“Aku tau kok, Vin. Wajar, Sofia kan cantik,” ucap Ara yang berusaha tersenyum saat mengucapkannya meskipun hatinya terluka.
“Sepertinya hubungan mereka khusus, karena Sofia ngefans berat sama Reza. Kemana mana selalu berdua,” terang Reza.
“Aku hanya berprinsip jika jodoh tidak akan kemana, Vin,” senyum Ara.
“Iya, Ra. Manatau jodoh aku adalah kamu,” ucap Kevin yang memang sudah lama mengincar Ara, akan tetapi cintanya selalu ditolak oleh Ara.
Ara hanya tertawa mendengar ucapan Kevin yang seolah hanya angin lalu baginya.
Setelah melewati perjalanan selama satu jam, akhirnya mereka sampai di lokasi perkemahan yang berada di sekitar perumahan penduduk kampung. Udara pedesaan yang menyambut kedatangan mereka terasa sangat segar dan melapangkan pikiran.
Mereka berkumpul terlebih dahulu dan berdoa bersama di tempat lokasi kemah, agar diberikan kemudahan dan dijauhkan dari musibah dan kendala.
M
Semenjak kembali dari acara kemah bakti tersebut, Ara tidak pernah lagi terlihat dengan Reza karena Ara sudah mengetahui dari Elang tentang hubungan Reza dan Sofia.Waktu berlalu dengan sangat cepat, tanpa terasa sekarang Ara sudah semester akhir.Jadwal kuliah sudah tidak sepadat dulu lagi, sekarang hanya disibukkan dengan seminar dan penyusunan skripsi.“Ra!” panggil Carista yang tampak mempercepat jalannya untuk mengejar Ara.“Ada apa, Car?” tanya Ara saat Carista sudah berada di sampingnya.“Aku ada cerita! Ke kantin yuk!”“Baiklah,” jawab Ara.Mereka melangkah menuju kantin kampus yang berada di depan jalan utama. Setelah memesan makanan, Carista memulai ceritanya.“Reza sudah putus sama Sofia,” ucap Carista memulai ceritanya.“Tau darimana?” tanya Ara dengan kening berkerut karena dia sudah lama tidak berhubungan dengan Reza semenjak beberapa b
“Sekarang lagi sibuk skripsi, Mom. Ntar, kalau skripsinya beres, Ara main kesana,” ucap Ara.“Kalau skripsinya sudah selesai, ntar kamu pindah saja sekalian kerumah Mom,” ucap Audelina sambil tertawa pelan.Sedangkan Ara malah menatap Bunda dengan penuh tanda tanya karena tidak mengerti dengan maksud ucapan Audelina barusan.“Sudah sampai dimana skripsinya?” tanya Bunda tanpa menjawab sinyal yang dilemparkan oleh Ara.“Tinggal Bab akhir, Bunda. Mudah mudahan selesai minggu ini,” ucap Ara.Selanjutnya yang terdengar adalah cerita ibuk ibuk yang jika sudah berkumpul pasti ada saja yang menjadi topic pembicaraan. Ara meninggalkan ruang tamu dan pindah duduk ke ruang keluarga.Terdengar ketukan di pintu depan saat Ara tengah menonton film kesukaannya. Ara berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.Deg! Jantung Ara berpacu dengan sangat cepat saat melihat siapa yang datang.
Setelah mendapatkan informasi tentang semuanya Gilang kembali ke apartemennya. Dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu setelah seharian penuh menjalankan aktivitas dan tubuhnya terasa sangat lengket oleh keringat.Selesai mandi, Gilang merebahkan tubuhnya di kasur dengan pikiran menerawang jauh sambil memikirkan langkah apa yang akan dilakukannya besok untuk menyelamatkan hubungannya dengan Kiara.Gilang memperhatikan layar hapenya sambil membayangkan Kiara. Sudah sebulan mereka tidak saling menghubungi. Selain karena hubungan mereka yang menuju kehancuran, Gilang juga disibukkan oleh pekerjaan yang dikejar dateline.Gilang membuka ruang chat dengan Kiara.Gilang : Malam sayang. Apa kabar sekarang? Miss you…Setelah menekan tombol sent, Gilang meletakkan hapenya kembali karena sudah sangat yakin chatnya tidak akan dibalas oleh Kiara seperti yang sudah sudah. Jangankan dibalas, dibaca saja juga enggak.Gilang menatap langit langit k
