Duta mondar-mandir di ruang tunggu ICU dengan kegelisahan yang kian bergumul. Setibanya tadi, dia langsung ke ruang administrasi untuk mengurus beberapa hal agar Tiwi bisa langsung ditangani sebagaimana mestinya. Sekarang yang terpenting adalah Duta harus bisa menghubungi keluarga Tiwi. Siapa pun. Dia tidak bisa tinggal diam, membiarkan cewek itu terombang-ambing di antara hidup dan mati tanpa ada satu pun pihak keluarga yang tahu.Setelah berusaha menenangkan diri, akhirnya Duta kepikiran untuk membuka Instagram Tiwi, barangkali dia bisa menemukan sesuatu di sana. Namun, agaknya nihil. Memang ada beberapa foto bareng keluarganya, tapi tidak ada akun yang ditandai.Duta hendak mengantongi kembali ponselnya ketika dia tiba-tiba kepikiran sesuatu. Dia cepat-cepat membuka kembali Instagram Tiwi. Cewek itu lumayan sering memosting foto berdua dengan seseorang yang sepertinya sahabat atau minimal orang terdekatnya di tempat kerja. Ada juga beberapa video lucu mereka. Dan hampir di semua po
Setelah menjelaskan sebentar ke Meta, Duta langsung meluncur ke alamat rumah sakit yang di-share Devi. Matahari belum bangun, jalanan masih lengang. Kurang dari 20 menit Duta sudah tiba di sana. Dia langsung menelepon Devi untuk menanyakan posisi.Duta membuka pintu kamar perawatan Rindu pelan-pelan. Devi langsung menoleh saat menyadari ada yang datang. Duta mendekat sambil mengamati Rindu yang terbaring dengan cairan infus yang masuk ke tubuhnya perlahan-lahan. Matanya tertutup rapat."Gimana keadaanya?" tanya Duta senada bisikan.Alih-alih menjawab, Devi malah menarik Duta keluar ruangan."Kata dokter, daya tahan tubuhnya menurun karena kekurangan nutrisi," terang Devi setibanya di luar. Dia mendesah pelan sambil memijat keningnya. "Dietnya emang keterlaluan, sih. Dia makan nasi cuma satu kali sehari, itu pun cuma satu centong.""Emang kenapa harus diet sampai segitunya segala?"Demi kamu lah! Devi hampir berkata begitu. Namun, kalimat itu agaknya kurang tepat untuk saat ini. Akhirn
Duta tidak tahu pasti sejak kapan dia harus memilih antara Rindu dan Tiwi. Rindu jelas hanya istri kontraknya. Ikatan di antara mereka tidak didasari perasaan apa pun. Bahkan, keduanya sepakat untuk tidak saling mencampuri urusan masing-masing. Sementara Tiwi, hanya seseorang yang pernah melewatkan sebuah kesempatan, dan kini seolah berusaha membuka kesempatan lain lagi. Harusnya mereka tidak di posisi yang memberatkan Duta untuk memilih. Namun, nyatanya Duta terjebak secara misterius di antara keduanya.Hingga pada akhirnya, Duta memilih beranjak dari keduanya. Ini terasa lebih adil. Dari rumah sakit tempat Rindu dirawat, Duta melajukan vespanya ke arah mantan kosannya. Sebelumnya dia sudah menghubungi Meta, menyampaikan bahwa dia tidak bisa datang karena ada urusan mendadak. Meta memaklumi. Lagian katanya, dia sudah berhasil menghubungi keluarga Tiwi. Mereka langsung memesan tiket penerbangan pagi. Duta lega mendengarnya. Bagaimana pun, dukungan terbaik adalah dari keluarga inti.Ja
Duta larut dalam lamunan. Andai hidup punya tombol pause, dia teramat ingin menggunakannya saat ini. Biarkan dunia jalan tanpa dirinya dulu. Dia butuh hening paling hening untuk mengurai kekusutan di kepalanya.Dosa apa yang telah dia perbuat selama ini hingga harus mencicipi aroma tahanan yang pengap ini? Dia memang tidak salah, tapi ini jelas cara Tuhan menegurnya. Barangkali dia sudah terlalu jauh melenceng dari hal entah. Sejujurnya sejak tiba di tahanan ini beberapa jam yang lalu, Duta langsung kepikiran satu hal, tentang kebohongannya selama ini kepada Ibu. Hingga detik ini, Ibu masih mengira dia kerja kantoran seperti pengakuannya. Meski tujuannya agar Ibu tidak perlu mencemaskan apa-apa, tapi yang namanya bohong tetap saja salah. Terlebih terhadap orangtua.Semoga malasah ini cepat selesai. Duta akan pulang ke Makassar dan jujur sepenuhnya."Saudara Duta, ada tamu untuk Anda."Suara itu mengangkat Duta dari lamunan. Dia menoleh. Melihat Pak Polisi itu sedang membuka pintu taha
