“Nggak jadi deh. Fotoin aku sama Kak Gilang ya, Kak,” ucap Ayu sambil memberikan handphonenya pada Ara.
“Untuk apa minta foto segala?” tanya Ara heran dengan tingkah adeknya yang tengil ini.
“Untuk dipamerin sama teman-teman disekolah,” jawab Ayu dengan polosnya.
“Kamu mau minta difotoin sama Gilang, cuma untuk dipamerin doang. Kayak nggak ada kerjaan yang lain saja,” sungut Ara.
“Biarin. Kan aku bukan Kakak,” jawab Ayu nggak mau kalah.
Gilang yang melihat interaksi kakak adek ini cuma tertawa.
“Ayu, kebelakang dulu. Jangan gangguin Kakak, sayang,” ucap Bunda dari ruang keluarga.
“Bentar, Bunda,” jawab Ayu sambil menyodorkan kamera handphonenya pada Ara.
Setelah di photo beberapa buah oleh Ara. Ayu tersenyum puas melihat photonya.
“Terima kasih Kak Gilang,” ucap Ayu.
“Iya. Sama-sama, Dek,” jawab Gilang
Rasanya, Ara tidak akan sanggup berjuang dan tetap bertahan di samping Gilang yang seorang public figure.“Maafkan aku Kiara. Mungkin aku terlalu memaksa kamu untuk bisa bersamaku. Tapi percayalah satu hal, I love you so much,” bisik Gilang sambil merangkul Ara kedalam pelukannya.“Aku sudah tidak tau lagi bagaimana caranya untuk bisa meyakinkanmu. Rasa ini sungguh membunuhku, Kia,” bisik Gilang penuh perasaan.Gilang menyematkan sebuah cincin berlian di jari tengah Ara. Bertepatan dengan ucapannya tersebut bianglala pun kembali berputar.“Jangan dilepas cincinnya,” ucap Gilang.Ara terpaku menatap cincin berlian yang melingkar di jarinya, “Tapi, Lang.”“Jangan membantah terus, Kia! Aku belum selesai ngomong,” kesal Gilang karena selalu dibantah oleh Ara.“Anggaplah ini sebagai awal dari hubungan kita untuk melangkah bersama-sama kedepannya. Meskipun didepan nantinya ak
“Belum juga sebulan, Vin,” gumam Ara. “Semuanya kan nggak harus lama-lama, Ra. Semakin cepat maka akan semakin baik. Bukankah begitu?” ucap Kevin panjang lebar. “Entahlah, Vin. Aku merasa jika aku bukanlah orang yang tepat untuk Gilang. Gilang terlalu lebih untukku,” Ara menghela nafasnya dalam. “Kenapa? Apa ada hubungannya dengan Reza?” tanya Kevin meminta penjelasan. “Aku minder dengannya, Vin,” lirih Ara. “Kenapa juga harus minder, Ra. Jika Gilang sudah memilih kamu, berarti kamu merupakan yang terbaik dari yang ada disekelilingnya,” jelas Kevin. “Apakah Gilang tidak pernah membahas hal ini?” tanya Kevin karena melihat Ara yang diam saja. “Aku yang nggak peka mungkin,” jawab Ara sambil nyengir karena teringat dengan ucapan Ayu beberapa waktu yang lalu. “Lukisan yang ini mau ditaruh dimana, Ra?” tanya Carista sambil memegang dua buah lukisan yang dibuatnya waktu berkunjung ke Padang beberapa bulan yang lalu. “
Tidak terasa mobil yang dikendarai Gilang telah memasuki halaman rumah Ara. Karena diantar oleh Gilang, makanya Ara minta antarin kerumah saja. Sampai saat ini Gilang belum mengetahui jika Ara selama ini tinggal di apartemen. “Terima kasih untuk hari ini, Lang,” ucap Ara sebelum membuka pintu mobil. “Terima kasih juga karena sudah hadir dalam hidupku, Kiara,” ucap Gilang sambil mengecup pipi Ara. “Aku masuk dulu, Lang. Hati-hati dijalan,” ucap Ara sambil turun dari mobil. Setelah mobil Gilang menghilang dari pandangan, Ara berjalan masuk kedalam rumah yang sudah dibukakan oleh Bunda. “Gilang nggak dibawa masuk dulu, Kak?” tanya Bunda. “Nggak Bunda. Capek katanya,” jawab Ara. “Katanya kemaren Gilang nggak bisa hadir?” selidik Bunda. “Baru sampai jam delapan tadi katanya. Baru sampai langsung datang ke Galeri,” ucap Ara. “Gimana perkembangan hubungannya, Ra?” tanya Bunda dengan serius saat mereka telah duduk dirua
