Kartu!
Dua bawahan Julius bergetar hebat, sampai-sampai kaki mereka tidak bisa digerakkan.
“Ammar, kamu tahu kartu apa itu? A-aku pernah melihatnya, tapi entah di mana. Itu kartu yang hanya dimiliki jajaran miliarder dunia...”
“A-aku ti-tidak mau ikut cam-campur urusan ini.” Ammar menjawab dengan bibir gemetar, dia punya dua anak di rumah. Apabila dia ikut campur masalah ini, bisa-bisa dia dipecat dari kepolisian. Bagaimana caranya menafkahi keluarga setelah dipecat nanti?
Melihat kartu hitam dengan sepuhan emas Nayama membuat mereka mati kutu.
Ammar menepuk pundak Julius dan kartu itu diberikan kepadanya. “Sa-saya berhenti jadi bawahan Anda, Pak, saya masih sayang keluarga. Tidak ada lagi yang bisa saya andalkan selain menjabat jadi anggota kepolisian dengan gaji halal.”
“Haaa...” Julius terkejut. “Jangan seenaknya berbicara seper...”
“Kartunya!” Ammar menaikkan
Sebuah mobil jeep parkir di depan kantor kepolisian. Hanya melihat plat nomornya, semua anggota polisi bergidik ngeri. Tujuh belas orang polisi membentuk barisan di kiri dan kanan.“Hormat ... grak!” pimpin salah satu anggota.Senapan diangkat vertikal untuk memberi penghormatan pada penumpang mobil tersebut, hingga pintu dibuka, tidak ada bising terdengar di sekitar mobil.Brek!Dua orang berpakaian preman turun dari kursi depan. Satu menata barisan para polisi, satunya lagi membukakan pintu untuk empunya mobil. Begitu dia keluar, semua polisi meneguk ludah karena rasa takut menguasai alam bawah sadar mereka.“Di mana komandan kalian?” tanya lelaki itu.Tidak ada yang berani menjawab. Melihat sepatunya saja sudah membuat para polisi merinding. Hening tercipta, sampai pria itu menarik kerah salah satu polisi yang ada di depannya.“Jawab!”“Ko-komandan Markus ada di dalam kantor, Jendera
“Siapa yang membuatmu babak belur seperti ini? Jika yang melakukannya adalah polisi-polisi buncit ini, akan kupastikan tempat ini hancur sebelum tengah malam tiba.” Andre mendekati Davin, wajahnya mulai bersemu merah, bukan karena salting, tapi emosi yang meluap-luap.“Ahh, aku baik-baik saja, Paman, tidak perlu panik. Toh Melvin sudah menelepon Dokter Nathan, dia datang 15 menit lagi. Paman tidak usah risau...”Tapi tidak dengan Melvin, dia menaruh dendam pada Julius dan ingin menghinakan pria itu, merenggut seluruh kehidupannya.Melvin mendekati Andre dan memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi di ruang interogasi. “Davin difitnah, dituduh melecehkan seorang gadis dari salah satu anggota Klan Emas, dipukuli, disiksa, lalu dipaksa mengakui perbuatan yang padahal dia sendiri tidak melakukannya.”Andre mengernyitkan dahi, berani-beraninya mereka melakukan hal sekasar itu pada Davin! Dia menarik tangan Davin dan mengaj
“Harus kuapakan laki-laki ini?” tanya Andre. Mendengar suaranya seakan mendengar langkah malaikat maut. Semua tunduk di hadapan Andre.Yang bisa memerintahnya hanya Davin dan Juta, itu pun jika perintahnya benar-benar sesuai dengan idealisme Andre. Jika tidak, Andre tidak segan menentang ucapan mereka berdua padahal mereka berdua memiliki jabatan lebih tinggi dari Andre secara struktural Nayama.“Mmm, begini saja, aku beri dia penawaran. Aku ingin kamu minta maaf atas semua salah, khilaf, atau fitnah yang sudah kamu lempar kepada diriku selaku Tuan Muda Nayama.”Mendengar Davin menyelesaikan kalimatnya, Julius mulai berbinar. Dia tidak menyangka fitnah ini selesai hanya dengan kata maaf dan klarifikasi. Itu terlalu mudah bagi orang yang punya mulut busuk macam Julius.“Tapi sebentar,” Davin diam sejenak, menghela nafas, lalu menatap tajam ke arah Julius. “Cukup lepas lencana dua melati itu dan segera undur diri da
Malam setelah diobati, Davin tidak langsung pulang ke Phoenix, dia menghabiskan waktu di sekitar sungai menikmati suasana malam pusat kota. Di sana tidak terlalu dingin, Davin mengenakan kaos hitam oblong dibalut celana tiga perempat abu-abu.Berkendara menggunakan mobil Lamborghini Aventador merah, keduanya cukup mencuri perhatian publik, terlebih gadis mata duitan yang berkeliaran di sekitar taman malam itu.Gadis-gadis itu menawarkan lekuk tubuh mereka, tapi tak satupun Melvin atau Davin terpikat. Mereka menyewa seorang dua orang lelaki yang dicurigai preman di taman itu, memberi mereka uang lima juta untuk menjaga mobil selama dua jam.Lima juta dua jam, sungguh fantastis, bukan?Hoamm!Davin menguap, padahal ini baru pukul sembilan. Biasanya pemuda itu tidur di atas jam dua belas, tapi kali ini berbeda. Davin mungkin ngantuk gara-gara kurang darah sehabis disiksa oleh pihak kepolisian.“Kita pulang?” tanya Melvin.&ld
