"Ma-maksudnya apa ini dianulir mendadak? Apa ini ulah Pak Devan?"Dengan mengepalkan tangannya, Mazaya menebak-nebak siapa sebenarnya orang dibalik pembatalan tunjangan yang didapatnya. Setahunya itu sama saja dengan menyalahi kontrak yang ada. Mazaya membalas pesan yang masuk, tapi sama sekali tidak mendapatkan balasan."Ini gak bisa dibiarkan," gumamnya seraya melajukan kendaraan yang dikemudikannya saat ini.Setibanya di kantor, orang yang pertama kali ditemui oleh Mazaya adalah Erina. Bagaimana pun wanita tersebut adalah orang pertama menawarinya pekerjaan dan juga segala tunjangan yang menggiurkan."Bu Erina, saya mau bicara sebentar," ucap Mazaya begitu bertemu dengan wanita tersebut.Namun, sikap ramah Erina yang sebelumnya ada kini seperti menguap entah kemana dan menjadi sosok yang berbeda."Tolong jaga sikap anda, Bu Mazaya! Ini hari pertama anda bekerja dan seperti ini sikap anda kepada atasan anda sendiri?" tegasnya.Mazaya mengerjapkan matanya mendengar sikap angkuh da
"Maksudnya apa ini? Anda jangan bercanda Pak Devan! Saya serius mengatakan bahwa anda telah menyalahi kontrak. Lalu apa ini? Anda meminta aku untuk angkat kaki dari rumah itu segera mungkin!"Dengan nada tegas Mazaya menyimpan lembaran kertas yang ada di tangannya itu ke atas meja dengan kasarnya. Bahkan bisa dikatakan melemparnya di depan Devan.Sedangkan Devan hanya tersenyum tipis melihat bagaimana reaksi dari Mazaya saat ini."Sebaiknya kamu jangan baca setengah-setengah! Baca semuanya baru katakan pendapatmu," tegas Devan kembali menggeser lembaran kertas tadi agar dibaca oleh Mazaya."Untuk apa saya baca, jika pada akhirnya saya tetap diusir dari rumah itu!" ucap Mazaya menolak keinginan dari Devan. Lagi-lagi Devan tersenyum tipis. "Baca saja, Mazaya! Atau kamu mau aku mengikat tanganmu itu sambil aku bacakan dengan keadaan tubuh kamu tanpa sehelai--""Akan saya baca," sela Mazaya dengan mendelikkan matanya, lalu menyambar lembaran kertas di depannya itu.Dengan helaan nafas p
"Saya akan keluar sekarang!" tegas Mazaya, seraya beranjak dari sofa yang didudukinya dengan menatap tajam kepada Devan saat ini.Bagaimana tidak, sebelumnya Mazaya harus mendengar ucapan Devan yang meminta untuk dilayani dan hal itu benar-benar sudah di luar batas serta tidak bisa ditolerirnya lagi.Sementara Devan malah tergelak melihat bagaimana reaksi Mazaya saat ini. "Sebaiknya kamu duduk dulu, Yaya ... Tidak tahu aku salah bicara atau mungkin kamu yang berpikiran sempit saat ini. Kamu pikir aku minta dilayani di mana? Di kamar, di atas ranjang atau mungkin di hotel? Sepertinya kamu memang cepat sekali salah paham," tuturnya. "Duduk sekarang atau aku akan tambah syaratnya," ucapnya dengan lebih tegas dari sebelumnya.Mazaya melipat bibirnya saat ini. Ia sama sekali tidak bisa menebak apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Devan sekarang. Entah itu hal baik atau hal buruk yang akan didapatnya."Tolong katakan dengan jelas, apa sebenarnya maksud anda tadi?" tanyanya memastikan."Dudu
"Harusnya tuh adik pungut aku itu yang dijodohkan sama Devan, tapi aku minta ayah yang batalkan itu. Ya secara gitu loh mana rela aku biarin dia dapat cowok ganteng juga tajir ... Oh iya satu lagi, aku juga sempat masukkan obat perangsang waktu Mas Devan di hotel, tapi sayangnya malah gak sempet unboxing gara-gara ada masalah di rumah ...."Kata-kata itu lah yang terdengar oleh Devan melalui rekaman video yang dilihatnya saat ini. Di mana ada rahasia besar yang terbongkar.Alasan Mazaya sampai hamil tanpa seorang suami dan Devan yang mengalami masalah reproduksi. Itu tidak lain adalah perbuatannya Nasuha di balik semuanya."Keterlaluan! Belum cukup kamu batalkan perjodohan itu, tapi kamu juga punya niat buruk sampai aku tidak sadar membuat adikmu itu hamil," decak Devan sembari mengepalkan tangannya. Ia hampir saja menggebrak meja dan menyapu semua yang ada di sana. Beruntung, ia masih bisa menahan emosinya saat ini.Devan tidak akan menunda lagi untuk menjadikan Mazaya sebagai istriny
