ingat, Buk. Baru ingat saat di taksi pas mau ke sini.” “Hal seperti ini harus diketahui suamimu.” “Iya, Buk. Maafin Sarah.” Bu Ratna sangat percaya kalau Sarah sedang mengandung benih Wisnu. Namun, wanita itu juga ingin memastikannya dengan mengajak Sarah ke rumah sakit. Bu Ratna berharap semoga apa yang Sarah alami saat ini menjadi petunjuk untuk anaknya tersebut agar kembali bersatu dengan Wisnu. Saat menuju rumah sakit, Sarah tidak sengaja melihat Wisnu dan wanita pujaanya sedang menyeberang jalan sambil bergandengan tangan. Sarah berusaha mengalihkan pandangan ibunya agar tidak melihat sang suami. Wanita pemilik senyum indah itu kembali bersedih. Dia merasa kalau Wisnu benar-benar tidak mengingat dirinya. Sarah membayangkan betapa bahagianya berada di posisi Sandra, dicintai laki-laki seperti Wisnu. Akan
🏵️🏵️🏵️ Waktu menunjukkan jam lima sore, Sarah memilih berbaring di ruang TV sambil menonton acara favorit. Dia tidak menyadari kalau Wisnu dan Bu Ratna sedang berjalan ke arahnya. Ternyata sang suami kini datang menjemputnya. “Sayang. Ada Nak Wisnu, nih. Katanya mau jemput kamu.” Sarah terkejut mendengar suara ibunya. Dia juga hampir tidak percaya kalau sang suami kini ada di dekatnya. Dia pun segera duduk. Wisnu memandangi wanita yang telah dia usir dari rumahnya kemarin pagi. Wisnu tidak menyangka kalau saat ini sang istri sedang mengandung anaknya, padahal dia sudah tidak mengharapkan perempuan itu setelah Sandra kembali dalam hidupnya. Rencana Wisnu untuk segera melamar Sandra, kini pupus sudah. Dia harus menunggu sampai Sarah melahirkan anaknya. Wisnu tetap ingat apa yang pernah dia ucapkan kepada Sarah kala itu. Setelah anak mereka lahir, maka sang istri harus segera pergi dari rumah. “Silakan duduk, Nak Wisnu. Ibu akan ambilkan minum.” Bu Ratna pun beranjak ke dapur. Wan
🏵️🏵️🏵️ Kadang sikap seseorang tidak dapat ditebak, itu yang terjadi terhadap Wisnu. Setelah laki-laki itu mengetahui kehamilan Sarah, dia masih sanggup berbuat kasar kepada wanita itu. Entah apa yang ada dalam pikiran Wisnu saat ini. Dia seolah-olah tidak memiliki perasaan sama sekali. Wisnu selalu menganggap Sarah sebagai penghalang bersatunya hubungannya dengan Sandra, padahal sangat jelas kalau Wisnu yang meminta Sarah untuk menikah dengannya empat bulan yang lalu. Jika memang laki-laki itu terpaksa mengikat hubungan sakral dengan Sarah, kenapa dirinya justru sangat ingin agar segera memiliki keturunan. Ya, walaupun harapan itu berawal dari permintaan kedua orang tuanya. Setelah melihat hasil pemeriksaan Sarah di rumah orang tuanya tadi, Wisnu merasa bahagia mengetahui ada benihnya di rahim sang istri. Namun, dia tetap sanggup menyakiti wanita yang akan melahirkan anaknya. Jalan pikiran Wisnu benar-benar susah untuk dimengerti. Akan tetapi, Wisnu tiba-tiba merasa kasihan mel