“Ya enggak lah. Ngapain juga aku menemui dia. Aku ada janji dengan seseorang,” jawab Gilang.“Perlu aku temani?”“Tidak usah. Aku bisa sendirian. Lagian setelah itu aku juga mau kerumah Kiara,” sahut Gilang.“Ngapain kesana?” tanya David sambil menyimpan barang barangnya.“Sesuai dengan saran kamu maka, aku akan melamarnya malam ini,” ucap Gilang mantap.“Semoga sukses dan lamarannya diterima,” ucap David dengan tertawa pelan.“Kalau ditolak bagaimana?” tanya Gilang yang merasa sedikit ragu.“Itu resiko namanya. Berarti tidak ada jodoh diantara kalian. Masih banyak yang lain kok,” ucap David sambil mengusap punggung Gilang.“Ya sudah. Aku pulang duluan, ya?” ucap David setelah semuanya beres dan mejanya telah bersih kembali.Setelah kepergian David, Gilang segera membereskan mejanya dan menyusun kertas yang bersera
Pagi ini, Ara akan berangkat ke kampus dengan cepat karena ada jadwal ujian dengan mahasiswanya.“Berangkat pagi, Ra?” tanya Carista saat melihat Ara yang sudah bersiap dengan setelah kantornya.“Iya, Car. Ada ujian,” ucap Ara.“Bagaimana yang kemarin? Sudah menghubungi Gilang?” tanyanya penasaran.“Belum,” jawab Ara dengan santai tanpa beban.Carista hanya diam saja mendengarkan jawaban Ara tanpa berniat membantah lagi karena hari masih pagi untuk saling aku argument.Ara berangkat ke kampus setelah mengantarkan Carista.Ara langsung menuju ruangannya untuk meletakkan barang barangnya. Selanjutnya menuju ruangan kuliah untuk memberikan ujian sesuai dengan pengumuman yang telah disampaikannya semalam di grup kelas.Drt!Hape Ara bergetar saat dia tengah mengawasi ujian. Ara hanya membiarkannya saja tanpa melihat siapa yang menghubunginya karena dia sedang di dalam ruangan k
“Aku takut, kedepannya akan kecewa karena perbedaan kita yang terlalu jauh. Aku tidak seperti wanita lainnya yang berada di sekeliling kamu.”“Apa aku salah karena telah mencintaimu?” ucap Gilang dengan perasaan yang terluka karena Ara yang selalu menolaknya.“Lupakanlah aku, Lang,” bisik Ara dengan mata yang berkaca. Tidak tega rasanya melihat Gilang dalam keadaan yang seperti ini. Akan tetapi, perasaannya juga tidak aman.“Aku minta maaf jika memang ada salah. Tetapi, aku juga tidak mengetahui salah aku apa,” ucap Gilang.“Mungkin salah aku adalah telah berani jatuh cinta kepada kamu,” ujar Gilang seraya meraba wajah pujaan hatinya. ‘Sesakit inikah rasanya kehilangan?’ monolog Gilang dalam kesunyian yang tercipta di antara mereka.“Berikan aku kesempatan satu kali saja untuk bisa memperbaiki semuanya,” pinta Gilang.“Lang, apa kamu tidak akan me
“Bagaimana dengan meetingnya tadi, Ra?” Terdengar pertanyaan dari Carista saat Ara melangkahkan kaki memasuki apartemen. Belum juga masuk seluruh tubuhnya, sudah ditanyain sama Carista.“Aku dikerjai sama ayah!” jawab Ara lesu tanpa menoleh kepada Carista yang menatapnya dengan tatapan bingung.“Maksudnya?” tanyanya kemudian, saat tidak terdengar penjelasan dari Ara.“Meeting hanyalah alasan ayah saja, agar kami bisa bertemu dan menyelesaikan masalah yang terjadi.” Terdengar desahan panjang keluar dari mulut Ara karena kepalanya terasa berdenyut setelah pertemuannya dengan Gilang tadi.“Hahaha.” Terdengar suara tawa Carista dengan lepas saat mendengar jawaban dari Ara.“Orang lagi rusuh malah di ketawain. Dasar!” Ara melemparkan sendok yang dipegangnya kepada Carista.“Wait, Ra! Aku salut banget sama ayah karena paling jago untuk ngerjai kamu,” ucap Carista d
“Kenapa enggak ganti kostum dulu?” tanya Carista heran karena biasanya Ara akan berkemas dahulu sebelum keluar rumah. Apalagi ini janjian sama Gilang.“Lagi malas. Sekali sekali seperti ini keluar kan tidak ada salahnya,” jawab Ara enteng tanpa beban.“Ketemu di mana, Ra?” tanya Carista saat mereka telah di jalan menuju tempat yang diucapkan oleh Gilang.“Tempat biasa, Car,” jawab Ara yang tampak fokus dengan kemudinya.“Ya sudah, aku mau belanja keperluan sementara nungguin kamu selesai,” ucap Carista.“Okey.”Perlahan mobil yang dikemudikan oleh Ara memasuki pelataran parkir gedung pusat perbelanjaan yang ada di sana. Ya, mereka berjanji bertemu di restoran yang ada di pusat perbelanjaan itu. Setelah turun dari mobil, Ara segera keluar dari mobil untuk menemui Gilang.Saat tengah berjalan memasuki mall dan masih di area parkir, Ara menghentikan langkah kakinya s