“Kau pikir aku akan menyerah untuk menghancurkanmu huh?” desis Mario Baron pada Kevin.Kevin menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya sambil melipat tangan di depan dada.“Dan aku tidak akan ikhlas begitu saja kau membunuh Papaku,” sambungnya lagi.Kevin sengaja mengizinkan Mario Baron masuk ke dalam ruangannya, karena dia yakin Mario Baron ini cerdik dan licik, tidak seperti Tuan Baron yang penuh emosi.“Kau pikir aku peduli?”Mendengar kalimat yang terucap dari mulut Kevin tentu membuat Mario Baron tersulut emosi.“Kalau Papamu menculik istriku, membunuh pengawalku dan pelayan kesayanganku, boleh?”Kevin masih menatap tajam pria muda di depannya. “Kau belum lahir saat aku dan keluargaku menjadi korban kejahatan Papamu!” desis Kevin penuh amarah. “Kau pantas mendapatkan itu, harusnya kau ikut mati dengan keluargamu,” sahut Mario Baron.Pria itu berusaha menahan emosi di depan Kevin, padahal iblis di dalam dirinya ingin rasanya mencakar Kevin saat ini juga.“Kenapa tidak kau s
Setelah sampai di kediaman Daniel mereka pun mulai berbincang.“Kau sebenarnya ngapain di sini?” tanya Daniel.“Ceritanya panjang. Awalnya Tuan Baron ingin membeli anak angkatku. Tapi suami miskin anakku menghalanginya.”Galen menceritakan semua yang terjadi antara dirinya dan Kevin.“Aku akan memberimu imbalan besar, asal kau bisa melakukan tugasmu,” ucap Daniel.Daniel mengeluarkan amplop yang berisi banyak uang pecahan 100 ribu.“Ini uang mukanya, kalau kau mau melakukan tugas dariku. Sebab kalau kau kembali ikut ario Baron, aku yakin kau tak akan mendapatkan apapun. Dia sedang terpuruk, semua usahanya gagal, bahkan tempat dia menyimpan senjata ilegal dan bom rakitannya meledak,” ungkat Daniel.“Pantas saja dia tak pernah datang menemui kami,” sahut Galen.“Hubungi anakmu, kirimkan dia uang yang banyak, bilang kau dan istrimu sedang ada pekerjaan di Kota ini, tapi kalau anakmu mau datang ke Kota ini juga tak masalah,” usul Daniel.Galen berbincang bersama sang istri lalu mengambil
Galen melangkah perlahan ke dalam ruang kerja direktur utama Adamson Corporation. Di sana ia melihat sosok pria elegan dengan pakaian mahal, yang tengah memunggunginya sambil menatap keluar jendela. Seribu macam perasaan campur aduk dalam pikiran Galen; takut, cemas, dan sedikit penasaran. Kira-kira Apa yang sedang dipikirkan orang ini? Apakah dia menyadari keberadaannya di sini? Apa yang akan terjadi padanya setelah ini? pikir Galen dalam hati, sebelum akhirnya mengumpulkan keberanian untuk mendekati pria itu. Tangan Galen terasa dingin dan berkeringat, namun ia mencoba menenangkan dirinya sebelum berbicara, "Permisi Tuan muda, saya salah satu pemilik bahan baku yang sedang perusahaan anda butuhkan. proposal sudah saya ajukan pada bawahan anda.”Demi apapun baru kali ini Galen merasa takut, terlebih suasana mendadak menjadi horor."Dari mana Anda bisa tahu kalau perusahaan Adamson Corporation sedang membutuhkan bahan baku?" tanya sang presiden direktur pada Galen. Mendengar suar
Galen menghela nafas panjang ketika bercerita pada Daniel tentang sosok Kevin, pemilik Adamson Corporation yang ternyata merupakan keponakan Daniel sekaligus menantu yang sangat dia benci. “Bagaimana? Apa kau berhasil menemuinya?” tanya Daniel antusias.Galen mengangguk lemah, “dia itu adalah suami anak angkatku. Karena dia juga yang mempengaruhi anak angkatku untuk melawanku!”Daniel terkejut bukan kepalang, “jadi wanita yang diakui oleh Kevin sebagai istrinya adalah anak angkat-mu?”Galen kembali menjawab dengan anggukan, “iya itu Zara anak angkatku.”Galen menggenggam erat kedua tangannya, perasaan jengkel menggelayuti pikirannya. “Kenapa jadi seperti ini?” gumama Daniel. “Lalu apa dia yang mengenalimu?”“Pertanyaan macam apa itu? Bertahun-tahun kami hidup satu rumah, bagaimana mungkin dia tak mengenaliku? Justru aku yang terkejut melihatnya sebagai direktur perusahaan.”Dia tidak pernah menduga jika Kevin adalah orang yang kaya raya, pikirnya. “Apa kau sekarang merubah niatmu
