Catra sudah keluar dari dalam mobil mewahnya. Dia mengitari setengah dari bagian mobilnya dan membukakan pintu untuk Gisa keluar dari dalam sana. Gisa tidak merespon. Dia masih mematung di atas kursi penumpangnya.
Catra yang penasaran, mencondongkan tubuhnya untuk melihat apa yang sedang istrinya lakukan di dalam mobil. Secara tidak sadar, Catra tersenyum melihat Gisa yang tengah bengong sambil menatap hotel bintang lima yang ada di hadapannya.
"Ayo, kamar kita sudah siap!" bisik Catra tepat ditelinga Gisa. Dengan reflek Gisa memiringkan kepalanya menghadap suaminya. Catra yang masih berada pada posisinya menyebabkan bibir mereka menempel satu sama lain.
Catra memanfaatkan momen tersebut untuk mengecup sekilas bibir candu istrinya. "Pak," pekik Gisa sedikit mendorong tubuh kekar suaminya.
Catra tergelak sambil membangkitkan kembali tubuhnya dan berdiri menyandar pada body mobil, menunggu istrinya keluar.
Entahlah, akhir-akhir ini Catra sangat
Terimakasih sudah membaca. Masukan bukunya kedalam rak dan jangan lupa vote juga ya, biar author semakin semangat updatenya ❤️❤️
Ternyata apa yang Gisa khawatir selama di dalam kamar hotel tadi tidak terjadi. Catra tidak melanjutkan aksi panasnya setelah selesai makan siang. Saat ini Catra dan Gisa tengah turun menuju lantai dasar hotel dan akan kembali ke perusahaan. Namun Catra lupa kalau Abhi saat ini tengah menunggunya di restoran hotel yang sama. Saat berjalan keluar dari dalam lift, iPhone milik Catra berbunyi menampilkan Abhi sebagai pemanggil. "God!" ucap Catra tiba-tiba saat melihat layar iPhone-nya. Gisa yang berjalan disamping Catra, menatapnya dengan tatapan penuh tanya. "Kenapa?" tanya Gisa bingung. "Daddy, lupa. Abhi, sedang menunggu di restoran hotel ini juga!" terangnya pada Gisa sambil menggeser icon warna hijau kesebelah kanan. "Gue, kesana sekarang!" jawab Catra singkat. Kemudian Catra, mematikan panggilannya begitu saja. Bisa dibayangkan, berapa banyak umpatan yang Abhi lontarkan untuk, Catra? Abhi sudah lama menunggu Catra dan dengan seenaknya, Catra memati
Catra dan Gisa kini tengah berada di dalam sebuah Range Rover hitam, mobil mewah Catra yang hari ini menemaninya pergi ke kantor. Ada lebih dari 12 mobil mewah di dalam garasi rumahnya. Saat keluar dari dalam hotel tadi, Catra langsung membawa Gisa masuk kedalam mobilnya. Catra masih bergeming. Tidak ada satu pun' kalimat yang keluar dari mulutnya. Matanya, masih setajam saat mata itu menatap Gisa, di depan pintu masuk toilet tadi. Gisa tidak berani bersuara. "Biarlah Catra dengan pemikirannya sendiri!" pikir Gisa. Kedua tangan Gisa sibuk meremat bagian samping rok kerjanya. Bibir bawahnya dia gigit, dengan rona merah terkuras dari wajahnya. Sudut mata Gisa melirik sekilas kearah suaminya. Saat ini, mata Catra berkilat, mulutnya membentuk garis keras dengan otot di rahangnya yang mengejang. Ekspresinya mengeras dengan kedua tangan yang tengah memegang setir mobil, mengerat seperti tengah menyalurkan amarahnya. Gisa menundukan wajahnya, tidak berani menatap ke
"Ini?" Tanyanya sambil mengelus tato kupu-kupu yang ada di belakang punggung Catra. Tato yang sama persis dengan tato milik Gisa. "Kok bisa?" tanyanya bingung. "..." Catra bergeming. "Jangan bilang kalau, kamu?!" pekiknya dengan mulut menganga dan mata yang hampir melompat keluar. Catra memutar tubuhnya, menatap Gisa. Peletak ... Catra menjentikan jari telunjuknya di atas kening Gisa. "Aaah ... sakit ..." pekik Gisa sambil memegang, kemudian mengusap dahinya yang sakit. "Itu hukuman karena sudah lancang membentak suami, kamu!" Dia masukan kembali kedua tangannya kedalam saku celana. "Maaf Daddy, reflek," cicit Gisa. "Tapi itu ..." tunjuknya pada punggung Catra. Catra membalikan tubuhnya, membelakangi Gisa sambil menunjukan gambar tato kupu-kupu yang ada dibelakang punggung bagian atasnya, "Ini?" tanyanya. Gisa mengangguk pelan, sambil menggigit ujung kuku, jari tangannya. Dia gugup menunggu jawaban dari, Catra.
