Alena dan Harry bersiap-siap untuk segera menemui Ezra perihal keberangkatan mereka menuju rumah sakit demi Felisha. Alena tak begitu fokus masalah kepergian Freya dari rumah mereka, karena dia yakin putera kesayangannya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
“Harry, kau yakin kau siap bertemu dengan Ezra dan mengesampingkan emosimu padanya?” tanya Alena sembari mengusap dada Harry. Dia tak mau sampai ada ketegangan di antara Ezra dan Harry nantinya. Apalagi mengingat keterkaitan hubungan masa lalu antara ketiganya.
Lagian, Alena adalah istri yang jujur. Segala perkataan Ezra Raves padanya saat mereka bertemu berapa hari yang lalu, semua itu Alena sampaikan pada Harry sebab tak ingin menyembunyikan apa pun padanya. Meski saat itu Alena sudah berkata dia menolak tegas ucapan Ezra, rasa khawatir masih tetap terasa di dadanya.
“Demi kau, aku akan berusaha bersikap sebaik mungkin pada mantan kekasihmu yang sangat menjengkelkan itu,” ja
“Kau benar-benar ingin mati, Ezra Raves sialan?” Harry maraih pergelangan pria itu untuk melepaskan tangan Alena. “Apakah kau sudah bosan memiliki tangan ini?”Ezra menaikkan sebelah alisnya, dan menjawab dengan enteng, “Aku rela tidak memiliki tangan, asalkan bisa bersama dengan Alena.”“Brengsek!” umpat Harry dan bersiap untuk memelintir tangan Ezra.“Sabar, Bung. Baik, aku tidak menyentuh istrimu lagi. Tapi jika dia yang meminta, tentua saja aku akan melakukannya.”“Kau!”Alena menarik napas, berusaha menstabilkan emosinya. Rasanya dia benar-benar tak bisa tahan melihat kelakuan dua orang laki-laki dewasa yang sudah umur tapi terlihat seperti anak kecil berusia 10 tahun yang sedang berebut mainan.“Kalau sudah bisa tenang, aku akan masuk ke dalam. Tapi jika kalian masih akan ribut, maka aku akan menonton dengan tenang,” kata Alena, memutar tubuhnya untuk m
Harry mengeluarkan ponselnya. Buru-buru dia cari nomor putranya untuk melakukan hal yang dikatakan oleh Alena. Felisha orang yang menakutkan, itu yang mereka ingat kenangan yang diberikan oleh wanita itu.Tapi, Ezra tertawa kecil melihat suami istri yang ketakutan setengah mati. “Apakah kalian pikir Freya akan membunuhnya? Tampaknya, kalian tidak mempercayai kemampuan putra sendiri.”Harry menghentikan niatnya lantas menatap Ezra tajam. “Sebenarnya apa ingin kau bicarakan, Brengsek? Jangan membuatku benar-benar marah.”“Ayo lah, putriku mungkin gila sudah masuk ke dalam keluarga kalian, tapi Freya tidak semenakutkan itu. Freya-ku hanya korban, sudah kukatakan itu sejak tadi. Dia marah padaku.”Harry memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku, dia harus memastikan apa saja sebenarnya yang membuat Freya menjadi nekad datang meminta pertanggung jawaban dari putranya.“Katakan yang jelas, aku tidak akan melepas
“Ma....” Freya duduk di belakang wanita yang baru saja dia panggil sebagai mama. Wanita itu berbalik, menatap Freya dengan alis yang mengerut dan bingung. Bibirnya bergetar, sedang matanya memindai Freya dari atas sampai ke bawah. “Ka-kau... si- siapa kau?” tanya Felisha, wanita yang tidak sehat pikirannya. Freya tak kuasa menahan air mata yang sudah merambat di kedua belah pipinya. Bahkan mama yang dia temui beberapa hari yang lalu, sepertinya sudah tidak mengingat dirinya lagi. Hatinya teriris perih, tanpa banyak bicara dia menghambur ke dalam pelukan Felisha. “Ka- kau siapa? Kau siapa, heh?” Feli kelabakan menghindari Freya yang tengah memeluknya. “Jangan menangkapku! Aku harus menemukan bayiku, jangan tangkap aku!” teriaknya, meminta Freya melepaskannya. Seperti ini kah dia setiap harinya? Ketika ingatan tentang bayi yang dia pikir sudah tiada datang ke pikirannya, dia akan menjadi histeris. Freya mempererat pelukannya, mengabaikan tubuh s
