Alena membaringkan tubuh di atas pembaringan di dalam kamarnya. Kegelapan malam ia biarkan mengerumuni semua ruangan. Alena tidak ingin menyalakan satu pun lampu di dalam rumahnya walau pun malam sudah merangkak semakin dalam. Rentetan kejadian yang ia alami dan ia saksikan dari pagi sampai menjelang malam hari ini benar-benar membuat hatinya letih. Kepalanya pening berdenyut-denyut.
Arkhan... Ya Arkhan... Lelaki tampan duda tetangganya itu telah menjadi biang kerok masalah dikompleks tempat tinggalnya. Korbannya semakin banyak berguguran. Arkhan ternyata tidak memilih-milih korbannya tua atau pun muda. Siapa pun mereka yang tersangkut pesonanya akan terseret jauh dan terjerat dalam alunan cinta palsunya tanpa bisa mampu melepaskan diri.Alena tahu itu. Alena menyadari betapa beracunnya kumbang jalang seperti Arkhan. Tapi apa lacur? Sekuat apa pun ia bertahan, namun derasnya pesona seorang Arkhan tak bisa menahan hati wanita cerdas itu untuk tidak merindu.“OohArcy dan Arkhan melangkah dengan saling bergandengan. Alena menurunkan topinya agar lebih menutupi wajahnya ketika kedua sejoli itu akan melintas tepat di hadapannya.“Sayang, kita pakai mobilku saja ya. Tapi kamu yang nyetir!” Terdengar suara yang serak-serak basah khas Arcy berkata kepada Arkhan yang ia gayuti lengannya.“Mobil baru?” Terdengar Arkhan bertanya sambil menoleh mesra kepada Arcy yang melenggang santai di sampingnya.Diam-diam Alena bangkit dari tempat duduknya dan menguntit Arkhan dan Arcy dari belakang. Kedua insan yang sibuk bermesraan itu tidak menyadari kalau Alena melihat bahkan melakukan rekaman video mereka berdua.“Iya, mobil baru untukmu!”Oooh... Alena hampir saja berteriak kaget mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Arcy baru saja.“Arcy membelikan Arkhan mobil baru ???! Oooh, aku tidak menyangka Arcy ternyata sudah masuk ke dalam jeratan si maharaja buaya darat sebumi itu.Al
Setelah memarkirkan mobil di garasi, Alena lalu turun dan membuka pintu rumah kemudian bergegas mematikan lampu teras. Bagaikan seorang penculik Alena bertindak sangat hati-hati. Begitu teras sudah gelap, Alena membopong tubuh Tiara yang tertidur dengan pulas. Alena mengunci pintu dan membawa Tiara ke kamarnya yang berada di lantai atas bangunan bertingkat dua tersebut.Alena menyelimuti tubuh Tiara setelah ia baringkan di atas tempat tidurnya yang empuk. Tidak lupa Alena menghidupkan pendingin ruangan lalu mengganti lampu yang terang dengan lampu tidur yang remang-remang.Setelah memastikan kalau Tiara sudah tidur dengan nyaman, Alena mengganti pakaian dengan daster tipis sebagai pakaian tidurnya. Alena membaringkan tubuhnya di samping tubuh Tiara dan tangannya mulai memainkan ponsel memeriksa kalau ada pesan yang masuk.Dua buah pesan yang belum terbaca terlihat di aplikasi whatsaap. Pesan itu dikirim oleh Arkhan sekitar setengah jam yang lalu.Pesan 1(Al
“Tante Alena mau ya jadi Mamanya Tiara!” Tiara mengulangi permohonannya karena Alena tidak menjawab dan hanya memandangi Tiara dengan perasaan tidak menentu. Wajah Tiara terlihat sangat memohon dan kali ini mencium puncak kepala Alena yang sedang berjongkok di sisi kursi tempat ia duduk.Perlakuan manis Tiara membuat luluh lantak perasaan Alena. Ia tidak tahu harus mengatakan apa kepada bocah manis yang kini malah membelai-belai rambutnya.“Tante Alena!”“Iya Tiara!” Alena bangkit dan menyeret sebuah kursi lalu duduk dengan posisi berhadapan dengan Tiara. Kedua lutut mereka saling beradu.“Tiara kan punya Mama Nova.” jawab Alena berusaha tersenyum. Ia menelan pahit buah dari ucapannya barusan.Tiara malah bangkit dari tempat duduknya. Ia nampaknya bermaksud berdiri dan Alena memberikan jalan kepada bocah itu.Tiba-tiba Tiara menaikkan roknya dan sedikit menyeret celana dalamnya ke bawah dengan posisi membe
