Sabrina hanya bisa melihat suami serta kakaknya sedang berbicara cukup jauh dari tempatnya, ada hal yang saat ini tengah disembunyikan Nio darinya namun ia tak bisa mencurigainya. Sabrina hanya bisa menunggu sesuai dengan apa yang suaminya perintahkan.
"Bagaimana Syan?"
Syan hanya terdiam, ia benar-benar tak tahu harus bereaksi apa kali ini. Antonio dengan sadarnya menceritakan hal yang mungkin telah papanya perbuat dimasa lalunya, entah apa yang membuat Nio begitu percaya dan berani mengatakan hal itu pada Syan.
"Bagaimana," tanya lagi Nio ketika Syan hanya terdiam dengan pandangan menerawangnya.
"Ehm, gimana tuan?"
"Bagaimana dengan bantuan yang saya butuhkan barusan, apa kamu bersedian membantu saya kali ini?"
Syan masih bimbang, jika ia menerima permintaan Nio maka ia sama saja melawan papanya namun jika ia menolaknya maka apapun yang terjadi papanya itu tetap akan menerima hukuman itu.
"Baiklah, saya akan berusaha mem
Selly yang sudah kehilangan Matius begitu frustasi dibuatnya, semua jalan untuk menghubungi kekasihnya itu rasanya buntu tak ada jalan lagi. Ia bingung harus meminta bantuan pada siapa untuk menemukan kekasihnya itu.Ditengah rasa gundahnya itu, Lastri kembali masuk mempengaruhi hati putrinya."Dengarkan mama kali ini nak, ini demi masa depan kamu juga," ucap Lastri duduk menyilangkan kakinya dengan begitu angkuhnya."Mam tahu siapa yang aku cintai, aku hanya ingin Matius dan tidak akan ada laki-laki lain selain dia.""Bodoh! Kamu sudah dibutakan dengan cinta konyolmu itu.""Terserah mama mau bilang apa, yang jelas aku nggak akan kembali bersama Nio seperti yang mama minta.""Dengarkan mama, bukan mama memaksa kamu untuk kembali kepadanya. Mama hanya ingin kamu memanfaatkan kekuasaanya saja.""Maksud mama?""Kamu dekati lagi mantan suamimu itu, bersikaplah seolah kamu sudah berubah dengan versi yang lebih baik.""L
Nio datang memenuhi undangan Selly, ia datang bukan karena ingin bertemu namun hanya karena ini masalah tentang putrinya.Namun saat dirinya baru saja mendudukkan dirinya, Bulan menghubunginya dan menanyakan keberadaannya. Dengan sangat terpaksa ia berbohong dan mengatakan sedang ada sebuah meeting diluar dengan clientnya.Bulan sedikit kecewa dengan itu, terlebih saat itu ia mengaktifkna louspeaker ponselnya hingga Sabrina mendengar dengan jelas suara suaminya.Sesampainya dicafe itu entah kenapa Sabrina begitu senang, moodnya tiba-tiba membaik secara tiba-tiba. Ia mengatakan kepada Bulan jika ia menyukai cafe romantis itu, ia juga mengatakan akan mengajak Nio serta Sasa untuk datang mengunjungi cafe tersebut."Nggak bisa, dia putri saya dan kapanpun hanya akan menjadi putri saya," tegas Nio."Aku mohon, aku tahu selama ini aku bersalah terhadap kalian. Tapi tolong beri aku satu kesempatan ini dan biarkan aku menebus semua kesalahan aku," mohonnya
Rizal sedikit demi sedikit berhasil mengumpulkan data orang-orang lama yang pernah terlibat dengan perusahaannya juga perusahaan yang dipimpin oleh Ma saat ini. Ada kemungkinan besar jika orang-orang ini ada keterlibatan dalam kecelakaan yang di alaminya."Gimana nak, kamu udah temukan datanya," tanya Rizal pada putranya."Masih belum ayah, sepertinya mereka menyembunyikan sesuatu. Data yang kita cari ini sepertinya secara khusus disembunyikan deh," tebaknya sambil berkutat dengan laptopnya."Kamu cari terus data itu, ayah akan keluar bertemu dengan seseorang dulu," ucapnya.Marshel mendongakkan kepalanya, menatap ayahnya yang kini bersiap meninggalkan perusahaan. Entah mengapa ada rasa takut serta cemas ketika Marshel melihat ayahnya akan pergi seorang diri."Yah, biar aku temenin ya?""Nggk usah, kamu disini aja ya. Kamu terus cari data itu sampai ketemu, jangan biarkan mereka menyadari kalau kita sedang membuka kasus lama ini.""Ba