Cup ... Cup ... Cup ... Catra memberi beberapa kecupan di bagian belakang leher Gisa dengan lembut yang syarat akan hasrat. "Daddy, S-ssstop!" "Kamu seksi! Sepertinya, kemeja ini sangat cocok dipakai, Mommy!" pujinya. Catra, melesakan kepalanya masuk kedalam leher istrinya, dan menghirup aroma tubuh istrinya tersebut. "Seharusnya, kita mengeksplor ruangan di apartemen ini, termasuk di disini!" Serak Catra, sambil menggesek milik-nya pada belakang tubuh Gisa. "Mommy, dia sudah bangun, bahkan hanya dengan melihat punggung indah Mommy!" lanjut Catra menggoda. Gisa memejamkan matanya, menerima setiap gelanyar aneh yang merasuki tubuhnya. "Da-Daddyihhh ... stop!" Gisa membalikan badannya mencoba melawan segala nikmat yang dia terima dari setiap sentuhan tangan dan bibir, Catra. "Please! Mommy, lapar!" Rengeknya manja dengan kedua tangan menahan dada Catra yang terus maju. Apakah dengan Gisa bersikap manja Catra a
Gisa baru bangun dari tidurnya, saat jam menunjukan pukul 06.30 pagi. Dia, kesiangan! Semalam, dia baru terlelap sekitar pukul 11 malam. Bukan begadang karena menuntaskan kegiatannya yang sempat Gisa hentikan, melainkan begadang karena Gisa merindukan Dean, sang anak. Kegiatan semalam, tidak mereka tuntaskan karena Gisa yang ketakutan. Hadirnya Dean pun', Gisa tidak mengingat saat proses pembuatannya. Jadi, Gisa benar-benar tidak tau bagaimana rasanya bercinta. Karena saat berpacaran dengan Rama pun', dia berpacaran secara sehat. No sex before married. Dia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Gisa gelisah sepanjang malam. Padahal jika dilihat dari CCTV kamar Dean yang tersambung pada gadget milik Catra, Dean anteng bermain, kemudian tertidur setelah Bu Bertha membacakannya cerita. Gisa bergegas bangun, dan membereskan tempat tidurnya sebelum akhirnya masuk kedalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi pun, Gisa hanya menghabiskan waktu 20 menit saja. Segera
Di sebelah meja Gisa dan Madava, seseorang tengah duduk dengan kedua tangannya mengepal erat, dan wajah yang merah padam siap meledakan amarahnya. Pria tersebut adalah Catra, suami dari, Gisa! Perempuan yang baru saja dilamar lelaki lain dihadapan suaminya sendiri. Catra bergeming. Dia masih pada posisinya dengan mata dinginnya yang mendominasi. Abhi yang duduk di sebelahnya, bahkan dibuat bergidik melihat sahabatnya dalam mode seperti itu. Abhi tahu betul, sahabatnya paling tidak suka, apapun yang menjadi "milik-nya," diganggu ataupun diinginkan orang lain. Abhi berniat menghampiri Madava, untuk memperingatkan-nya. Namun, Catra menahan tangan, Abhi. Abhi mendudukkan kembali bokongnya diatas kursi yang sejak tadi ditempatinya. "Catra, karyawan tersebut tidak_" Catra mengangkat tangannya meminta Abhi berhenti bicara! Abhi mengatupkan kembali mulutnya. "Anak yang malang," batin Abhi, mengasihani Madava, yang tidak tahu kalau wanita yang
Gisa berjalan untuk masuk kedalam ruang tersebut. Namun, tiba-tiba dia menghentikan langkahnya saat mendengar sayup-sayu percakapan Catra, dengan seorang perempuan di dalam ruang kerja yang tidak tertutup rapat itu. Gisa mengerutkan keningnya bingung, "Siapa?" tanya Gisa pada dirinya sendiri. "Apa, Mba Novera?" tebak Gisa menyebutkan nama sekertaris pribadi, Catra. Gisa berjalan meninggalkan ruang kerja suaminya, untuk masuk kedalam kamarnya. Namun, baru 2 langkah Gisa berjalan, terdengar sesuatu yang menarik perhatiannya untuk kembali berdiri di samping pintu yang sedikit terbuka itu. Gisa kembali, dan menghentikan niatnya untuk kembali ke dalam kamar. Gisa tau, menguping merupakan sebuah ketidak sopanan, namun jika yang di bicarakan nya adalah kita sebagai objeknya, bukannya tidak apa-apa kalau kita sedikit mencari tahu arah pembicaraan orang yang sedang membicarakan kita? Begitulah kira-kira yang Gisa pikirkan. "Kamu bertugas menjaga istri saya di
Gisa tengah bersiap-siap di dalam kamarnya. Malam ini Gisa akan menghadiri acara pesta pemberian nama untuk anak dari adik iparnya. Setelah selesai mengurus Dean dan memakaikannya kemeja yang sama dengan Daddy-nya, sekarang giliran Gisa untuk mempercantik dirinya sendiri. Gisa meminta Catra dan Dean berangkat terlebih dahulu ke tempat acara, karena Dean merengek ingin segera bertemu dengan Ayumma. Selain itu, Catra juga merupakan keluarga inti Kayanna satu-satunya yang ada di Indonesia, selain keluarga dari Kaisara sang suami. Jadi akan lebih baiknya kalau dia sudah berada di tempat Kayanna sebelum acara di mulai. Gisa membuka sebuah box cantik berwarna silver, yang sopir dari kediaman Kayanna kirimkan tadi pagi. Gisa sendiri, menitipkan beberapa cake dan makanan ringan untuk camilan Kayanna. Gisa membuat sendiri camilan tersebut, yang pastinya sehat dan baik untuk ibu menyusui. Gisa membuka isi box-nya. Didalam box, tersimpan cantik sebuah dr