Nugraha berteriak kala dimasukkan sebuah ruangan gelap. Dia masih bertanya-tanya siapakah mereka yang telah merencanakan penculikan terhadapnya. Setahunya dia tidak memiliki musuh sama sekali.“Diam!” bentak pria itu sambil menarik Nugraha dan memaksanya duduk di kursi.Tubuh Nugraha diikat kuat di kursi, mulutnya juga disumpal dengan kain. Perasaan merinding menyelimutinya ketika mereka menatapnya dengan tatapan mata berkilat iblis. Rasa takut yang menyelimuti diri Adelia semakin menjadi-jadi ketika mereka melangkah mendekat, apalagi satu orang memainkan pisau di tangannya seperti ingin menyembelih hewan. “Heuuummmn ....” Nugraha meronta-ronta sembari berteriak dengan mulut yang tersumpal kain. Pikiran Nugraha kalut, sepertinya hal buruk akan terjadi pada hidupnya. Hal yang paling menakutkan dalam pikirannya adalah dia terbunuh sebelum meminta maaf dan menceritakan kejadian 20 tahun silam kepada Ayyara. Namun, apa yang bisa Nugraha lakukan? Melepaskan diri saja tak bisa.“Aku ka
“Raja, tunggu. Aku ingin memberikan hadiah untukmu,” ucap wanita itu yang tak lain dan tak bukan adalah Shinta. “terimalah,” imbuhnya sambil menyodorkan sebuah kado kecil. Dilihat dari ekspresinya, Raja bisa menilai bahwa wanita itu masih belum berubah. “Untuk apa kamu memberikan ini kepadaku?” tanya Raja dengan wajah datarnya. Shinta membalasnya dengan segurat senyuman, “Ini hadiah tanda terima kasihku padamu.” “Kalau begitu berikan kepada istriku,” pancing Raja. Untuk sesaat senyuman di bibir Shinta menghilang, “Aku takut Ayyara masih salah paham dengan niatku. Makanya aku langsung menemuimu diam-diam.” “Shinta, sepertinya kamu belum sadar. Tanpa ajakan dari istriku, aku tidak mungkin berada di sana. Sepatutnya kamu memberikan hadiah ini kepada istriku.” Raja menyindir secara halus. Shinta terdiam sesat, sebelum akhirnya dia menanggapi, “Iya, kamu benar. Aku juga mempersiapkan hadiah untuk Ayya. Dan yang ini memang untukmu. Jadi terima–” Saat Shinta hendak meraih tangannya, R
“Sepertinya kalian tidak mengenalku!” seru Nugraha. Jamal dan teman-temannya membalasnya dengan tawa beraroma ejekan. “Anda hanya orang yang sudah bau tanah,” ledek Jamal. Nugraha pun lagi-lagi ikut tertawa, “Kalian benar-benar bodoh! Sepertinya kalian tidak menyadarinya.” “Apa maksudmu, Pak Tua?!” tanya Jamal dengan nada tinggi. “Ketika orang-orangku menyadari kehilanganku, mereka tidak akan tinggal diam.” Nugraha berusaha menakut-nakuti. “jangan-jangan polisi sedang melacak keberadaanku.” Jamal terpengaruh. Dia mulai terlihat cemas, sadar biar bagaimanapun Nugraha adalah seorang direktur yang memiliki koneksi kuat. “Kamu akan membayar setiap perbuatanmu!” Nugraha berbalik mengancam. Namun, di titik ini tiba-tiba ada sebuah jarum yang disuntikkan ke lengan Nugraha yang membuatnya perlahan tidak sadarkan diri. “Periksa keadaan di beberap titik,” titah Jamal yang terlihat sangat cemas. “Baik.” *** Ketika waktunya jam pulang, Raja dan Ayyara bergegas naik bus yang mengarah k
Ancaman pria itu tampak tidak main-main, membuat Ayyara yang mendengarnya semakin mengkhawatirkan keselamatan Raja. Dia berulang kali menarik tangan sang suami untuk cepat-cepat berlari masuk ke dalam mobil. Namun, suamimya malah merespon dengan segurat senyuman sembari menggelengkan kepalanya. “Kalau lari, mereka justru akan menembak kita,” bisik Raja. Ayyara baru menyadari kebodohannya. Dia pun akhirnya menatap tajam kepada para penjahat. “Pergi! Jangan sakiti suamiku!” Teriaknya, walaupun keringat dingin mulai membasahi dahi. Teriakan Ayyara mulai menarik perhatian beberapa orang. Namun, pimpinan penajahat itu dengan mudah mengatasinya. Dia tersenyum kepada orang-orang yang berada di sekitar sana, “Maaf menganggu. Kami hanya berakting buat film pendek.” Benar saja, semua orang percaya dan hanya berlalu lalang tanpa curiga lagi. Selepas itu, pimpinan penjahat kembali menatap Ayyara, “Gampang sih. Kalau suamimu tidak ingin disakiti, ikutlah dengan kami,” ucapnya sambil sesekal
