Ba ... ha ... ya?Lara mengulangi gerak bibir Aira yang berdiri beberapa meter di sebelah kirinya. Mereka saling pandang, cukup lama, sebelum Aira menganggukkan kepalanya secara tidak kentara.Lara meriding sekujur badan. Ia menatap kepada Alex yang senyumnya tak bisa ia artikan sepenuhnya. Ada ketegangan yang tersirat, yang dengan bodohnya diabaikan oleh Lara.Kini, saat ia mendapatkan isyarat dari Aira, Lara baru saja menyadari hal ini.Ibra yang memasang badan terlebih dahulu, kerlingan tajamnya saat bertukar tatapan mata dengan Alex, serta Alex yang mengatakan siapa dirinya. Bahwa dia adalah suaminya, ayah dari Neo, Shenina dan juga Sky. Pertanyaan berbumbu curiga dari Alex saat ia menyinggung soal bagaimana caranya Selim tiba di sini, sebenarnya itu telah merujuk pada ketegangan yang sedang coba ditutupi oleh Alex dan Ibra.Lara tidak tahu apa yang terjadi.Tetapi dua manusia itu sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu dan bersikap defensif.Dan ketegangan yang coba ditutupi itu
Lara merinding sekujur badan mendengar apa yang disampaikan oleh Aira. Ia bahkan harus menggosok tengkuknya yang mendadak berat saat ini.Ia menoleh ke arah jendela kaca, debaran jantungnya meningkat sepuluh kali lipat dengan hanya membayangkan pria itu mengawasinya selama ini tanpa Lara mengetahuinya sama sekali.“Kenapa dia seperti itu, Aira? Padahal aku juga tidak begitu mengenalnya dulu. Kami hanya tahu bahwa kami hanyalah sebatas tetangga, tidak lebih! Lagi pula komplek kami berbeda. Dia ada di komplek yang rumahnya jauh lebih bagus, tidak seperti rumahku yang kecil.”Lara menatap Aira dengan kedua sisi matanya yang terasa panas dan perih. “Seseorang yang terobsesi akan seperti itu, Lara. Sekalipun kalian jarang bertemu, atau hanya bertemu sekali saja, tapi karena dia menyukaimu dan berpikir hanya dia yang berhak memilikimu, maka dia tidak akan melepasmu.”“Dan dia datang dengan tanpa dosanya ke sini, mengucapkan kalau dia prihatin dan berduka tetapi itu hanyalah sebuah topeng?”
“Bagaimana kalau kita memberinya umpan?” tanya Lara tiba-tiba. Ia memandang Alex yang seketika itu alisnya berkerut penuh tanda tanya.“Umpan bagaimana, Sayang?” tanya Alex balik.“Misalnya dengan memancingnya untuk datang lagi. Tapi kali ini kita yang menyiapkan perangkap untuknya. Misal harus membuat dia mengaku lalu kita mendapatkan rekamannya?”Alex menggeleng, “Dia sangat hati-hati, Sayang. Dia tidak mungkin mengatakan hal seperti itu dengan jujur dan terbuka. Dia adalah tipe yang mempertimbangkan segala hal secara kritis. Dengan waktu tunggunya yang tidak sebentar itu ... dia pasti tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Dia pasti tidak ingin memiliki nasib yang sama dengan yang didapatkan oleh perempuan itu.”“Perempuan itu?” ulangi Lara tak mengerti akan ucaapan Alex.Merujuk kepada siapa ‘perempuan’ yang dia katakan itu?“Iya, perempuan itu. Shiera.”“Apa hubungannya dengan Shiera, Alex?”“Ibrani bilang kalau mereka pernah bertemu dan menginap pada hari dan tanggal waktu kamu ke
Alex bergeming. Kediamannya tentu saja membuat Jefri berang sehingga ia sekali lagi bertanya, “Papa tanya padamu, Jest Alexander Suh! Apa yang sudah kamu lakukan pada Lara?”Didengar dari nada bicaranya ... sepertinya Lara tahu bahwa Jefri bukan hanya sekadar bertanya. Tanya yang keluar dari bibirnya itu sebab ia pasti sudah mengetahui jawabannya sehingga ia hanya meminta Alex agar jujur.“Papa ....” panggil Lara lirih, ia maju satu langkah tetapi hal itu ia urungkan.Kakinya seolah terpancang di lantai, tak bisa bergerak. Berdiam mematung di sana.PLAKK!Tamparan tangan Jefri melayang mengenai pipi sebelah kiri Alex. Dan saking kerasnya, Alex mundur untuk beberapa langkah ke belakang, nyaris saja limbung.“Jadi ini alasan kenapa kamu meminta aku dan ibumu untuk tidak mencampuri urusanmu saat itu? Karena kamu menelantarkan Lara?!”Tangan Jefri sekali lagi terangkat. Dalam satu detik jelas ia akan menampar Alex lagi. Oleh karenanya Lara maju dengan gegas dan menahan pergelangan tangann
