Jangan lupa untuk follow instagram author @almiftiafay. Visual Alex dan Lara serta spoiler ada di sana. Terima kasih sudah membaca 😍
Semua terjadi sangat cepat. Setelah pulang dari Kantor Urusan Agama, Lara kembali ke rumah dan bertemu dengan Neo dan Shenina."Mamaaa, kapan kita bersiap?"Shenina yang pertama bertanya dengan sangat antusias.Yang membuat Lara bingung apa maksud yang ditanyakan oleh anak gadisnya itu."Bersiap ke mana, Sayang?"Mereka yang berjumpa di ruang tamu saling berhadapan. Lara berlutut untuk mengimbangi tingginya, hal yang sama yang dilakukan oleh Alex di sebelah Lara."Papa bilang kemarin, malam ini kita akan pergi ke pesta, Mama."Lara menoleh pada Alex yang tidak berhenti tersenyum.Jika sudah begitu, artinya apa yang dikatakan oleh Shenina adalah sebuah kebenaran.Dan itu disetujui juga oleh Neo, "Iya, Mama. Paman Ibra kemarin juga bilang begitu ke kami."Tidak ingin membuat anak-anaknya kehilangan antusias, Lara mengangguk lebih dulu, dan menepuk puncak kepala mereka bergantian."Baiklah, baiklah ... kalau begitu, Neo dan Shen masuk dulu ke kamar dan mandi, biar mama siapkan pakaian un
"Alex."Lara menahan Alex yang baru saja beranjak dari ranjang malam pertama mereka."Iya, Lara?"Dia urung pergi, mengambil duduk kembali di atas ranjang dan berhadapan dengan Lara."A-aku mau meminta satu saja darimu, Alex."Gugup, Alex bisa melihat Lara yang meremas jari-jarinya.Berulang kali Alex mengamati. Itu adalah tanda saat dia gugup dan meredam kecemasan.Alex mengangguk, mengiyakan Lara. Apapun untuk Laranya."Akan aku kabulkan selama aku bisa, Lara. Apa yang kamu inginkan?"Lara menghela napasnya dengan dalam. Setelah menghindari tatapan mata Alex, kini dia mengangkat pandangannya."Tolong, jangan lakukan dengan kasar. Tolong jangan mengusirku pergi dari dalam kamar setelah kita lakukan malam ini."Matanya berair, Alex bisa membaca kegelisahan yang tersirat yang ada di dalam cara bicaranya.Dia tahu jika Lara masih belum sepenuhnya lepas dari malam yang dulu merenggut gadisnya, malam yang menjadikan Lara seolah adalah wanita yang tidak pantas dicintai karena Alex memperla
Tidak pernah terbayang di hidup Lara dia akan memakaikan dasi di leher Alex seperti ini.Ya ... seperti adegan di drama yang manis, dengan Alex yang membungkukkan tubuhnya di depan Lara karena dia setinggi tiang.Sedangkan Lara dengan gugup membuat simpul agar dasi Alex terlihat seperti dasi pada umumnya.Cup!Lara mengerjapkan matanya beberapa kali.Entah ini ciuman yang ke berapa yang diberikan Alex kepadanya karena rasanya dia tidak berhenti memberi ciuman pada Lara."Alex, jangan gerak-gerak! Nanti dasimu tidak cepat jadi loh."Lara memukul dadanya sehingga dia berdiri tegak sekarang."Rendahkan tinggi tubuhmu, aku tidak sampai loh kalau begini caranya."Alex menurut, kembali pada posisi awal dan memandangi Lara yang kebingungan.Dia masih belum terbiasa memakaikan dasi. Wajar, ini hal baru baginya.Tap bagi Alex juga hal baru sih. Karena sebelumnya tidak ada yang memakaikan dasi untuknya.Siapa?Shiera?Haih ... tidak ada, tidak pernah.Hanya Lara yang perhatian seperti ini. Lar
Lara tidak bisa menaham senyumnya mendengar yang dikatakan oleh Alex."Apa sih? Jangan mengatakan hal begitu!" ucap Lara sedikit lirih saat Alex mendekat dan menyambut anak-anaknya.Dia mengerling pada Ibra, si aktor yang berperan membuat tipuan dan memaksa Alex turun dengan mengatakan, 'ada kekacauan di lobi.'Jika dipikir lagi, memang benar apa yang dikatakan oleh Ibra. Bahwa memang ada kekacauan di sini.Namanya Ibra, Ibrani Loure Halls. Soal menipu Alex, dia telah mempelajarinya secara akurat.Kekacauan itu ternyata kekacauan yang manis, yang menimbulkan kehebohan orang-orang karena kedatangan Lara dan anak-anaknya."Mau makan siang? Kamu bilang kamu ingin makan siang denganku dan anak-anak, 'kan?" tanya Lara seraya mengangkat sekilas lunch bag yang ada di tangannya."Fine, ayo naik kalau begitu!"Barulah Alex mengajak Neo dan Shenina untuk masuk ke dalam lift."Neo dan Shen mau makan sama Papa?""Mau.""Ayo naik kalau begitu!""Naik ke mana, Papa?""Naik ke ruang kerjanya Papa. T
Lara berhenti dari langkahnya. Dia melihat dengan jelas bahwa perempuan yang datang dari arah berlawanan itu benarlah Shiera.Dia tidak sendiri tetapi dengan beberapa temannya, tampak baru saja melakukan pertemuan.Shiera juga melakukan hal yang sama.Dia tercenung menatap Alex. Lalu berpindah pada Lara. Lalu pada kedua anaknya yang ikut berhenti dan mengamati apa yang terjadi di sekitar mereka sekarang ini."Kamu," ucap Shiera dengan kedua mata yang terbuka lebar saat sadar siapa Lara.Perempuan yang dulu dia tampar. Perempuan yang dikatakan oleh Alex yang terpaksa dia nikahi. Perempuan yang tidak dicintai Alex dan diabaikan karena Alex lebih memilihnya selama ini.Lalu sekarang, Shiera melihat dengan kedua mata kepalanya dia di sini bersama dengan Alex."Kamu perempuan yang terpaksa dinikahi sama Alex, 'kan?" tanyanya dengan sedikit bingung.Mencari pembenaran pada Alex yang membuang napasnya dengan malas."Alex, kamu bisa jelaskan ini?" Dia masih belum menyerah, mendesak."Apa?"
