Sampai kapan Renata bersikap kasar terhadap Arfan?
“Itu pertanyaan dan pernyataan aneh. Kamu harusnya tahu kalau kamu yang telah mengubahku. Jadi, nggak perlu sok peduli padaku sebelum kamu jelasin semuanya tentang Kak Citra.” Aku pun berdiri, lalu beranjak menuju kamar. Mungkin benar kata orang-orang yang sudah berpengalaman, cinta itu memang buta. Oleh karena rasa cemburu yang kurasakan, aku sanggup berbuat kasar kepada Mas Arfan. Aku telah mengabaikan nasihat Ayah dan Bunda. Aku sangat sedih karena tidak bersikap layaknya seorang istri. “Sayang, dari awal aku pengen cerita, tapi aku takut kamu marah dan sedih.” Dasar Mas Arfan, tetap saja mengikutiku. “Itu lagi yang jadi alasan kamu. Justru alasan itu yang membuatku makin yakin kalau kamu itu selingkuh.” “Sadar, Sayang. Jaga omongan kamu.” “Aku sadar banget sekarang. Kamu yang nggak bisa jaga pernikahan kita.” Aku menggerakkan telunjukku ke dadanya. Seandainya waktu bisa diputar kembali, aku akan menjaga hati dan perasaan agar tidak jatuh cinta kepada Mas Arfan. Aku tidak pern
🏵️🏵️🏵️ Setelah seminggu berlalu, Mas Arfan mengantarkan aku ke rumah Ayah dan Bunda saat dirinya akan ke kantor. Aku akhirnya mengizinkannya memberitahukan kehamilanku kepada kedua orang tuaku. Mereka mengaku sangat bahagia karena akan segera menimang cucu. Namun, mereka tidak tahu kalau aku masih ragu. Setelah Mas Arfan meninggalkan rumah Ayah dan Bunda, aku segera memesan taksi online, lalu berpamitan ingin ke rumah Devi. Bunda menunjukkan raut wajah yang berbeda dari sebelumnya. Aku tidak tahu apa yang beliau pikirkan. Semoga wanita itu tidak berpikiran yang tidak-tidak tentang hubungan anak dan menantunya. Aku terpaksa ke rumah Devi setelah dari rumah Ayah dan Bunda. Jika Mas Arfan tahu kalau aku berkunjung ke rumah Devi, ia tidak akan memberikan izin karena mengingat sahabatku itu yang telah bersedia menemaniku memergoki pertemuannya dan Kak Citra. Aku tidak peduli jika Mas Arfan tidak setuju dengan apa yang kulakukan saat ini. Aku hanya ingin bertukar pikiran dengan Devi.
🏵️🏵️🏵️ “Jangan pernah bicara yang nggak-nggak pada anak kita, Sayang.” Mas Arfan meraih tubuhku. “Dia harus tahu kelakuan papanya di luar sana. Dia harus tahu kalau mamanya udah dikhianati.” “Tapi kenyataannya nggak seperti itu, Sayang. Aku nggak pernah mengkhianati kamu.” “Terserah kamu, Mas. Aku udah nggak peduli.” Aku menepiskan tangannya dari lenganku. “Kita pulang sekarang. Aku akan cerita semuanya. Bila perlu, kita mendatangkan Citra dan suaminya.” Ia tampak serius. “Suami?” Aku tidak mengerti apa maksudnya. Hampir semua tetangga Ayah dan Bunda tahu kalau Kak Citra sudah bercerai. “Iya. Citra dan Rangga nggak pernah cerai. Mereka terpaksa menutupi hubungan mereka demi orang tua Rangga yang tidak menginginkan menantu yang mereka anggap tidak dapat memberikan keturunan. Orang tua Rangga nggak tahu kalau anak mereka yang mandul.” Mas Arfan memberikan penjelasan panjang lebar. “Kamu kenal suami Kak Citra?” tanyaku penasaran. “Iya, Sayang. Kami dulu satu kampus waktu kulia
🏵️🏵️🏵️ Sore ini, Mas Arfan mengajakku menemui Kak Citra dan suaminya di salah satu kafe yang ramai pengunjungnya. Aku bersedia bertemu tetangga masa kecilku itu karena ingin mengetahui apa kegiatan Mas Arfan selain kuliah selama di Jakarta. Saat aku menanyakan hal tersebut kemarin, Mas Arfan seolah-olah mengalihkan pembicaraan. Aku berharap menemukan jawaban dari rasa curiga dan penasaranku setelah bertemu Kak Citra. Lagi pun, aku sangat ingat kalau wanita itu pernah berkata kalau dirinya tahu semua hal tentang Mas Arfan. Sementara aku sebagai istri, belum tahu sepenuhnya tentang suami sendiri. Selama ini, aku terkesan tidak peduli karena belum memiliki perasaan cinta untuk Mas Arfan. Namun sekarang, rasa ingin tahuku makin menggebu tentangnya. Sebagai seorang istri, aku berhak tahu seperti apa suamiku sebenarnya. Pernikahan karena perjodohan membuatku belum mengenal sepenuhnya karakter Mas Arfan. Bagiku, ia sosok yang sulit ditebak. Namun, satu bukti nyata telah aku ketahui kal