“Kalian masuk dan istirahatlah!” pinta Ibra, memandang Alex dan Lara bergantian. “Ada banyak orang yang akan menjaga tempat ini. Kalian jangan khawatir ular jantan bernama Selim itu datang dan mengacau.”“Iya, terima kasih, Ibrani.”“Sama-sama. Aku akan pulang malam ini dan kembali besok pagi. Ada hal yang harus aku kerjakan terlebih dahulu.”“Iya. Tapi mungkin aku akan menyusul Papa untuk menunggu Shen di depan ICU setelah ini. Lalu menyempatkan pulang sebentar untuk melihat Skyler.”Ibra mengangguk, “Apapun itu ... tetap lakukan dengan hati-hati. Minta orang untuk mengantarmu ....”Ibra menundukkan kepalanya di depan Alex dan Lara sebelum ia undur diri. Ibra benar saat mengatakan jika akan ada banyak orang yang menjaga tempat ini sebab Lara telah melihat beberapa pria berpakaian serba hitam yang ia yakini sebagai bodyguard milik JS Group berdatangan. Bahkan beberapa di antaranya Lara kenal betul. Jack, dan Lim yang paling sering ia lihat.Selagi Lara dan Alex masuk ke dalam kamar ra
Mata Selim mengawasi apa yang sedang Ibra dan Jefri bicarakan. Tetapi ia tak mengerti karena jaraknya terlampau jauh.Ia bersembunyi di balik pilar penyangga koridor rumah sakit.Ia juga tidak mungkin mendekat dan ingin tahu apa yang sedang terjadi karena ia harus menjaga perilakunya sebaik mungkin.“Aku tidak bisa membiarkan mereka tahu kalau aku yang menyebabkan kecelakaan itu terjadi,” gumamnya dengan seulas senyum sebelum kakinya ia bawa menjauh dari sana. Ia akhiri saja dirinya yang ingin tahu banyak hal itu hari ini. Langkahnya terasa ringan kala ia menjauh dari koridor dan menuju ke parkiran rumah sakit. Bahkan sesekali senandungnya terdengar. Gumaman yang membuat beberapa pasien mengira baru saja ada malaikat maut yang melewati mereka.Auranya yang gelap dan berbahaya sangat kontras dengan pembawaan yang ia tunjukkan tadi siang saat ia berhadapan dengan Lara.Hanya membutuhkan waktu kurang dari setengah jam untuknya tiba di rumah.Ia melepas coat yang ia kenakan dan tersenyum
....Dengan diantar pulang oleh salah seorang bodyguardnya, Alex akhirnya tiba di rumah.Jack, bodyguard yang mengantarnya memastikan Alex keluar dengan aman barulah ia bertanya, "Apakah Pak Alex benar-benar akan kembali ke rumah sakit besok pagi?"Alex menganggukkan kepalanya di hadapan pria yang mengenakan kemeja warna hitam tersebut."Iya, aku akan ke rumah sakit besok pagi. Mungkin aku akan berangkat dengan Ibrani. Akan aku kabari kalau kamu memang perlu menjemputmu.""Baik.""Kamu jaga malam?""Iya, Pak Alex.""Titip Lara dan anak-anakmu ya? Aku akan bersama dengan Sky malam ini.""Selamat beristirahat. Selamat malam."Jack menundukkan kepalanya di depan Alex yang lalu menepuk bahunya sembari menjawab, "Selamat malam."Alex membawa langkah kakinya memasuki rumah. Ia membuka pintunya dengan pelan, tak ingin menimbulkan kegaduhan karena sadar ini sudah larut.Ia menuju ke kamarnya, tidak ada suara dari dalam sehingga ia membukanya dengan pelan juga.Hatinya menghangat melihat ibunya
Batara baru saja mengira bahwa yang ia lihat di hadapannya ini adalah sesosok vampir. Tetapi bukan, itu adalah Jest Alexander Suh. Pria yang ditargetkan dalam kecelakaan, yang beberapa waktu lalu ia lakukan atas suruhan Selim.Bibirnya mengatup rapat saat mata Alex menghujamnya dengan tajam. Batara tidak pernah menemukan pria setampan itu saat tersenyum dan sekilas menunjukkan giginya yang tampak memiliki taring.“Kamu mengenalku dengan baik ternyata,” ujarnya.“A-aku tidak melakukan apapun padamu. Aku hanya disuruh,” ucap Batara ketakutan karena langkah yang diambil oleh Alex saat maju guna mendekat kepadanya itu seperti membawa kegelapan malam yang ada di belakangnya berkumpul menjadi satu.“Aku belum memintamu mengatakan apapun tetapi kamu sudah mengaku terlebih dahulu?” Alex tertawa hampir tak terdengar. Ia kembali memandang Batara, senyum dan tawa yang sebelumnya ia perlihatkan kini tidak tampak lagi.Yang terlihat di sepasang mata Alex yang seperti serigala itu adalah kebencian