Share

218. Takdir yang menunggu

Mobil Nadina kini berhenti di pelataran pondok. Namun mata Nadina langsung menangkap sebuah mobil yang sedari tadi pagi memang ada di sana.

“Pak Rayyan belum pulang juga, Mbak! Sepertinya memang menunggu Mbak Nadina, deh!” pekik Melati.

“Bantu aku membuat alasan, Mel! Jujur saja aku tidak ingin bertemu dengannya saat ini. Aku tak siap mesti bersikap seperti apa padanya,” ujar Nadina terdiam dengan sabuk pengaman yang masih menempel.

“Kenapa terus dihindari, Mbak? Kalau bukan hari ini, besok mungkin dia akan datang lagi. Semua akan seperti itu, kembali terulang. Kalau saran Melati, jangan dihindari lagi, Mbak. Temui saja beliau,” ujar Melati.

“Begitu, Mel? Tetapi harus seperti apa aku nanti?” tanya Nadina kini menundukkan kepalanya.

“Ehm, biasa saja. Jangan memberikan perlakuan spesial. Namun juga jangan memberikan perlakuan tak baik. Bersikap saja dia tamu yang patut dihormati.” Nadina menarik napas panjang lalu mengangguk ke arah Melati.

“Baiklah. Oiya, jangan lupa rotinya, Mel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status