"Cewek murahan? Siapa yang kamu maksud?"Mazaya yang tidak terima disebut wanita murahan oleh Vivian, membalas perbuatan wanita tersebut dengan balik menyiramkan air yang ada di tangannya ke wajah Vivian.Sontak saja mata Vivian melebar karena mendapat serangan balik dari Mazaya yang tidak pernah disangkanya."Hei, apa yang kamu lakukan?! Ini baju mahal dan kamu malah seenaknya siram--"Ucapan Vivian terjeda, di saat Mazaya kembali menumpahkan air di pakaiannya."Hei, kamu apa yang--""Apa masih kurang?!" sentak Mbak jaya menyela ucapan Vivian dengan menyorot tajam. " Apa harus siram wajah anda yang mahal itu dengan saus sambal?! ... Tolong ya, jangan asal sembarangan menuduh tanpa bukti. Ini di kantor dan ada banyak orang di sini. Anda tiba-tiba datang nuduh aku wanita murahan karena ingin mendapatkan perhatian orang di sini kan! Apa itu pantas dilakukan oleh wanita terhormat seperti anda ini?" kecamnya yang terdengar tidak main-main.Mazaya sudah makan asam garam selama empat tahun
"Kenapa harus dia dari semua orang?" Mazaya terus saja menggerutu dan rasa-rasanya ingin menghilang detik itu juga, mengingat apa yang terjadi beberapa menit yang lalu Di mana sebelumnya bertemu dengan seseorang dari masa lalunya. Meskipun ia tahu cepat atau lambat pasti akan bertemu dengan orang-orang itu. Tapi, selain Devan yang begitu dibencinya, satu orang lagi yang paling tidak ingin ditemuinya dari semua orang.Siapa lagi kalau bukan sang mantan kekasih, Rendra. Pria yang telah mengkhianatinya dan bermadu kasih dengan sahabatnya sendiri Nadia. Tapi, ia tahu temannya terkena rayuan Rendra yang ternyata playboy. "Yaya, kamu Yaya kan? Aku sampai pangling lihat kamu sekarang. Kamu tambah cantik, Yaya."Tanpa tahu malunya, Rendra mengatakan itu semua ketika bertemu dengan Mazaya beberapa saat yang lalu.Mazaya ingin menghindar seperti apa yang dilakukannya pada Devan waktu itu. Tapi, kali ini ia pikir untuk tidak melarikan diri dan menghadapi semuanya. Termasuk berbicara dengan Re
"Kamu gak pulang?" tanya seseorang dari arah belakang Mazaya.Sontak saja Mazaya yang tengah fokus dengan layar di depannya itu langsung dibuat terkejut, mendengar ada seseorang yang mengajaknya berbicara dari arah belakang.Namun, detik selanjutnya Mazaya bisa mengenali siapa pemilik suara yang ada di belakangnya itu. Di mana itu pasti Devan karena mantan dosennya itu mempunyai ciri khas suara serak dan berat yang mana belum pernah didengarnya di orang lain.Dan benar saja pria yang berdiri di belakang Mazaya adalah Devan.Rupanya pria tersebut kebetulan lewat di ruangan itu dan melihat ada seseorang yang masih ada di sana. Ia awalnya tidak mengira itu Mazaya karena pakaiannya berbentuk di saat bertemu pagi hari. Tapi, nalurinya mengatakan bahwa itu adalah Mazaya sehingga kedua kakinya seolah menuntunnya ke arah tempat wanita itu berada."Apa yang kamu lakukan di sini, Yaya? Bukannya jam kerja sudah selesai?" tanyanya yang masih memperhatikan Mazaya dari arah belakang."Tolong angga
"Tunggu dulu! Sebelumnya dia bilang Om kan? Gak mungkin Rendra keponakannya Mas Devan?! Gak mungkin!"Mazaya dengan setengah panik menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi diantara Devan dan Rendra. Ia bahkan tidak pernah mendengar Rendra mengatakan mempunyai keluarga seorang dosen.Namun, ingatan Mazaya kembali ke beberapa tahun belakang di mana Rendra pernah mengatakan mempunyai paman yang berprofesi sebagai dosen. Hanya saja tidak dijelaskan namanya siapa dan dosen mana yang dimaksud oleh mantan kekasihnya tersebut."Ini mustahil kan? Pasti bukan om-nya?" gumamnya yang duduk dengan tidak tenang dan juga gelisah.Di saat yang sama pintu mobil terbuka, di mana Devan masuk, lalu duduk dibalik kemudi dan memasang kembali sabuk pengamannya."Maaf agak lama. Aku harus mengurus keponakanku dulu tadi," ucap Devan sambil mulai melajukan kendaraan roda empatnya tersebut."Keponakan?" tanya Mazaya seakan merasa keheranan, tapi sekaligus ingin mencari tahu siapa keponakan yang dimaksud."Iya,