Sesaat sebelum Lara mengetahui keberadaan Alex di sini, Alex ada di ruang tengah.Setelah mendapat keterangan dari Shenina bahwa Lara masih ada di dalam kamar, Alex memutuskan untuk pergi menemui Lara.Anggap saja ini sebaga latihan jalannya agar semakin lancar. Lalu dia bisa terlepas dari egrang ini.Saat dia sampai di depan kamar yang ditinggali Lara sebelum setiap malam mereka akan tidur bersama di kamar Alex, pintu kamarnya terbuka.Alex bisa melihat bagaimana cantiknya Lara sewaktu dia keluar dari kamar mandi."Ceroboh," gumam Alex menyeringai saat menyaksikan Lara menarik resleting untuk menutupi ....'Damn, itu sangat seksi, Lara.'Karena mau dipungkiri bagaimanapun, Lara itu memang sangat seksi.Bentuh tubuhnya sempurna. Mengingat sedikit lebih panjang ke belakang, Alex sudah pernah melihatnya.Sempurna.Bahkan setelah dia melahirkan dua orang anak, dia masih terlihat memukau.Bagaimana rasanya sekarang ....'Akh, sial!' Alex mengumpati dirinya sendiri karena tubuhnya rasanya
Lara menahan napasnya saat menyadari jika bibirnya tengah bertemu dengan bibir Alex.Dia tidak sempat menghindar sehingga ciuman ini terjadi.Mereka saling tatap dalam jarak yang dekat bahkan tak bersekat saat Alex menarik wajahnya dari Lara."Aku mencurinya, maaf," bisik Alex lirih, mengusap sudut bibir Lara yang baru saja dia kecup secara tiba-tiba.Alex hanya ....Dia tidak bisa menahan diri melihat Lara.Perempuan ini terlalu sempurna.Bagaimana cantiknya dia, atau caranya membuat Alex tahu bahwa dia selama ini telah menyia-nyiakan berlian yang berharga.Alex hanya ....Ingin mengucapkan banyak hal tapi semua terangkum menjadi satu.Dengan mencium Lara, hal yang ingin dia katakan dengan lantang hanyalah satu hal saja,"Aku mencintaimu, Lara."Itu adalah Lara.Bukan yang lainnya.Tubuh Lara kebas sekujur badan. Dia memaku di tempat dia duduk berhadapan dengan Alex.Memandang lurus pada lelaki itu yang memiringkan kepalanya menunggu jawaban Lara.Bibirnya terpasung, dia juga ingin m
Karel, tamu yang datang di pagi hari ini adalah Karel.Yang jelas tidak bisa diterima begitu saja oleh Alex sebagai pemilik rumah.Lara menoleh ke belakang, pada kedatangan Alex dengan langkah kakinya yang sudah sembilan puluh persen normal dengan tidak mengenakan egrang meski sedikit terpincang.Atau ....Mungkin dia lari ke sini setelah mendengar bel dari arah pintu rumahnya?Entahlah ....Lara menghela napasnya dengan sedikit dalam. Dia memejamkan matanya sejenak saat mendengar Alex yang kembali bertanya karena Karel membuatnya menunggu."Aku tanya apa yang kamu lakukan di rumahku, Karel?"Karel tidak ingin menjawab Alex. Matanya menatap Lara yang kedua bahunya jatuh."Ayo bicara, Lara!""Tidak bisa!" jawab Alex lebih dulu seraya mendekat pada Lara dan menahan tangannya agar tidak mengikuti Karel atau mengambil satu jarak mendekat pada lelaki itu.Mata benci Karel mengerling pada Alex, "Kenapa kamu yang menjawabnya? Aku sedang bicara dengan Lara.""Aku tidak suka kamu bicara dengan
Di dalam rumah lamanya, Lara melihat Neo dan Shenina yang tidur di dalam kamar mereka. Lara pergi dari rumah Alex sejak siang. Bukan sengaja kabur untuk membawa Neo dan Shenina tetapi karena dia mendapat undangan ulang tahun dari Lily, guru playgroup di mana anak-anaknya belajar.Anak Lily berumur genap tujuh tahun hari ini dan Lara tidak enak menolak karena Lily selama ini baik kepadanya.Setelah selesai dari acara, Lara membawa anak-anak pulang ke sini sekaligus melihat isi rumah yang setiap harinya dibersihkan oleh Alin, pekerja harian yang dia bayar.Rumahnya masih terawat meski sudah sekian lama Lara meninggalkannya.Setelah bermain, anak-anaknya tidur. Tidak mungkin bagi Lara membangunkan mereka atau tidur mereka akan gagal.Masalahnya sekarang hanya satu. Dia jelas tidak bisa pulang ke rumah Alex malam ini."Tapi sebenarnya itu juga bukan masalah yang besar sih. Tinggal di sini atau di sana sama saja."Tapi mungkin yang jadi masalah adalah Lara tadi tidak berpamitan pada Alex