"Kenapa kamu ikut masuk?" Lara menatap Alex yang kini duduk berhadapan dengannya di dalam bathtub.Dia tak serta merta menjawab Lara selain hanya terus menatapnya.Tahu betul jika sekarang dia tidak bisa dibujuk hanya dengan sebuah kecupan yang baru saja diberikan oleh Alex kepadanya.Alex harus memberinya pengertian."Memangnya aku tidak boleh masuk ke sini dan ikut yang kamu lakukan?" tanya Alex balik dengan manik matanya yang mengunci Lara.Lara membuang napasnya yang tertahan di tenggorokan.Kering, serak. Tangis dan cemburu tertahan di sana tak bisa dijelaskan."Apa yang harus aku lakukan, Lara?"Suaranya lembut, bariton dingin yang memenuhi rongga dada Lara dengan debar yang menyentuh."Apa yang harus aku lakukan biar kamu percaya kalau aku tidak merencanakan apapun dengan perempuan itu, sama sekali. Kamu berpikir terlalu jauh, Sayang."Alex mengarahkan tangannya ke depan, menyentuh pipi cantik Lara dengan jemarinya yang basah."Lalu ...."Setelah mungkin sewindu berlalu, Lara m
"Apa yang kamu lakukan?"Lara bertanya pada Alex dengan sedikit terkejut karena ... ini sedikit tak biasa.Lara melihatnya yang sedang ada di dapur saat Lara turun dan berpikir Alex yang menghilang dari kamar itu karena dia pergi ke ruang gym yang ada di rumah belakang, karena Alex mengatakan dia akan mulai rutin ke gym mulai hari ini.Tapi ternyata bukan.Dia tidak pergi ke gym melainkan ke sini, ke dapur.Tampilannya? Rapi.Dia sudah mengenakan kemeja dan celana yang semalam disiapkan Lara untuk dia pakai pagi ini ke kantor.Rambutnya? Rapi juga. Comma hair yang cocok dengan wajah badboy tengilnya.Tapi ....Yang jadi masalah adalah, dia sedang mengenakan apron di pinggangnya. Sibuk dengan sandwich yang dia tata di atas piring."Membuatkanmu sarapan. Untuk anak-anak juga.""Tiba-tiba saja?""Tidak tiba-tiba juga sih. Sudah aku rencanakan sejak semalam.""Kamu tidak perlu lakukan ini, Alex. Kamu sudah rapi, nanti kamu bau dapur.""Bukan membuatkan sarapan yang sulit kok. Ini hanya sa
Orang ketiga.Itu dikatakan oleh Shiera dengan sangat lantangnya. Membuat beberapa orang yang kebetulan mengantar anak mereka, dan sebagian besarnya Lara kenal, dengan gegas menoleh pada Lara.Pandangan mereka seperti mempertanyakan apa yang sedang terjadi.Kenapa Lara dipanggil sebagai orang ketiga oleh wanita yang baru datang itu."Aku ingin bicara denganmu!"Dia melangkah menjauh, isyarat matanya mengatakan agar Lara mengikuti ke mana dia pergi.Setelah membuat Lara malu dengan sebutannya yang mengatakan bahwa Lara adalah orang ke tiga?Jangan harap Lara ikut dengannya!"Bicaralah di sini, Shiera!" tantang Lara dengan sama lantangnya.Sama nada dengan yang dikatakan oleh Shiera saat menyebutnya sebagai orang ketiga tadi."Aku tidak menjamin kamu tidak akan melakukan hal buruk padaku kalau aku ikut denganmu."Lara tersenyum dan sikap defensifnya membuat Shiera kesal karena dia bukan Lara yang dulu pernah dia lihat tunduk kepada Alex.Ah, atau ini Shiera yang salah perhitungan karena