Dia mungkin gila, dan wajah Ezra Raves pun terlihat tidak semuda yang Feli ingat terakhir kalinya. Tapi wajah itu tidak akan pernah Felisha lupakan, wajah lelaki yang dulu membuatnya tergila-gila mencintai, wajah yang juga membuatnya menjadi gila sebenarnya dan mendekam di rumah sakit jiwa, mana mungkin dia melupakan itu? Feli tersadar dari keterpakuannya, lantas mengalihkan mata menatap Alena lagi.Alena masih tersenyum. Lalu dia mengangguk mengiyakan pertanyaan Felisha. “Aku membawakan Ezra untukmu. Apa kau merasa senang?”Tak ada raut bahagia di wajah Feli saat Alena mengatakan dia membawa Ezra untuk menemuinya. Feli justru beringsut mundur, dia takut dengan sosok yang berdiri sembari menenggelamkan tangan ke dalam saku celana. Meski terlihat tenang, tapi bagi Feli sosok Ezra benar-benar menakutkan.Bagaikan iblis yang berisap menarik nyawanya sekali lagi, begitu lah Ezra di mata Felisha.“Ti-tidak, bawa dia pergi,
Ezra berhenti tepat di depan Felisha, tampak dia cemas melihat boneka bayi yang ada di dalam gendongan Ezra. Felisha seperti ingin segera merampasnya, tetapi terlihat takut.“Ini... bayimu.” Untuk pertama kalinya Ezra berbicara pada Felisha, setelah pertengkaran hebat mereka di masa lalu. Terasa sangat aneh, sebab sejak dulu pun dia tidak pernah lembut pada wanita itu.“Ba-bayiku?” kata Feli, segurat bahagia terlukis di wajahnya. “Benar, itu bayiku. Bayiku....”Felisha mulai melupakan tentang Ezra Raves, yang ada di kepalanya hanya lah, semua orang sedang berbahagia melihat bayinya yang baru saja lahir. Dia tersenyum mengangguk pada Ezra.“Lihat, apakah bayiku sangat lucu? Dia cantik, Alena berkata begitu.” Feli terlihat bersemangat.“Aku pernah merebutnya darimu, hari ini kukembalikan dia padamu,” ujar Ezra berusaha setulus mungkin mengatakan kalimatnya barusan.Dengan kedua
“Kerahkan semua orang mencari Freya. Ingat, jangan membuatnya ketakutan. Bawa dia dengan baik tanpa kekurangan satu apa pun.”Alena tersenyum mendengar suaminya berbicara di dalam telepon. Dia dekati pria itu, lalu menggandengnya dengan mesra. Tak lupa dia ucapkan terima kasih untuk Harry yang sudah sangat mengontrol emosinya sejak kemarin.Sementara di luar rumah sakit, Feli terus menggandeng tangan Ezra menuju taman. Entah apa tujuan wanita itu, apakah dia ingin bernostalgia seperti dulu? Oh, tolong lah... Ezra bahkan tidak pernah berlaku baik padanya, apa yang harus dia kenang?“Kau mau apa?” tanya Ezra.Felisha tersenyum, dia ajak Ezra duduk di bangku taman dan terus menatap wajah pria itu. Boneka bayi di dalam gendongannya tak pernah lepas, mereka sudah terlihat seperti pasangan suami istri gila yang baru kehilangan bayinya. Alena memang sukses membuat Ezra sangat... kesal.“Apa ... aku pernah mencintaimu?&r
“Freya! Freya!” teriak Ezra, melihat putrinya yang berlari menjauh. Ezra mengejar Freya, menarik tangannya untuk tidak melarikan diri lagi. “Dengarkan penjelasan papa.”“Penjelasan? Penjelasan seperti apa lagi yang akan aku dengar? Apakah semua yang kulihat tadi belum cukup? Kau iblis, Tuan Raves, kau adalah iblis yang tidak punya hati!” teriak Freya, dia ayunkan tangannya di udara sehingga lepas dari cengkaraman sang papa.“Frey, papa mohon, mari kita kembali ke Inggris dan papa akan jelaskan segalanya.”“Tidak, aku tidak butuh penjelasan apa pun. Dan... ‘papa’ katamu?” balasnya. “KAU TIDAK PANTAS DISEBUT SEBAGAI PAPA!” Kemudian dia mundur, langkahnya gemetar menjauh dari Ezra Raves. Freya berbalik cepat lantas berlari dengan hati yang hancur.“Freya! Freya, berhenti!”Gadis itu tidak mendengarkan panggilan dari sang papa, dia terus berlari mengik
Parsa berputar-putar di dalam kamar hotel. Kata-kata Julian membuat lelaki itu khawatir jika mungkin Esau benar-benar akan menggila. Apalagi dia dan Freya tengah berada di dalam kamar hotel, mungkin Esau akan salah sangka pada sahabatnya.“Ada apa?” tanya Freya, yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.“Frey, katakan kenapa kau kabur dan apa masalah kalian yang sebenarnya?” Parsa memaksa gadis itu berbicara.Freya duduk di sofa yang tidak jauh dari Parsa, matanya kembali mengembun. Dia memikirkan betapa dirinya sudah begitu jahat pada keluarga itu.“Aku tidak ingin dengannya lagi.”“What?!” Mata Parsa membelalak. “Frey, apa maksudmu tidak ingin dengannya lagi?”Dengan santainya Freya membuka handuk penutup kepala, mengeringkan rambutnya dengan handuk itu. Matanya menatap langit-langit kamar hotel, membayangkan kembali semua rencana jahat dan perlakuannya pada Esau. Freya sangat