Lara memejamkan matanya saat Alex semakin dekat dan membuat bibir mereka bertemu.Saling memagut, dan terbilang cukup lama. Kedua tangan Lara yang semula meremas dadanya sendiri itu kini berpindah karena Alex meraih kedua bilah pergelangan tangannya. Memergikannya dari Lara, membimbing agar Lara memeluk leher Alex.Lalu ciuman mereka bertambah semakin dalam. Debar jantung Lara porak-poranda. Napasnya tertahan kesulitan mengatur antara candunya bibir Alex dan mengambil udara untuknya."T-tunggu!" cegah Lara saat Alex hampir menjatuhkan bibirnya di ceruk leher Lara.Lara menahan Alex dengan menahan wajahnya menggunakan kedua tangan. Mereka saling pandang di bawah temaram cahaya lampu, yang semakin lama semakin membuncahkan Lara dalam rayuan."Kamu tidak mau?" tanya Alex memastikan.Lara memejamkan matanya dengan lemah. Memberi jawaban ambigu untuk Alex yang memiringkan kepalanya ke kiri."Beri aku jawaban, Lara.""Maksudmu, kita tidur dan melakukan ....""Iya, seperti itu."Alex paham d
Pramita, benar. Itu adalah nama yang pernah dikatakan oleh Karel kepadanya. Lara hampir lupa.Lara hanya tahu namanya saja tanpa tahu sepeti apa wujudnya. Kini saat mereka berhadapan seperti ini, Lara bisa melihatnya yang sangat cantik.Tidak akan ada yang mempermasalahkan jika Karel menikah dengannya karena dia hampir tanpa cela.Wajahnya kecil, dengan rambut hitam bergelombang yang seimbang dengan paras ayunya. Dilatar belakangi dari keluarga yang terhormat, konglomerat yang keberadaannya tidak bisa dipandang sebelah mata, jelas dia tidak terima jika Karel menolaknya.Sehingga di sinilah dia sekarang. Di hadapan Lara. Tidak perlu Lara tanya dari mana dia tahu Lara di sini. Dengan kekayaan dan uang yang dia punya, dia bahkan bisa mengetahui di mana kerajaan semut didirikan.Dan kalimat, 'Jadi Karel menolakku karena lebih memilih perempuan sepertimu' telah menunjukkan seberapa besar Pramita benci pada Lara."Maaf, jangan salah paham! Karel tidak memilihku dan tidak ada hubungan apap
"Astaga, Pramita!"Karel bangkit dari duduknya yang ada di balik meja. Mendekat dengan langkah yang gegas pada Pramita.Menyeret lengannya agar dia keluar dari sini. Membawanya sedikit menjauh, melewati kerumunan pasien atau keluarga pasien yang sebelumnya secara kebetulan mendengar teriakannya yang menggema terpantul di setiap dinding rumah sakit.Mereka berhenti di bawah pohon yang ada di taman. Dengan Pramita yang menarik lengannya dari Karel dengan kasar."Jangan membuat kekacauan di sini, Pramita!" ucap Karel tak main-main.Pramita menatapnya dengan mata yang mengembun, dia tertawa lirih sesaat sebelum bertanya, "Apa seleramu yang seperti itu, Karel?""Apa maksudmu?""Kamu pikir aku tidak tahu alasan kamu menolak dijodohkan denganku? Apa kurangnya aku sampai kamu lebih memilih istri orang hah?"Kedua telinga Karel memanas mendengarnya."Apa yang kamu tahu, Pramita?""Aku datang menemuinya."Dan Karel tahu benar 'nya' siapa yang dimaksudkan oleh Pramita."Kamu menemui Lara?""Ya.
"Kalian akan jadi penonton saja?"Tanya Dari Alex membuat Lara dan Ibra terkejut. Mereka yang semula ada di ambang pintu kini perlahan berjalan keluar. Menyaksikan Alex yang berdiri dari berlututnya setelah memeluk Neo."Maaf, kami 'kan hanya tidak mau mengganggu kegiatan bapak dan anak," jawab Ibra dengan tersenyum menunjukkan barisan giginya. "Selamat, Pak Alex. Kamu sudah mendapatkan hati ke dua anakmu," lanjutnya dengan bertepuk tangan lirih.Yang di dalamnya mengandung secangkir godaan karena Alex diam-diam mencuri pandang pada Lara yang menunduk memandangi Neo."Ya ... meski ada satu orang lagi yang harus Pak Alex dapatkan hatinya juga sih."Kedua bahu Alex jatuh mendengar Ibra.Jika biasanya sekretaris laki-laki dari lelaki yang dianggap 'menakutkan' dan juga sedikit 'diktator' itu memiliki citra yang serius dan sebelas dua belas dengan sang bos, tapi Ibra ini ... entahlah, Alex tidak tahu.Dia suka sekali menggodanya.Terutama setelah Alex jungkir balik mengejar cinta Lara da