“Kali ini kamu menang. Tapi ilmu wing chungku akan mematahkan tulangmu!” seru pria itu sambil menggerak-gerakkan tangannya. Melihat Raja hanya terdiam, pria itu mulai maju menyerangnya. “Kamu tidak akan bisa menahan gempuran pukulanku!” Raja menangkis serangan demi serangan yang mengandalkan teknik kecepatan tangan. Awalnya dia kewalahan, tetapi akhirnya dia dapat mengimbanginya. Raja yang tak ingin bermain-main, ketika ada kesempatan dia langsung menyarangkan pukulan di dada lawannya hingga terpental ke belakang. Para penjahat lagi-lagi dibuat terkejut. Mereka berulang kali menggeleng-geleng tak percaya melihat Raja juga memiliki ilmu whing chung. Bahkan pergerakannya lebih cepat dan gesit. “Tidak masuk akal,” gumam pimpinan penjahat tanpa disadari. Sementara, Ayyara berhasil membuka pintu mobil dan mengambil ponselnya. Dia lalu cepat menjauh dan berdiri di tempat asalnya agar mereka tidak curiga. Secara diam-diam, dia pun mengirim pesan kepada Anton untuk meminta bantuan. “B
“Kurang ajar!” pekik Jamal tanpa dia sadari belum memutus sambungan telepon. “Anda mau mati, hah?!” Tentu saja di seberang sana Ayyara yang mendengarnya seketika berteriak, “Kakek?! Siapa kalian?!” Jamal kaget dan baru menyadari kecerobohannya, tetapi karena terlanjur dia pun berterus terang, “Kakekmu akan mati di tanganku!” Usai mengatakan itu, Jamal seketika memutus sambungan telepon sepihak. Dia lalu menatap Nugraha dengan tatapan penuh amarah. “Aku tidak sekedar berbual! Malam ini anda harus mati!” Nugraha malah membalasnya dengan cengiran lebar. Dia sama sekali tidak terlihat takut. Dia tahu setelah ini Ayyara akan meminta bantuan Anton untuk melacak keberadaannya, entah itu dirinya dalam keadaan selamat ataupun mati. “Kamu ingin membunuhku? Silahkan. Tapi nyawa dibayar nyawa. Aku mati, kalian juga pasti akan mati! Cucuku punya hubungan dekat dengan Pak Anton,” ucap Nugraha. Situasinya kini berubah, justru sekarang Jamal dan teman-temannya yang terlihat panik-sepaniknya. “
Raja dan Anton segera masuk ke mobil. Hanya memerlukan waktu kurang dari 10 menit, mereka sudah sampai di sebuah aprtemen, tempat Nugraha dibawa.Raja langsung turun dari mobil, diikuti Anton dan anak buahnya.Sementara, di dalam apartemen Jamal dan teman-temannya tampak terlihat panik bukan main. Pasalnya mereka tahu kalau orang-orangnya Nugraha sedang menuju ke tempatnya.Tak ingin celaka, mereka pun menggunakan Nugraha sebagai tameng untuk menyelamatkan diri.BRAK!Sontak semua mata menoleh ke arah pintu yang di dobrak. Jamal pun langsung menempelkan pistol ke pelipis Nugraha yang terikat tak sadarkan diri di kursi.Raja yang melihat wajah Nugraha yang dipenuhi darah, seketika aura mengerikan begitu kental menguar dari dirinya.“Jangan berani mendekat! Atau kalian akan melihat Nugraha mati di tanganku!” ancam Jamal penuh mengintimidasi, walau dia sendiri sebenarnya agak gentar menghadapi Raja dan anton beserta anak buahnya.“Kamu telah melakukan kesalahan besar, Jamal!” seru Anton
“Siapa kamu?” tanya Nugraha.Ayyara merasa heran dengan pertanyaan Nugraha, karena pria itu tak lain dan tak bukan adalah Raja. Dia takut sang Kakek lupa ingatan.“Apa Kakek saya baik-baik saja?” tanya Ayyara kepada si perawat yang sudah berdiri di sampingnya.Si perawat itu menatap Nugraha dengan senyuman ramah, “Maaf, Pak. Nama Bapak siapa?”“Nugraha.”“Dan mereka siapa?” Perawat itu menunjuk ke arah pasangan suami-istri.“Ayyara dan Raja, menantuku,” jawab Nugraha.Ayyara tersenyum, merasa tidak ada masalah dengan ingatan Nugraha. Sementara, perawat itu memeriksa keadaan sang Kakek secara keseluruhan.“Kepala Bapak terluka. Jadi jangan banyak bergerak dulu,” ucap perawat itu setelah selesai melakukan pemeriksaan.“Terima kasih,” balas Nugraha, dan perawat itu pergi dari ruangan setelah berpamitan.Usai kepergian si perawat, Nugraha menatap Raja yang berdiri di samping Ayyara.“Raja? Jujurlah kepada Kakek. Kenapa kamu bersama dengan Pak Anton waktu menyelamatkanku?” tanya Nugraha.“