Ketika hasil tes DNA menegaskan bahwa Zara adalah anak kandung dari pria yang mengalami gangguan jiwa, Kevin langsung mengajak istri tercinta untuk menemui ayah kandungnya di rumah sakit. “Kita ke rumah sakit sekarang? Apa kau siap melihat kenyataan pahit itu? Sebab aku yakin Papa pasti belum bisa mengenali siapapun, meski wajah kalian mirip.”Zara mengangguk lemah, “siap tidak siap aku harus siap, hanya Papa yang aku punya sebagai keluarga kandungku,” jawabnya.“Baiklah kalau begitu. Dimas, kita ke rumah sakit jiwa sekarang ya,” ajak Kevin.“Baik Tuan,” sahutnya patuh.Mereka pun menuju parkir rumah sakit agar bisa segera masuk ke dalam mobil.Bagi Kevin mungkin ini saat yang tepat untuk mempertemukan Zara dengan sang papa, dan berharap mertuanya bisa kembali pulih seperti sebelumnya.Mereka pun masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Dimas.“Aku juga sangat berharap semoga Papa cepat sembuh, sebab beliau saksi kunci dari kejadian kelam itu,” tutur Kevin saat dalam perjalanan menu
"Jadi, suaminya Kak Zara itu benar-benar orang kaya?" tanya Jenni terkejut, mulutnya terbuka lebar. Rupanya ia baru saja secara tidak sengaja mendengar obrolan antara Daniel dan Galen yang berbicara tentang rencana mereka untuk merebut harta kekayaan Kevin, suami Zara. “Kau ini suka sekali nguping pembicaraan Papa,” tegur Galen. “Sini,” sambungnya memanggil sang anak. Jenni berjalan menuju ruang keluarga di rumah Daniel. Hari ini dirinya memilih tinggal di rumah, sedang Mika, Raras dan mamanya sedang shopping. Jenni seketika tersadar bahwa selama ini ia telah salah menilai sosok kakak iparnya itu. Tak pernah terlintas di pikiran Jenni bahwa Kevin, yang selama ini ia hina dan anggap sebagai orang gembel, sesungguhnya adalah orang kaya. “Apa kau mau membantu kami?” tanya Daniel tiba-tiba. “Membantu apa Om?” Daniel tersenyum, “hanya kau yang memungkinkan untuk bisa masuk ke dalam rumah Kevin, rumah itu dijaga sangat ketat dan tidak ada orang asing yang boleh masuk.” Galen dan J
“Ayo masuk, sayang,” ajak Kevin.Jantung Zara berdetak kencang saat menyadari kehadiran karyawan sang suami serta ada wartawan yang menyorot kebersamaan mereka.“Kayak gak pernah jadi artis saja,” bisik Kevin menggoda sang istri yang tampak terkejut melihat orang banyak.Kevin mengajak Zara naik ke podium, dan dipodium sudah ada dua kue tart dan satu tumpeng.Zara bahkan hampir melupakan kalau hari ini adalah hari pernikahan mereka yang ke empat tahun.Kevin mengambil mikrofon yang diberikan oleh Dimas.“Silahkan Tuan,” ucap Dimas.“Terima kasih,” sahutnya yang dibalas anggukan oleh Dimas.Kegiatan hari ini ditayangkan secara langsung di dua stasiun TV terbesar di kota West Country milik Kevin.Ada puluhan media lain yang ikut diundang oleh Kevin, dan dengan penuh semangat mereka datang, karena apapun yang akan mereka beritakan tentang putra mahkota Adamson, maka akan menjadi pundi-pundi penambah tabungan mereka di bank.“ Selamat siang saya ucapkan untuk seluruh karyawan adamson Corp
Dimas pun keluar dari ruangan Bosnya untuk melanjutkan pekerjaan yang tertunda."Kau dengar kan sayang, kalau Dimas bahkan memberi aku cuti selama dua minggu, jadi jangan ada alasan lagi untuk memberikan hakku sebagai suami," ucap Kevin dengan suara manja pada istrinya. Wajah Zara memerah menahan malu. Pikirannya bergulir ke berbagai kemungkinan yang akan terjadi malam itu nanti. Sudah empat tahun pernikahan mereka, tapi Zara masih merasa belum siap untuk menyerahkan diri sepenuhnya. Jujur ara merasa sangat bersalah pada suaminya ini.Dia mencoba mengurai perasaan takut dan malu yang terus menghantuinya selama ini. Apakah dirinya salah? Haruskah dia memaksakan diri untuk melakukannya? pikiran Zara penuh tanya. Namun dalam benaknya, ia berharap semoga malam itu bisa menjadi titik balik dalam hubungan mereka yang selama ini terhambat oleh rasa takut dan kekhawatiran.“Kau mau kan?” tanya Kevin.Zara mengangguk, “maafkan aku sudah terlalu lama membiarkanmu menunggu untuk meminta hak