“Tapi kita harus tetap waspada, karena dia bisa bisa saja muncul dengan tiba tiba dan mengganggu Gilang kembali,” jawab David. “Kiara apa profesinya, Vid?” tanya Karina. “Dia pelukis, dosen juga. Semoga saja hubungan mereka dilancarkan,” ucap David sambil mengambil kursi dan duduk disebelah Karina. “Iya. Kasihan Pak Bos kalau tidak punya pasangan, karena kita yang akan menjadi sasaran kemarahannya terus,” gumam Karina. Karina dan David melanjutkan pekerjaannya kembali tanpa memperhatikan Gilang dan Kiara lagi. “Aku mau pulang dulu, Lang,” ucap Kiara pelan saat Gilang yang dilihatnya tengah sibuk dengan pekerjaannya. “Tunggu sebentar, sayang. Sedikit lagi pekerjaan aku selesai,” bujuk Gilang dengan senyumannya. Setiap kali melihat senyuman Gilang, perasaan Kiara bergetar hebat dan pikirannya pasti akan mellow dengan sendirinya. *** Setelah pertemuan kemaren, Gilang dan Kiara tidak pernah bertemu lagi. Selain kare
Pagi ini, Ara bersiap untuk kembali ke kampus setelah dua hari melewati masa berkabungnya karena pengkhianatan yang dilakukan oleh Gilang.Hape Ara tidak pernah dihidupkan lagi semenjak kejadian tersebut.“Gimana keadaannya, Ra?” tanya Carista saat melihat Ara yang telah lengkap dengan setelannya.“Alhamdulillah, sudah baikan, Car. Hari ini aku kekampus,” ucap Ara.“Syukurlah. Semoga baik baik saja, Ra,” ucap Carista.Mereka keluar dari unitnya dan masuk ke dalam lift. Saat sampai dilantai dasar, Ara dan Carista keluar dari lift.Ara menarik tangan Carista dan bersembunyi disamping mobil yang lainnya, saat Ara melihat Gilang yang akan masuk kedalam mobilnya.“Apaan sih, Ra?” ucap Carista melotot karena Ara yang tiba tiba menarik tangannya.“Ssstttt,” ucap Ara sambil membekap mulut Carista.“Ada Gilang di depan. Apa dia tinggal di apartemen ini juga?”
“Tetapi, kamu harus tau, bahwa kehadiranmu telah mampu mengalihkan dunianya yang selama ini tenggelam dalam masa kelam. Sulit bagi Ara untuk bisa bangkit dari keterpurukannya setelah ditinggal oleh tunangannya,” ucap Kevin dengan menghela napas panjang.“Tunangannya?” tanya Gilang dengan alis bertaut karena informasi ini yang tidak bisa dia dapatkan selama ini.“Ya. Tunangannya meninggal seminggu menjelang hari pernikahan mereka beberapa tahun yang lalu,” ucap Kevin.Gilang bergetar mendengar ucapan Kevin. Dia sama sekali tidak menyangka jika ternyata Kiara menanggung beban yang teramat berat.“Karena itulah, kami mengatakan jika kamu beruntung bisa mendapatkannya. Karena dia orang yang sangat setia dengan satu pasangan,” ujar Kevin.“Terima kasih atas informasinya, Vin. Aku mencari informasi itu selama ini, akan tetapi tidak ada yang bisa kujangkau,” ucap Gilang, “Sebenarnya bukan p
“Gantiin dahulu baju Ara, Car,” ucap Kevin dan segera keluar dari mobil.Setelah Carista selesai mengganti pakaian Ara, Gilang dan Kevin segera masuk kembali ke dalam mobil.Gilang menjalankan mobilnya keluar dari area pemakaman.“Kita ke mana sekarang?” tanya Gilang saat mobil sudah meninggalkan pemakaman.“Kita pulang saja ke apartemen,” ucap Carista.“Apa tidak sebaiknya ke Rumah Sakit saja terlebih dahulu?” tanya Gilang yang merasa khawatir dengan keadaan Ara.“Tidak usah, Lang. Ke apartemen saja, nanti setelah istirahat, Ara akan sadar kembali,” ucap Kevin.“Tetapi, apa tidak masalah dengan kesehatannya?” tanya Gilang.“Tidak masalah, Lang. Ara selalu seperti ini setiap tahunnya,” ucap Kevin.“Mengapa tidak pulang kerumah saja?” ucap Gilang dengan alis yang bertaut.“Jangan pulang kerumah, nanti orang tuanya
“Tinggalkan kami berdua, Car,” ucap Ara pelan sambil melihat kepada Kevin dan juga Carista. Kevin dan Carista segera berdiri dan pindah ruangan lainnya yang ada di apartemen mewah tersebut.“Maaf karena telah membuatmu kecewa dan sedih.” Gilang memulai pembicaraannya dengan Ara saat mereka telah berdua saja diruangan yang luas itu.“Kamu tidak salah, tetapi akulah yang salah,” ujar Ara.“Semua salahku karena telah membuat kamu bersedih. Aku sudah tidak ada hubungan apa apalagi dengan Belinda. Hubungan kami telah berakhir semenjak beberapa tahun yang lalu,” jelas Gilang yang berusaha menggenggam tangan Ara, akan tetapi ditepiskan oleh gadis tersebut.“Jangan sentuh aku lagi,” desisnya tajam, yang membuat perasaan Gilang teriris.“Jangan pernah sentuh aku lagi. Mulai sekarang kita sudah tidak punya hubungan apa apalagi. Semuanya sudah cukup sampai di sini. Terima kasih atas kebersamaan