Alena merasakan jantung berdebar-debar ketika mobil yang membawanya sudah sampai di halaman kantor polisi. Alena langsung dimasukkan ke ruang tahanan karena harus menunggu masih ada tersangka lain yang sedang diinterogasi polisi. Borgol yang mengikat tangan Alena sudah dibuka namun penjara segera dikunci. Alena hanya terdiam lalu kemudian duduk bersandar ke jeruji besi yang mengurungnya.Sampai saat ini Alena belum mengetahui siapakah yang telah melaporkannya ke polisi.Nova? Atau Arkhan? Atau mereka berdua?Tapi bukan itu yang lebih menganggu pikiran Alena. Ia sangat mengkhawatirkan Tiara.“Bagaimana kalau Tiara sampai ke tangan Bima lagi? Tiara pasti akan diperlakukan sangat tidak baik oleh mereka.” desah hati Alena. Masih terngiang ditelinganya jeritan Tiara memanggil namanya saat ia digelandang polisi meninggalkan rumahnya.Alena teringat sesuatu dan Alena nampak meraba kantong celana sebatas lutut yang ia kenakan. Alena tidak menemukan
Tanpa dipersilahkan masuk Arkhan mengikuti Alena sampai ke ruang tamu. Bahkan tanpa dipersilahkan duduk pun Arkhan dengan santai menghempaskan bokongnya di atas sofa yang terdapat diruang tamu itu.“Pergilah mandi Alena, aku akan menunggumu disini! Wajahmu terlihat kusut sekali.” ucap Arkhan.Sekarang malah ia mulai berani memerintah Alena seakan kepada istrinya sendiri.Sekilas Alena melirik lelaki tampan itu yang tengah duduk santai di atas sofa miliknya. Alena perlahan menaiki anak tangga menuju kamarnya dan mengikuti perintah Arkhan untuk mandi. Memang ia belum sempat mandi ketika polisi menjemputnya pagi tadi. Sekarang ia merasa tubuhnya sangat kotor dan berminyak.Sejurus kemudian terdengar gemericik air dari dalam kamar mandi. Butuh waktu sekitar lima belas menit bagi Alena untuk membersihkan tubuhnya agar kembali segar. Arkhan dengan sabar menunggu di ruang tamu.Hampir setengah jam menunggu akhirnya Alena turun dari lantai dua ruma
Alena menatap Arkhan setajam pisau yang terhunus dari hatinya yang berdarah.Arkhan merasa diserang seribu rasa tidak adil ketika Alena terus membacakan dakwaannya.“Boleh aku minum dulu, Alena?” tanya Arkhan ingin mendinginkan suasana yang makin panas membara. Mata indahnya mengerling ke arah Alena mengisyaratkan bahwa ia tidak mau saling menyakiti dan bersilang kata.“Hmm?” tanya Arkhan mendehem sambil memainkan matanya yang indah. Alis matanya juga terangkat mengikuti gerakan bibirnya yang menggoda.“Duuuh, kalau saja aku tidak melihat dengan mata kepalaku sendiri kamu bermesraan dengan banyak wanita, aku tidak akan menemukan setitik noda pun dari kesempurnaan sikap dan wajahmu.” desah Alena membathin di dalam hati.“Ya, silahkan minum! Aku sampai lupa nawarin.” jawab Alena melempar senyuman tipis.Arkhan dengan gaya machonya menyeruput green tea yang disuguhkan oleh Alena dengan sebuah cangkir.
“Alena! Kamu sudah pulang? Kami sangat mengkhawatirkan kamu, Alena!”Begitu Arkhan berlalu meninggalkan rumah Alena, serombongan ibu-ibu yang dari tadi bergerombol segera memberondong rumah Alena. Tentu saja mereka datang dengan alasan prihatin atas kejadian yang menimpa tetangganya itu. Hmm.. bulshit..!“Saya tidak apa-apa!” jawab Alena mencoba tersenyum. Tanpa dipersilahkan masuk apalagi duduk, 5 orang ibu-ibu penghuni kompleks itu sudah duduk berderet rapi memenuhi sofa Alena bagaikan anak SD yang telah mendengar bel tanda masuk kelas. Tentu saja sebagai Nyonya rumah Alena tidak enak untuk mengusir mereka.“Sebenarnya ada sih, Alena? Mengapa sampai ke polisi segala? Kita semua khawatir lho..! Iya kan ibu-ibu...?” terdengar suara Bu Wati mengomandoi ibu-ibu yang lain. Dirinya bertindak seakan-akan ia adalah ketua kelompok dari mereka yang bertamu tanpa diundang ke rumah Alena.“Iyaa.. Alena..!” jawab mereka yang l
“Tiara... Kamu kenapa, Nak? Bangun Tiara...!” dengan tersedu sedan Arkhan menggoyang-goyang lembut tangan Tiara yang tergeletak di dipan rumah sakit tak sadarkan diri.“Kamu lihat bagaimana Anakmu? Dia sangat membutuhkan dana yang besar demi kelangsungan hidupnya. Eh kamu malah enak-enak kan main gila sama janda kere itu! Apa untungnya kamu memacari si Alena itu hah...?” Nova menyilangkan tangan di dada dan terus mengomel panjang pendek. Arkhan terlihat malas untuk meladeninya dan hanya sibuk menangisi putrinya.“Ada apa dengan putrimu, Arkhan?” tiba-tiba sebuah suara muncul di ambang pintu.Arkhan dan Nova menoleh segera ke arah datangnya suara. Terlihat Arcy datang dengan membawa seabrek makanan dan buah-buahan.Nova mengulum senyuman melihat kehadiran wanita itu. Namun senyuman itu diubah menjadi wajah sedih yang jelas-jelas hanya dibuat-buatnya saja.“Tiara sakit lagi, Arcy.” ucap Arkhan lirih.