Untuk beberapa detik Ezra masih terpaku menatap Esau. Orang ini... pemuda yang baru saja membicarakan persembunyian padanya, sudah membuat Ezra Raves teringat pada Harry Borisson. Lelaki arogan, keras kepala, juga tentu saja orang yang sudah mengambil hal terindah di hidup Ezra. Dan sifat itu juga sama, pemuda di depannya sangat terang-terangan menyindir Ezra.
Esau sendiri tak mau kalah, dia balas menatap Ezra Raves seperti yang dilakukan pria itu. Dua pasang mata mereka bagaikan ujung tombak yang saling menusuk musuhnya. Kemudia, Ezra mengangguk dan tetap menjaga karisma kewibawaannya.
“Silakan, ikut aku ke ruanganku dan suruh orangmu tunggu di sini. Percakapan hanya akan terjadi antara kau dan aku,” kata Ezra dengan penuh penekanan. Secara halus.
Esau mengikut Ezra masuk ke dalam lift. Keduanya tak saling bicara, Ezra lebih banyak diam sembari memperhatikan penampilan Esau dari kaca yang ada di dalam lift. Pemuda itu benar-benar tak membuang sedikit pun sos
Hola halo, kakak pembaca semua, pasti pada tegang ya sama bab belakangan ini, wkwkwk. tarik napas dulu, kak. Btw, aku mau sarankan novel temenku yang gak kalah menariknya buat kakak, sekalian meregangkan otot-otot tegangnya setelah baca kisah keluarga ini, silakan mampir ke MENGEJAR CINTA IDOLA. Nantikan bab berikutnya akan update sore ini, ya....
“Kenapa papa belum memberi kabar?” Freya berputar-putar di dalam kamarnya. Sejak perbincangan dengan papanya kemarin, dia tidak mendengar sama sekali apakah Ezra Raves sudah benar berangkat. Freya panik, tidak rela jika Esau sudah lebih dulu menemukan di mana papanya tinggal. Jika sampai Esau bertemu papa, apa kira-kira yang akan mereka bahas? Apakah mungkin Esau akan bercerita dirinya sudah menikah? Terus, adakah Esau mungkin akan memuja Freya di depan papanya, mengatakan dia sangat cantik dan Esau sudah jatuh cinta padanya? Lalu, apakah Esau akan berjanji di depan papa akan terus mencintai Freya sampai ajal menjemput mereka? Freya tersadar ketika dirinya baru saja tersenyum membayangkan semua itu. “Kenapa jadi memikirkan Esau? Astaga, wajahnya terus saja datang ke kepalaku,” gerutu Freya kemudian menepuk keningnya. Ini sudah hari ke dua, tetapi Esau belum juga memberi kabar. Mungkin dia terlalu sibuk mencari keberadaan Ezra Raves sampai tidak
“Kau sangat tak sabar menunggu, he?”Esau tersenyum, matanya fokus menatap layar ponsel yang di layarnya memunculkan nama dan gambar Freya. Istri cantiknya menelepon, entah sudah berapa kali Freya menghubunginya sejak kemarin. Dia menggeser layar itu dan mengangkat panggilan dari Freya.“Ya, Sayang.”“Sayang? Kau masih bisa memanggilku seperti itu?”Suara Freya langsung memenuhi telinga Esau, membuatnya menjauhkan ponsel jika tak ingin telinganya menjadi tuli.“Hei, kenapa kau berteriak?”“KARENA KAU TIDAK MENGANGKAT PANGGILANKU! Menurutmu, karena apa lagi aku marah, Tuan Muda?”Lagi, Esau harus memicingkan matanya karena suara Freya yang justru berteriak sangat keras.. Astaga gadis itu....“Kau keasyikan di Inggris dengan gadis-gadis di sana? Kau lupa kau memiliki istri di rumah? Aku membencimu!” kata Freya lagi, bisa Esau bayangkan seperti a
“Tadi kau bilang Freya ada di rumah?”“Benar, Tuan Muda.”“Kau sudah mengatakan pada mereka untuk tidak memberinya keluar dari rumah?”“Sudah, Tuan Muda. Dan Nona Freya juga berkata dia tidak akan ke mana-mana.”“Baik lah, jangan sampai Ezra Raves menghubungi dan membawanya.”Di dalam peswat Esau terus saja gelisa. Pikirannya sudah lebih dulu tiba di Indonesia membayangkan mungkin Ezra Raves akan memaksa Freya kembali ke Inggris. Dia tidak sepenuhnya bisa tenang meski Timothy berkata sudah menyuruh seseorang mengamankan Freya.“Ah sial, aku juga lupa mengabarkan pada mom dan dad,” gerutu Esau lagi, dia benar-benar sangat gelisa.Guncangan keras terasa di dalam pesawat, Esau yang tadinya tidak mengenakan sabuk pengaman sampai bergeser dari tempat duduknya. Dia menatap Timothy dengan bingung.“Kau merasakannya?”“Sepertinya ada