🏵️🏵️🏵️“Baru beberapa bulan, Kak. Aku aja kaget. Belum pernah lihat wajahnya, eh, tahu-tahu udah punya istri sekarang. Beruntung banget jadi istrinya.” Penjelasan adik tingkat itu membuatku sedikit kesal. Apa mungkin aku cemburu? Namun, untuk apa? Bukankah aku telah menggantikan posisinya di hatiku?Tidak! Aku harus ingat kalau Mas Arfan yang terbaik untukku. Kalau memang Kak Dylan masih mengingatku, tidak mungkin ia menyembunyikan status barunya dariku. Mungkin selama ini, ia menganggapku hanya ilusi semata.“Dia tetap stay di Jakarta?” Aku tetap ingin tahu tentangnya.“Yang aku dengar, sih, dia udah lama nggak stay di Jakarta, tapi belum sampai tahunan.”“Jadi, dia stay di mana sekarang?”“Nggak tahu, Kak. Tapi satu hal yang baru aku ketahui, ternyata novel-novel yang dia tulis selama ini untuk wanita yang sangat dia cintai dan sekarang menjadi istrinya.”Aku kembali terkejut mengetahui kenyataan baru tentang Kak Dylan. Awalnya, aku mengagumi dirinya karena hampir semua karya-kary
🏵️🏵️🏵️Aku merasa tidak ada yang perlu dicemburui karena aku dan Kak Dylan sekarang sama-sama sudah memiliki pasangan. Lagi pun, apa yang aku harapkan dari laki-laki yang selalu menghindar jika diajak bertemu? Ia bersedia ingin menemuiku saat itu ketika aku telah resmi menyandang status sebagai istri Mas Arfan.Penolakan untuk bertatap muka membuatku ragu dengan cinta yang selalu Kak Dylan ucapkan, walaupun kenyataannya aku selalu menentang kata hatiku kalau ia laki-laki yang sangat peduli dan penuh perhatian. Namun, sampai kapan aku akan menjalani hubungan tanpa adanya kepastian?Aku harus bersyukur karena memiliki suami yang sangat mencintaiku, walaupun aku sempat ragu dengan cinta itu karena Mas Arfan seperti seseorang yang suka menyembunyikan sesuatu yang akhirnya baru aku ketahui. Namun, entah kenapa aku masih merasakan kalau dirinya belum jujur sepenuhnya. Apa ini hanya perasaanku saja?Terbukti tadi saat di kantor, ia tampak yakin memuji kecantikan istri Kak Dylan. Itu seolah
🏵️🏵️🏵️“Aku pengen santai, Mas. Jangan bahas itu sekarang.” Aku ingin menghindar dari pertanyaan yang membuatku harus berpikir.“Boleh aku tahu siapa cowok yang dulu kamu cintai? Sebelum nikah, kamu pernah bilang nggak bisa mencintaiku karena dia.” Kenapa ia harus mengungkit hal itu? Bagaimana mungkin aku mengatakan kebenaran? Apa yang akan ia katakan kalau laki-laki yang dulu aku cintai hanya ada di dunia maya.“Kenapa kamu nanya itu sekarang, Mas?”“Aku hanya ingin tahu, siapa cowok beruntung itu karena hingga detik ini, kamu belum pernah bilang cinta padaku walaupun sebenarnya aku merasakan cintaku udah terbalas. Tapi aku ingin banget dengar langsung dari bibirmu.” Sepertinya ia ingin mendengar pengakuan perasaanku terhadapnya. Apakah aku harus jujur sekarang? Sementara itu, aku merasa kalau dirinya masih menyembunyikan sesuatu.Tidak! Lebih baik aku mengalihkan pembicaraan seperti yang biasa ia lakukan. Ia yang telah mengajariku untuk melakukan itu. Aku tidak tahu sampai kapan h
🏵️🏵️🏵️Pagi ini setelah sarapan bersama, aku meminta izin kepada papa dan mama mertua untuk menginap di rumah orang tuaku selama beberapa hari. Aku sengaja tidak mengatakan alasan sebenarnya. Mereka tidak perlu tahu kalau aku sedang marah dan kesal terhadap Mas Arfan.Kedua orang tua itu memberikan izin, tetapi aku melihat perubahan di wajah mama mertua saat melihat koper yang Mas Arfan masukkan ke bagasi mobil. Aku tidak tahu apa yang beliau pikirkan. Mungkin aku terkesan egois, tetapi Mas Arfan yang memaksaku bersikap seperti itu.Entah kenapa laki-laki yang mengaku sangat mencintaiku, tega menyimpan identitasnya dari pendamping hidupnya. Sungguh, aku tidak mengerti dengan jalan pikiran Mas Arfan. Ia sudah beberapa kali membuatku kecewa. Kenapa dirinya harus melakukan cara itu? Apa tujuannya?Aku selalu merasa bersalah karena belum menyatakan perasaan cinta kepadanya, tetapi kenyataannya, dulu aku dan dirinya saling jujur dengan perasaan kami ketika ia menjadi Kak Dylan. Pantas sa