terima kasih sudah membaca ya jangan lupa baca juga buku saya yang berjudul DIBUANG KELUARGA DINIKAHI PEWARIS TERKAYA 🤗
....Di Tempat lain, Karel baru saja keluar dari mobilnya yeng berhenti di depan rumah Sunny. Sebenarnya ingin mampir lebih lama, hanya saja dia masih belum berani melakukan itu karena menjaga Sunny agar tidak menjadi bahan pergunjingan tetangga sebab mereka memang masih belum sah menikah.Dan karena Karel sudah memberi tahunya bahwa dia akan mampir ke sini untuk membawakannya sesuatu, Sunny menunggunya di depan gerbang.“Selamat malam,” sapa Karel lebih dulu dengan sekilas melambaikan tangannya.Sunny membalas dengan lambaian yang sama, “Selamat malam, karel.”“Aku pikir kamu sudah tidur loh barusan,” ucapnya dengan mengamati wajahnya yang manis. Yang justru membuat Sunny menunjukkan sekerat rasa keheranan.“Aku? Sudah tidur?” tunjuknya pada diri sendiri.“Jam berapa ini kamu berharap aku sudah tidur, pak Dokter?” lanjutnya dengan penuh tanya.Dan wajahnya yang seperti itu disukai oleh Karel karena baginya Sunny ini sangat ekspresif. Mungkin juga karena terbawa kebiasaannya mengajar
“Kamu mengejutkan aku, pak Dokter!” ujar Sunny setelah bibir Karel menjauh darinya, dia juga mengambil satu jarak mundur sehingga mereka tak sedekat sebelumnya.Sunny meraba bibirnya, pusat peredaran darah rasanya berpindah ke wajahnya karena sekarang di sana rasanya sangat panas.“Seperti itulah yang kamu lakukan sebelumnya padaku, Sun,” jawab Karel tanpa beban, membuat Sunny mengerjapkan matanya beberapa kali.“Aku? Melakukan apa?” tunjuknya pada diri sendiri.“Kamu menciumku pas kita datang ke rumahku, ‘kan? Jangan pura-pura lupa ya, Nona Sunny Alinea!” tatapan Karel menelisik wajah polos Sunny yang sedetik kemudian dia tutup dengan sebelah tangannya karena malu.“Tapi yang waktu itu ‘kan aku tidak mencium di bibir. Aku hanya mencium di pipi.”“’Hanya’ kamu bilang?” ulangi Karel dengan kembali maju padahal belum lama ini mundur.“’Hanya’ yang kamu katakan itu membuatku tidak bisa tidur semalaman loh. Wah ....” Karel menyapukan rambutnya yang jatuh ke atas alis ke belakang. Sedang S
Lara benar ikut Alex pergi ke Taman Kanak-kanak Neo dan Shenina. Ia masuk dan duduk di samping Alex setelah memastikan mereka siap untuk berangkat.“Kenapa Neo sama Shen berbagi uang saku, Sayang?”Lara bertanya dengan hati-hati, tidak ingin membuat mereka berdua tersinggung atau merasa tertekan dengan pertanyaan yang dia berikan.“Untuk Arini, Mama,” jawab Shenina lebih dulu, terdengar tak keberatan.“Kenapa untuk Arini, Shen?”“Karena kadang dia tidak jajan di sekolah. Kasihan sekali, ‘kan? Padahal dulu, Mama selalu kasih uang saku.”“Kalaupun tidak ... Mama pasti membawakan kami makanan,” sambung Neo yang disetujui oleh Shenina.Kalimat-kalimat sederhana yang membuat Alex yang sekarang duduk di balik kemudi seperti sedang dicacah hatinya dengan sengaja.“Tapi Arini tidak begitu, Mama.”“Dia berdiam diri saat kami makan kue.”“Jadi kami mengurangi uang saku kami dan kami kasihkan sebagian untuk dia.”“Apakah Mama marah?”Mereka sambung-menyambung berujar dan Lara yang mendengar hal t
“Apa kamu menuduh kami membenarkan perselingkuhan? Memangnya kami bilang begitu tadi?” tanya salah seorang dari mereka, membela diri sebab Lara merecoki acara bergosip mereka sepagi ini.“Lalu? Anda semua tidak membicarakan orang lain barusan? Soal mensyukuri suaminya yang berselingkuh dan anda semua mengatakan itu karena dia tidak becus mengurs keluarganya?”Beberapa di antara mereka diam, beberapa masih saling sikut. Dan yang merasa mengucapkan kalimat tersebut tersinggung, tentu saja.“Bukankah memang benar begitu? Bukankah dia diselingkuhi karena dia tidak becus?”“Dan kalian mengelak saat aku mengatakan jika kalian menormalisasi perselingkuhan? Jadi ucapan kalian yang mana yang harus aku percaya?”Mereka terhening menata kata, tak sanggup melawan saat Lara seperti tidak memberi ampun, mengembalikan apa-apa saja yang mereka katakan seolah mereka adalah orang yang paling bersih dan tak memiliki dosa sama sekali.“Kalian mengatakan dia belum tentu bisa membayar biaya study tour? Apa