“Ezra, kenapa masih membahas masa lalu? Tujuanmu datang ke sini bukan untuk membahas masa lalu yang seharusnya sudah berakhir, bukan?” tanya Alena. “Feli membutuhkanmu, aku harap kau paham itu.”Ezra bergerak mendekati Alena, tangannya menarik tangan Alena, membuat Alena membelalakkan kedua matanya karena kaget mendapat perlakuan yang sama sekali tak diharapkan.“Apakah aku tak bisa mengatakan apa yang saat ini masih kurasakan, Alena?’ tanya Ezra penuh harap.Alena sedih mendengar kalimat Ezra, tapi tak ada yang mampu diperbuatnya, semua hanyalah masa lalu yang sudah dikubur dalam-dalam olehnya. Baginya sampai kapan pun, hanya ada Harry di hatinya. Bukankah Ezra seharusnya bisa melupakan dirinya?“Lepaskan tanganku, orang bisa saja membuat gosip karena itu,” pinta Alena sopan agar Ezra mau melepaskan tangannya dari Alena. Ezra mendesah pelan, kemudian menarik napas perlahan, berusaha untuk tak hanyut d
Alena tertegun. Jika Ezra tidak mau membantunya, janji pada Felisha pun tidak mungkin bisa dia tepati. Wanita itu melemah oleh rasa sesal, entah apa yang akan dia katakan pada Feli ketika menemuinya nanti. Tapi satu yang Alena tanamkan di hatinya, tak ada kesempatan untuk Ezra mengusik hidupnya lagi.“Aku tidak peduli. Jika kau berkata demikian, maka aku juga lepas tangan untuk Felisha.” Dia tidak main-main, seseorang tidak boleh mengancamnya.Kemudian Ezra tertawa kecil, telunjuknya teracung ke wajah Alena dan membuat ekspresi yang seakan baru saja melihat sebuah lelucon.“Kau tertawa?” Alena sangat geram dibuatnya.“Siapa yang tidak akan tertawa? Liat, kau sangat serius dengan wajah itu.”“Maksudmu... kau bercanda?”Mengangguk, Ezra membenarkan posisi duduknya. “Apa salahnya sedikit bercanda, Alena? Kita sudah lama tidak bertemu, kenapa harus tegang begitu?”“Maksdumu
“Apa dia begitu menakutkan bagimu?” Alena menyolek pucuk hidung suaminy, tersenyum mendengar kata yang baru diucapkan pria yang sangat dia cintai. “Aku hanya milikmu, Harry, dan aku tidak akan membiarkan diriku digoda lelaki mana pun.”“Karena aku juga tidak akan membiarkan ada yang berani menggodamu,” sahut Harry, dia bawa kembali istrinya ke dalam pelukan, menempelkan wajah wanita itu di dadanya. Harry mengecup puncak kepala Alena, mengirup wangi rambut yang selalu memabukkan dirinya. Alena hanya miliknya, tak seorang pun boleh mendekati istrinya ini.***Ezra Raves tersenyum menatap kota yang sudah sangat lama dia tinggalkan. Puluhan tahun, sejak kejadian dirinya menembak Serena demi menyelamatkan Alena, papanya membawa Ezra jauh ke Inggris, sebab hanya itu satu-satunya jalan bagi Ezra untuk bisa lepas dari tuntutan pengadilan kala itu. Ezra sendiri pun tidak pernah berniat untuk kembali ke negara ini, jik
Freya masih mematung dengan ponsel yang menempel di telinga. Mulutnya tertutup rapat, tak berani bahkan untuk membuat sedikit pun gerakan seakan takut jika papanya akan mendengar dari ujung sana.“Kau tidak dengar? Perlu aku bertanya sekali lagi, Frey?”“A-aku...” Freya menjadi teringat dengan pembicaraanya di dalam telepon berapa hari yang lalu. Dia meminta papanya datang ke Indonesia untuk membuat Ezra Raves tidak bertemu dengan Esau di Inggris. Sudah barang tentu papanya itu sekarang ada di kota ini, berbohong pun pasti lah tak ada gunanya.“Itu... aku....”“Aku tunggu di rumah, mari kita bicara.”Berbicara, sudah barang tentu papanya akan mempertanyakan tentang kehidupan Freya selama ini. Jika dia memberitahu keberadaannya, bukankah itu mencari mati? Belum lagi tadi penjaga berkata Esau berpesan agar Freya tidak meninggalkan rumah. Dia tidak mungkin pergi menemui papanya dan membuat rahasianya men
“Ya, dia adalah suami dari bibi kami yang... sakit.” Zoe menjawab sembari menyuapkan makanan ke dalam mulut.“Suami? Ma-maksudnya... Ezra Raves memiliki istri?” bisik Freya, kepalanya masih terlalu rumit memahami semua ini.Alena tersenyum. ‘Pasti Freya akan bingung,’ pikirnya. Dia menatap Freya dan mengangguk mengiyakan.“Frey, mungkin kau akan sedikit terkejut, tapi ini lah keluarga kita.” Alena memberi arahan, berharap Freya tidak memandang buruk keluarga yang sudah dimasukinya. “Felisha adalah kakak tiriku, dia dan Ezra Raves pernah menikah tapi... pernikahan mereka tidak berlangsung dengan baik.”Bukan, bukan penjelasan seperti itu yang Freya inginkan. Dia tahu Ezra Raves dan Felisha memang pernah menikah dan dia pun tahu Alena adalah adik tiri dari mamanya. Yang menjadi beban di dalam kepala Freya adalah, kenapa mereka berkata Ezra Raves akan menemui Felisha? Apakah mungkin ma