Tujuh hari berlalu, luka Davin perlahan pulih. Dia bisa beraktivitas normal, olahraga, push up, pull up, hingga bermain futsal bersama beberapa militer yang tidak memiliki shift jaga di Heaven Garden. Sore itu matahari tidak terlalu terik, Davin ingin bersantai sembari makan-makanan berkelas. “Saya rekomendasikan Trattoria, salah satu restoran Italia terbaik di ibukota. Bertepatan juga Tuan Besar menyuruh Anda pergi ke sana, mengurus salah satu proyek kerjasama bahan pangan.” Melvin menyeduh teh oolongnya. “Sepertinya aku pernah dengar nama restoran itu,” desis Davin. “Apa kita pernah makan di sana?” “Jauh sebelum Anda pergi dari Nayama, kita sering menghabiskan waktu di sana. Waktu itu namanya masih Restoran Trattoria, namun sekarang berubah jadi Trattoria Rucini setelah diampu oleh dua chef kembar berkebangsaan asli Italia.” “Ahh, aku pernah dengar nama itu. Oke, kita pergi sekarang.” Davin semangat. Sudah sekian tahun dia ti
Awalnya Jordi mengira kalau para pelanggannya akan sakit hati kala kursi mingguan mereka direbut oleh Tuan Muda Nayama, seolah beranggapan kalau Trattoria Rucini lebih mementingkan tamu se-istimewa Tuan Muda dari pada pelanggan tetap mereka. Isami ikut keluar, lalu bertanya pada Jordi. Jordi pun menjawab, “Syukurlah mereka malah mendukung keputusan kita. Mereka sangat antusias menyambut kedatangan Tuan Muda.” Keduanya kembali ke tugas masing-masing. Alasan kenapa Isami ditaruh di dapur, sementara Jordi menangani hal yang berkaitan dengan kerapian dan estetika restoran, adalah karena Isami orangnya disiplin, sementara Jordi punya sifat semi perfeksionis. Jordi tidak mentolerir kesalahan kecil sedikitpun. Karena itulah, keduanya bisa mendapat satu michelin star yang menjadi impian para chef di dunia. Tepat pukul setengah enam sore, Davin datang bersama Melvin, mereka disambut meriah oleh para waitress. Tidak ada laki-laki yang berdiri di
“Sebenarnya saya tidak masalah, kami bahkan senang sekali mendengar Anda menawarkan proyek besar itu pada Trattoria. Tapi kami takut satu hal ... beda tangan yang mengolah resep, beda pula rasa yang dihasilkan.” Isami berujar dengan wajah menunduk. “Bukannya kami menolak, tapi kami takut, makanan yang kami sediakan di Trattoria Rucini cabang satu tidak sesuai ekspektasi pelanggan tetap kami. Beberapa pelanggan kami berasal dari kota S.” “Hmm, begitu, ya...” Davin menggosok dagunya. “Memang agak susah, tapi bagaimanapun juga, kita harus mencobanya. Tidak dicoba, tidak tahu hasilnya, bukan?” “Benar kata Anda, Tuan, kami tidak takut mencoba.” Isami menyahuti. Jordi menatap Isami, lalu mereka saling berbisik. Keduanya sepakat membuka restoran baru dengan catatan, Isami harus turun tangan langsung menyeleksi koki-koki yang akan dipekerjakan di sana. Sementara di Trattoria Rucini pusat, Isami menunjuk seorang lelaki yang sudah bekerja dengannya sela
Prima yang sadar akan kedatangan Davin, langsung terbesit ide untuk memperlmalukan Davin di hadapan publik. Awalnya Davin menolak, tapi semakin lama, mulut Prima semakin tidak terkontrol. Davin mengiyakan tantangan Prima, berlomba menghabiskan whisky asli Inggris sebanyak-banyaknya. “Ehh, kenapa ada pemulung datang, aduhh, kasian sekali... kamu pasti belum pernah makan daging Wagyu A5 kelas premium ya? Kamu kan cuma cleaning service, bayar dua juta hutang motor saja tidak bisa, apalagi membeli daging-daging dan whisky elit ini!” Prima mengejek Davin. Davin hanya diam karena daging premium yang ada di kulkas rumahnya jauh lebih mewah dibanding daging ini. Jika di sini menggunakan American Wagyu, keluarga Nayama menggunakan Kagoshima Wagyu, juara dunia tiga kali dalam hal kualitas. Nayama membeli 10 persen saham peternakan dan mendapat jatah daging setiap bulannya. “Tidak perlu, makan saja daging itu,” ucap Davin dengan halus. “Hahaha! L