Duta sama sekali tidak mengira akan berhadapan dengan Rindu di ruang besuk ini. Pertama, istri kontraknya itu sedang sakit. Kedua, bagaimana terakhir mereka berselisih. Mengingat marahnya kemarin, serta sorot kekecewaan di matanya, rasa-rasanya pemakluman, maaf, atau apa pun itu tidak akan turun secepat ini.Namun, kini mereka sedang berbagi udara di ruang yang sama. Hal ini membuat Duta teringat dengan perkataan Devi; "Rindu cinta sama kamu.". Benarkah cinta yang membawanya ke sini?Dalam tundukannya yang kian senyap, Rindu seolah sedang menyembunyikan sesuatu, atau berusaha merangkai kalimat yang bisa meleburkan kekakuan di antara mereka. Andai Devi ikut masuk, mungkin suasananya akan beda. Namun, temannya itu malah memilih menunggu di luar. Katanya, untuk saat ini berdua lebih baik daripada bertiga.Di tengah laju waktu yang terus bergulir, Duta setia menelisik setiap pergerakan Rindu, sekecil apa pun itu. Sama, dia juga tengah berjuang menemukan sesuatu untuk membuka suara lebih d
Video pamit Rindu seketika booming. View-nya mencapai 10 juta dalam waktu kurang dari 24 jam. Kolom komentar dibanjiri emoticon menangis. Semuanya tidak rela kehilangan Rindu. Sebagian berkomentar lebih bijak, mendukung apa pun keputusan Rindu dan mendoakan semoga sukses di rencana selanjutnya.Pagi-pagi Devi sudah heboh. Dengan tampang tercengang-cengang dia menujukkan hastag #RinduJanganPergi yang langsung trending satu di Twitter. Ribuan akun memosting potongan video terakhir Rindu dan membubuhkan caption berupa pendapat masing-masing. Akun-akun gosip di Instagram juga berlomba-lomba membagikan kabar mengejutkan ini.Kotak masuk Rindu di semua sosial media tak kalah penuh. Semua orang seolah dibikin penasaran, kenapa Rindu tiba-tiba ingin menghapus channel-nya."Gila, gila!" Devi berdecak sambil terus men-scroll berita tentang Rindu. "Seheboh ini, loh. Kamu yakin bakal ninggalin mereka?"Rindu yang sedang menikmati roti panggang, atau lebih tepatnya hanya menusuk-nusuknya dengan pi
Setelah tahu Rindu pergi, Duta merasa tidak pantas lagi pulang ke rumah ini. Namun, dia tidak mungkin menyuruh ayah mertuanya mengantarnya ke tempat lain. Tanpa Rindu, rumah ini tak lebih dari sekadar ruang-ruang beku yang seketika membuat Duta sadar akan satu hal. Di awal-awal mereka kenal, Rindu pernah cerita tentang hidupnya yang lumayan timpang dengan apa yang orang-orang lihat di channel YouTube-nya. Dan hari ini, Duta bisa merasakan salah satu ketimpangan itu, sudut-sudut sepi yang sejatinya tak pernah terjamah.Selama ini Rindu berusaha menghibur orang-orang dengan pembawaan ceria yang khas, meski di fase-fase tertentu dia adalah sosok yang paling kesepian. Duta mengutuk dirinya dalam hati. Bahkan di posisi ini, dia tidak bisa membuat kondisi cewek itu lebih baik, malah memperburuk. Harusnya, sebagai suami—meskipun cuma sementara—dia bisa meluangkan lebih banyak waktu untuk berbagi cerita dengan Rindu."Loh, Ta?"Sapaan itu memutus pandangan Duta dari sofa tunggal di ruang teng
Makan malam dengan anggota KKN yang lengkap berlangsung cukup hangat. Mereka sengaja memilih restoran pinggir kota yang tidak terlalu ramai, tapi dari segi kualitas makanan tetap juara."Sekali lagi makasih, ya, Bams," ujar Duta di sela-sela makan. "Berkat video kamu, prosesku dipermudah."Bams berhenti mengunyah dan tersenyum ke arah Duta. "Sama-sama, Bang.""Aku doain semoga kamu bisa jadi youtuber yang sukses. Soalnya, belum jadi aja videomu udah sangat bermanfaat.""Amin. Makasih, Bang."Yang lain menyimak obrolan itu sambil tetap makan. Sesekali tawa ringan akan meningkahi denting sendok yang bersahutan."Oh ya, Bang, kenapa Kak Rindu tiba-tiba menghapus channel-nya?" Sebenarnya dari tadi sore Bams ingin menanyakan hal ini, tapi kelupaan. "Apa nggak sayang, tuh? Kan, nggak gampang ngumpulin subscribers sebanyak itu."Duta bingung harus jawab apa. Karena pertanyaan serupa pun sedang mendekam di benaknya. Dan sepertinya Bams dan yang lain belum tahu soal kepergian Rindu. Duta menah