“Karena ada izin dari Ayah sama Bunda. Makanya aku berani untuk menjalaninya. Tetapi takdir berkata lain, karena aku tidak seperti yang kamu harapkan.” Ara menundukkan kepalanya berusaha menyembunyikan rasa perih di hatinya.
“Aku minta maaf. Mulai sekarang aku akan buktikan jika ucapanku tidak main main. Aku akan melamarmu langsung kepada Ayah dan Bunda.” Gilang menggenggam tangan Ara seolah menyalurkan kekuatannya kepada gadis tersebut.
“Silakan dicoba jika kamu bisa meyakinkan orang tuaku.” Tantang Ara.
“Baiklah. Berarti kamu tidak menolak untuk menikah denganku, kan?” ucap Gilang.
“Kalau Ayah setuju, tidak ada salahnya. Aku hanya mengikut saja apa kata orang tua,” jawab Ara.
Gilang mengecup pipi Ara dengan sayang sambil berujar “Terima kasih, sayang.”
“Pikirkan terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh, Lang,” ucap Ara pelan.
“Ini sudah kep
Kevin melihat kepada Gilang yang baru masuk dengan tatapan meminta penjelasan.“Aku bisa jelasin semuanya,” ucap Gilang seakan mengerti arti pandangan Kevin.“Aku dan Reza memang bersaudara. Akan tetapi, aku tidak pernah mengetahui jika Kiara adalah tunangan Reza,” ucap Gilang.“Bagaimana mungkin kamu tidak mengetahuinya? Sedangkan tunangannya saja dihadiri oleh keluarga kedua belah pihak.” Kevin menatap curiga kepada Gilang karena merasa dibohongi.“Aku benaran tidak mengetahui semua itu, Vin. Yang aku tau saat itu Reza telah bertunangan, tetapi dengan siapa orangnya aku benaran tidak mengetahuinya,” jujur Gilang.“Jangan membohongiku, Lang,” dengus Kevin kesal.“Saat mereka bertunangan, kami sekeluarga sedang tidak di sini akan tetapi kami sedang di Belanda,” jelas Gilang.***Waktu terus berlalu, tanpa disadari sudah sebulan Gilang tidak saling menghubun
“Berarti, Ara menerima pilihan orang tuanya?” tanya Tante dengan mimik wajah yang serius.“Menurut penuturannya, iya Tante,” jawab Gilang lesu.“Bagaimana dengan kamu?” Tante Audelina menatap Gilang dan menunggu jawaban apa yang akan diberikan oleh Gilang.“Justru karena itulah, Tante. Makanya aku kesini. Sepertinya, semua ini terjadi semenjak Ara mengetahui hubungan antara aku dan Reza.” Gilang menyampaikan dugaannya.Tante Audelina menghela napas dalam “Semua itu bisa saja, Lang. Mengingat hubungan antara Reza dan Ara yang hampir menikah. Mungkin Ara kecewa karena kamu tidak menjelaskan semuanya.”“Tetapi, aku benaran tidak mengetahui hubungan yang terjalin antara Reza dan Ara, Tante,” lirih Gilang.“Ada banyak hal yang harus kamu ketahui, Lang,” ucap Tante Audelina sambil melangkahkan kakinya menuju lantai dua rumah mewah itu. Gilang mengikuti langka
Bel panjang berdering di seluruh penjuru sekolah, sebagai pertanda bahwa seluruh kegiatan pembelajaran telah berakhir. Sekarang saatnya untuk pulang kembali kerumah masing masing. Ara bergegas mengemasi buku buku dan berlari keluar dari kelas.“Hai, Kia,” sapa Reza yang juga baru keluar dari kelasnya. Mereka berbaur dengan semua murid di sekolah ini yang sudah seperti kapas beterbangan karena sudah jam pulang.Ara menoleh kepada pemilik suara “Hai, Re,” sapanya dengan senyuman.“Pulang sama siapa?” tanya Reza yang terus memperhatikan Ara yang baru dikenalnya tadi pagi.Ara menjawab dengan entengnya “Dengan sepeda saja, Re. Kalau kamu pulang sama siapa?” tanya Ara sambil membuka gembok sepedanya yang terletak di parkiran sekolah.“Tadi aku diantar, Kia. Sekarang pulangnya juga dijemput, tetapi jemputan belum datang.”“Ooo. Aku ribet kalau diantar jemput gitu. Terasa jadi tidak
Waktu berlalu dengan sangat cepat. Tanpa terasa, Reza dan Ara sudah menghabiskan waktu di sekolah ini selama tiga tahun. Besok merupakan hari pengumuman kelulusan. “Kia, besok kita berangkat bareng, ya!” ujar Reza saat mereka tengah istirahat di tempat latihan taekwondo milik Om Ardi. “Aku berangkat sama sepeda, Re,” ucap Ara dengan napas yang masih ngos ngosan dan kening berkerut karena Reza mengajak berangkat bareng sedangkan rumah mereka berjauhan. “Besok berangkat sama aku saja. Besok aku jemput,” seru Reza yang telah melanjutkan latihannya kembali. “Tetapi, Re….” Ara menghentikan ucapannya yang belum selesai karena Reza telah menghilang di ruangan lain untuk kembali latihan. Selanjutnya, Ara juga melanjutkan latihannya kembali. Tepat jam lima sore, latihan baru selesai. Ara segera mengganti pakaiannya dan mengemasi barang barang. Sore ini, Ara akan pulang dengan kendaraan umum karena dia tidak membawa kendaraan. “Kia,” panggil seb