Sabrina tiba dirumah sakit dan segera mendapat pertolongan pertamanya. Dokter Abel begitu panik saat Alex menghubunginya dan mengatakan kondisi terkini dari nonanya.Bulan tak hentinya menangis, ia sungguh khawatir dengan kondisi menantunya itu. Ditengah rasa cemasnya itu, guru kelas Sasa tiba-tiba menghubunginya. Guru itu mengatakan jika Sasa tiba-tiba mencari mamanya.Tak hanya itu, Sasa bahkan terus menangis sembari memanggil-manggil sang mama. Mereka memang tak ada ikatan antara anak dengan ibu kandungnya, namun mungkin ikatan mereka jauh lebih kuat dari pada itu."Lex tolong kamu jemput Sasa disekolahnya ya. Bawa dia kesini menemui mamanya.""Apa tidak masalah nyonya, nona mungkin membutuhkan ruang untuk istirahat.""Entahlah Lex, tapi anak itu saat ini sedang menangis tak berhenti. Dia terus memanggil mamanya.""Apa mungkin nona kecil memiliki ikatan dengan nona muda?""Mungkin saja, mungkin karena rasa tulus Sabrina
Marshel tiba dirumahnya, ia terkejut ketika ada mobil polisi yang terparkir dihalaman rumahnya. Dadanya kembali sakit, ia mencengkeram kuat dadanya berharap mengurangi kesakitannya."Bunda," serunya yang bergegas masuk kedalam rumahnya.Baru saja ia tiba, tiga orang polisi kini sudah ada dihadapannya. Ketiganya datang entah dengan tujuan apa namun Marshel merasa tak ingin mendengar apapun dari mereka. Marshel masuk dan mengabaikan ketiga polisi tersebut, kini ia hanya ingin melihat kondisi bundanya."Bunda," serunya yang melihat Lena tengah menangis diruang tengah."Ada apa ini, kenapa bunda bisa menangis dan kenapa ada polisi diluar," tanya Marshel beruntun pada pelayan rumahnya."I-itu tuan, ehm sebaiknya tuan bertanya sendiri kepada para polisi tersebut. Kamu nggak bisa tuan," ucap salah satu pelayannya dengan berlinang air mata.Jantung Marshel semakin bergemuruh, rasa takutnya semakin besar menghantuinya saat melihat mereka semua menang
Marshel berdiri ditepu jurang tersebut, ada jejak mobil ayahnya sebelum akhirnya jatuh kedalamnya. Bahkan bangkai mobil yang terbakar masih terlihat jejak apinya dibawah sana."Gimana, ayah ketemu," tanya Nio yang baru saja datang bersama Alex juga Darma.Marshel tak menyahutinya, pandangannya kini hanya menatap bangkai mobil yang masih memercikkan api dibawah sana. Darma paham kondisinya, ia melangkah maju dan membawa Marshel dalam pelukannya."Kita cari kebenarannya, belum tentu ayahmu ada didalam sana," ucap Darma."Ayah om," tangis Marshel memeluk Darma.Nio menepuk punggung Marshel untuk menguatkannya, Alex mulai bergerak. Ia mulai menyisir semua tempat kejadian, ia merasa jika ada yang janggal dalam kecelakaan yang tuan Rizal alami ini."Apa yang kamu temukan," tanya Nio dengan suara pelannya."Lihat ini tuan, "menunjukkan bekas ban mobil yang tertinggal pada jalanan."Maksud kamu?""Benar tuan, sepertinya mobilnya
Kini sudah lewat dari satu minggu selepas kecelakaan yang Rizal alami, hari ini Sabrina juga sudah diijinkan untuk pulang dengan pemantauan langsung dokter Abel. Namun masalah antar keduanya ternyata masih tak kunjung selesai, Sabrina masih betah mendiamkan sang suami yang setia menemaninya."Apa semua sudah siap," tanya Nio setelah menyelesaikan pembayaran administrasinya."Sudah, kamu dorong istri kamu biar mami yang bawa barang-barangnya.""Mami, boleh tolong dorongin Sabrina nggak," pintanya menatap Bulan.Bulan hanya bisa menghela nafasnya, ia tersenyum lalu mendorong kursi roda menantunya itu keluar dari rumah sakit. Bulan hanya bisa berharap agar masalah keduanya segera terselesaikan."Mami, aku mau mampir kerumah bunda sama ayah dulu boleh nggak," tanya Sabrina.Nio juga Bulan terdiam dan saling melepar pandangannya, keduanya sampai saat ini masih menyembunyikan tentang kejadian yang menimpa Rizal dari Sabrina."Ehm, kita pula
Syan mulai bersikat tegas, ia tak ingin perusahaannya itu gulung tikar hanya karena seorang wanita. Ia memikirkan semua cara untuk mendapat hak mutlak atas departemen keuangan, selain menjadi direktur keuangan ia juga harus bisa masuk kedalam team audit yang dikelola oleh para pemegang saham."Tapi buk-"Tanpa terkecuali, mau pak Max sekalipun yang meminta uang kalian harus tetap mendapat persetujuan dari saya.""Baik, kami akan lakukan sesuai dengan perintah anda.""Satu lagi, tolong kalian atur pertemuan saya dengan para pemegang saham."Kedua orang anak buah itu hanya bisa saling pandang, setelah mendeklarasikan diri sebagai direktur keuangan lalu apa lagi yang akan dilakukan atasannya itu menemui para pemegang saham."Maaf buk, kalau boleh tahu apa yang harus kami katakan pada mereka," tanyanya."Panggil pemegang saham yang mengendalikan audit keuangan, beri tahu mereka saya menunggu mereka di cafe XX."