Lara masuk ke dalam mobil setelah sejenak berbincang dengan Nadia, ibunya Arini. Mereka saling melambaikan tangan dengan Nadia yang tak ada hentinya berterima kasih pada Lara untuk sudah mau menyuarakan gejolak batin yang selama ini dia temui.Atas pandangan miring dari orang-orang terdekatnya yang justru tak memberinya dukungan kala dia dalam kungkungan luka melainkan seperti malah memberinya luka tambahan.Lara masuk dan menjumpai Alex yang manik matanya menyambutnya dengan hangat.Senyumnya bisa dijumpai oleh Lara, tetapi ada seriak rasa sedih yang timbul dari kedua iris kelamnya yang menyentuh Lara hingga ke ulu hati."Kenapa, Alex?" tanya Lara dengan menyentuh pipinya, agar dia tak terus terdiam dan hanya memandang Lara tanpa mengatakan apapun.Lara melihat melalui jendela, ke arah luar. Ia tahu bahwa Alex pasti melihat dan sedikit banyak mendengar apa yang dilakukan dan dikatakan oleh Lara pada para wanita yang suka bergosip itu."Aku membuatmu kesal ya?" tanya Lara dengan lirih
***Lara bisa membaca pesan dari para ibu wali murid yang anak-anaknya bersekolah di taman kanak-kanak di tempat Neo dan Shenina belajar, melalui grup chat, bahwa mereka meminta maaf pada ibunya Arini yang bernama Nadia.Mereka berjanji tidak akan melakukan hal seperti itu lagi, dan yang lebih penting adalah mereka tidak akan mengajari anak mereka untuk membenci Arini, atau berdiam diri saat anak mereka menyebut Arini sebagai anak haram.Lara rasa ... itu adalah sebuah awal yang bagus.Karena artinya, yang pertama bisa diselamatkan adalah Arini, dari korban perundingan verbal. Dan yang ke dua adalah anak-anak mereka sendri agar tidak mudah merundung temannya yang lain.Soal permintaan maaf mereka pada Nadia itu tulus atukah tidak, Lara tidak berharap banyak. Karena dugaannya, mereka meminta maaf karena takut setelah melihat Lara, atau setidaknya tahu siapaLara.Tapi biarlah ... yang paling penting sekarang adalah keadaan sedikit lebih baik daripada sebelumnya.Mungkin demikian.Namun,
Satu babak kembali digelar, tuntas dengan Kalisha yang kalah lebih dulu. Ibrani bilang, itu adalah syarat wajib pada hubungan harmonis suami dan istri bahwa si wanitalah yang harus mendapatkan nafkah batinnya lebih dulu.Kemudian, mereka kembali harus mandi keramas. Dan takut jika suaminya kembali ‘on’ Kalisha berlari pergi meninggalkan kamar terlebih dahulu.Jika dia ada di luar kamar, Ibra akan lebih berhati-hati dalam memberikan sentuhan kecupan, atau ciuman yang dalam.“Kal?” itu dia manusianya juga sudah turun.Kalisha melihat kedatangan Ibra dari arah pintu ruang makan dengan rambut yang setengah basah.“Iya?”“Mama dan papa jadi datang nanti malam?” tanyanya antusias.“Iya, jadi. Kamu pulanglah cepat nanti,” pintanya dengan merapikan dasi yang ada di kerah lehernya.“Iya, aku akan bilang ke pak Alex.”“Terima kasih.”“Sama-sama, Sayangku.”Dengan sebuah kecupan manis di bibir, mereka akhirnya berpisah. Kalisha melakukan persiapan uuntuk kunjungan orang tuanya dan orang tua Ibra
***Sejak Ibra meminta izin Alex untuk pulang lebih dulu karena dia ada acara keluarga di rumah, Alex pun juga pulang lebih awal hari ini.Memasuki halaman rumahnya, dia bisa melihat sore yang penuh warna yang membuatnya bahagia. Bahwa memang seperti inilah rumah seharusnya terlihat, atau seperti inilah rumah seharusnya tampak.Dati dalam mobilnya yang baru saja dia parkir di dekat garasi, Alex melihat Neo dan Shenina yang saling kejar. Wajah dua anak itu penuh dengan warna kuning yang Alex duga datang dari jus mangga karena tadi sesaat sebelum Alex pulang Lara mengatakan jika dia akan membuat jus mangga yang dia petik dari depan rumah bersama dengan Nina dan juga Andik.Alex tidak bisa menahan senyumnya melihat Lara yang kewalahan memisah dua anak kembarnya yang sekarang saling jambak dengan berguling di rerumputan di sebelah timur rumah mereka.“NEOOOOO, SHEEEENNNN!”Teriakannya yang melengking delapan oktaf sesaat kemudian membuat si kembar sadar bahwa mereka membuat Lara marah.“As