Ara hanya diam saja mendengarnya, karena dia juga tidak tahu harus berkata apalagi.“Kenapa tidak mau berangkat bareng aku? Apa sudah ada janji dengan Elang?” tanya Reza dengan mata yang memerah.“Sebenarnya kamu kenapa sih, Re??? ucap Ara tidak kalah kesal karena kata kata Reza daritadi mampu membuat suasana hatinya menjadi buruk.“Jangan tanya aku kenapa, Kia. Akan tetapi, tanya hatimu,” ucap Reza sambil berjalan meninggalkan Ara yang terbengong sendirian.“Sebenarnya apa sih, salahku?” ucap Ara pelan karena tidak mengerti dengan perubahan sikap Reza yang tiba tiba.“Bisa dipercepat tidak, langkah kakinya?” dengus Reza dari dalam mobil.“Tinggalkan aku divsini, aku mau pulang dengan taksi saja. Maaf karena telah merepotkan kamu. Besok besok, jangan temui aku lagi,” ucap Ara dengan kesal dan berjalan melewati mobil Reza.“Dasar perempuan,” umpat Reza &ldquo
“Benarkah?” tanya Vella untuk meyakinkan pendengarannya.“Really,” jawab Reza singkat.“Wow, pastinya kamu nantinya bakalan menjadi idola di sana, Re,” puji Selly.“Sepertinya memang tidak akan terpisah, Ra,” ejek Vella kepada Ara.Ara melirik kepada Vella “Itu kan terserah masing masing saja, Vel. Mau melanjutkan ke mana, itu adalah hak setiap orang.”“Iya, Ra. Tetapi, setidaknya Reza bakalan ngikutin kamu ke mana pergi,” kata Selly.Pengumuman kelulusan telah disampaikan dari satu jam yang lalu. Sekarang, Ara telah berada di dalam mobilnya Reza untuk kembali pulang.“Kita jalan jalan dahulu, Kia,” ucap Reza dan mulai menjalankan mobilnya. Perlahan mobil meninggalkan tempat parkir dan gedung sekolah. Reza mengambil arah berlawanan dari jalan pulang kerumah.“Kita mau kemana, Re?” tanya Ara saat dilihatnya jalan yang bukan menuju ker
Satu tahun menjadi siswa di SMA, hubungan Reza dan Ara seperti merenggang jauh. Apalagi semenjak Reza yang terpilih menjadi ketua OSIS. Reza yang menjadi idola di antara para siswi disekolah, seakan membuat Ara merasa minder untuk berdekatan dengan Reza seperti dahulu.Ara berjalan menyusuri koridor sekolah, jam pelajaran telah berakhir dari dua jam yang lalu. Akan tetapi, Ara belum pulang karena mengikuti kegiatan ekstrakurikuler basket.Tanpa disadari, Ara mendengar suara Reza yang sedang bercerita dengan Sofia. Sofia merupakan cewek terpopuler di sekolah ini. Kabar kabarnya selama ini, Sofia menjalin hubungan dengan Reza.“Antarin aku pulang ya, Za,” seru Sofia dengan bergelayut manja di lengan Reza.“Memangnya kamu tidak membawa kendaraan, Sof?” tanya Reza.“Tidak. Aku tadi diantarin sama sopir. Kamu bisa kan, antarin aku pulang?” tanya Sofia sambil mengecup bibir Reza dengan perlahan.“Baiklah.
Sedangkan Elang, Selly dan Vella menunggu siapa yang akan dipilih oleh Ara. Tanpa mereka sadari, Sofia sedang melangkah mendekati mereka.“Kok kamu ninggalin aku sih, Za,” ucap Sofia dengan wajah cemberut dan terkesan manja kepada Reza.“Aku pulang sama Elang saja, Re. Terima kasih atas tawarannya,” ucap Ara sambil melangkah menaiki motor gede milik Elang. Perlahan gerimis mulai turun, bersamaan dengan air mata Ara yang juga mulai menetes. Ara tidak perlu menyembunyikan air matanya karena bersamaan dengan hujan yang mulai turun dengan deras.Elang menghentikan motornya di halte terdekat karena hujan yang mulai deras.Elang memperhatikan Ara yang mengibas ngibaskan rambutnya yang sedikit basah “Basah, Ra?” tanya Elang.“Sedikit, Lang. Terima kasih ya, Lang atas tumpangannya,” ucap Ara dengan tersenyum indah.“Tidak masalah, Ra. Aku juga mau ucapin terima kasih, karena kamu sudah mau pulang