Share

Bab 18 Hati yang Menghitam

"Kamu agak kurusan," ujar Lenni. "Wajahmu kuyu, istirahatlah. Biar aku membereskan cucian."

"Tidak, Lenni. Pekerjaan ini tanggung jawabku," tolakku.

"Tapi, sudah malam, istirahatlah ...." bujuk Lenni. "Jangan sampai kamu jatuh sakit."

"Bik Yuni tidak kembali ke sini lagi?"

"Iya, tadi dia sudah memberitahu Pak Aksara lewat telepon. Ini gaji pertamamu, Hasna."

Aku menerima amplop cokelat yang diulurkan Lenni. 

"Aku tidur duluan ya ...." Lenni beranjak dari ruang cuci.

Kenapa jumlah gaji yang kuterima utuh? Harusnya dipotong, karena aku izin satu minggu karena Amanda kecelakaan. Aku menyusul Lenni ke kamar tidur.

"Lenni, gajiku kok utuh satu bulan?"

"Maksudmu?"

"Aku pernah satu minggu tidak bekerja, harusnya kan dipotong ...."

"Tanya saja sama Pak bos," sahut Lenni, menarik selimut bersiap ke pulau mimpi.

"Pak bos sudah pulang?"

"Ada tuh ... di ruang kerja, baru saja aku

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status