Langit redum begitu pekat nan gelap, gemerlap bintang pun tak terlihat.
Suasana malam turut mewakilkan perasaan, sangat sepi, dan sunyi.
Cintanya tak pernah kemarau, sangat sulit dijangkau.
Tanpa kata tanpa nada hanya gundah. Perjuangannya tak kunjung usai, sangat sulit digapai.
Bertengger di depan jendela yang terbuka, menatap lurus tanpa suara.
Retina mata yang bersua, menandakan sedang tidak baik-baik saja.
Tak kuasa menahan rasa, akhirnya derai air mata itu jatuh juga.
Jolly sudah cukup lelah, rasanya ingin berhenti saja, namun ia tersadarkan akan janji. Satu-satunya cara agar ia tidak terlalu terlelap dalam kesedihan, Jolly selalu menuliskan isi hatinya pada satu buku yang dia sebut ‘deary’.
Dibukanya buku berwarna biru itu. Kemudian ia menuliskan seuntai kalimat yang terlahir dari hati, kala bahagia atau kecewa, kala sendu ataupun rindu.
Tangannya mulai menari-nari di atas kertas putih itu.
Dear deary .....
Shega Aedelmaer,
Bisakah kita berbicara dari hati ke hati
Berbincang soal rasa
Bercengkrama tanpa berang
Izinkan aku melembutkan hatimu dengan ketulusan cintaku
Belum sempat selesai menulis di buku diary, Jolly di kagetkan dengan dering handphoe di sebelahnya. Terpaksa ia harus mengangkat telephone itu.
Tertulis nama Qyara di sana, Jolly menghembuskan napas panjang.
‘huftt ... mau apa lagi nih’ batinnya.
Sebelum Jolly mengangkat teleponnya, ia berusaha menormalkan suaranya dan menghapus sisa air mata di pipinya.
“Eh buset lama banget angkat teleponnya bund, lagi ngapain dah.” Heboh Qyara di sebrang sana.
“SANTE DONG!” sahut Jolly.
“Ini gua lagi gabut aja anjir, nolep banget gak ada tugas,” lanjutnnya santai.
“WOWOWOWO, gaya lo so banget. Biasanya juga kalo ada tugas gak lo kerjain jamil.” Serbu Qyara heboh.
“Eeee, sekate-kate lo Maymunah,” balasnya lagi.
“Eh Lyy, besok kan malam minggu nih, jalan yok.” Ajaknya.
“Ke mane?” tanya Jolly.
“Katanya di jalan baru ada cafe baru tuh, gimana kalo kita ke sana aja, Brandon juga ikut kok, nanti dia yang minta izin ke nyokap lo,” jelasnya panjang lebar, mengingat Jolly si anak strict parents.
“Lo harus ikut pokonya! Gak usah deh lo sibuk ngejar-ngejar si Shega cacing India itu. Gak banget deh. Cinta tak selamanya indah deck-deck,” sambung Qyara dengan nada ala-ala sound tiktok.
“Bacot banget!”
Jolly mematikan teleponnya secara sepihak, sudah cukup kenyang ia menerima cibiran dari teman-temannya seperti barusan. Dia sangat risih.
Seperti biasa Jolly selalu merasa lapar tengah malam seperti ini, ia memutuskan keluar untuk mencari makan. Tapi bagaimana ia harus izin ke bundanya? Ah itu urusan nanti, yang terpenting siap-siap saja dulu, hihihi.
Dijangkaunya swaeter over size yang tergantung di samping nakas. Dengan dipadukan celana jeans high waist berwarna baby blue. Terkesan tomboy nan anggun, sudah sangat jelas menggambarkan sifat Jolly yang berani dalam banyak hal dan tidak takut mencoba hal-hal baru di luar zona nyaman.
Sudah siap dengan penampilannya, ia perhatikan tubunya di pantulan cermin. “Cakep banget gweh.” Ucap Jolly penuh percaya diri.
“Shega-Shega ... apa yang di raguin dari gua si anjir. Gua nyaris sempurna kaya gini lo masih aja gak mau terima?!” lanjutnya lagi memuji diri sendiri.
Memang, apa yang dikatakan Jolly sangat benar, ia nyaris sempurna. Dengan body goals dan wajahnya yang cantik, ini sudah masuk kriteria good looking bukan? Apa lagi dengan kecerdasannya yang menjadi nailai plus bagi dirinya.
Sudah cukup lama Jolly bergaya di depan cermin. Akhirnya ia memutuskan turun ke bawah untuk meminta izin pada bunda dan ayahnya. Sudah dengan berbgai alasan agar ia di izinkan keluar, akhirnya ia berhasil juga karena dibela Ayahnya yang super baik. Namun tetap saja, ia harus menerima wejangan dahulu dari Bundanya.
“Awas ya jangan pulang larut malam, jangan bawa motor ngebut-ngebut, gak usah berani-beraninya nyalip mobil, itu bahaya! Taruhannya nyawa. Gak usah banyak acara juga, kalo udah beli makan langsung pulang, jangan mampir sani sini, Bunda khawatir sama kamu.”
Bla ... bla ... dan masih panjang lagi, kurang lebih seperti itu wejangannya ya adeck-adeck.
***
Sudah cukup banyak makanan yang Jolly beli, akhirnya ia memutuskan untuk pulang.
Namun ketika Jolly akan memarkirkan motornya, ia melihat satu laki-laki sedang dikeroyok dua preman berbadan kekar, tapi apa ini? Yang di hajar hanya diam saja?
Dengan tangkas Jolly menghajar preman itu dari belakang. Jangan diragukan dengan kemampuan Jolly, ia sangat mahir dalam berkelahi. Buktinya saja preman berbadan kekar ini berhasil ia lawan hingga terbujur kaku di trotoar.
Usai berhasil melawan dua preman tadi, Jolly terkejut kala mengetahui siapa laki-laki yang di hajar tadi.
“Shega?” Jolly tertegun.
Ya itu adalah Sega, dia terlihat sangat pilu. Matanya yang terpejam, wajahnya di penuhi dengan luka, tubuhnya yang kekar saja sudah tak bertenaga. Bagaimana tidak? Ia dihajar dua preman dalam kondisi mabuk seperti ini.
Jolly berusaha menyadarkan Shega walaupun ia tahu itu mustahil. Sebenarnya Shega masih setengah sadar namun jika diajak bicara jawabannya selalu melantur.
Jolly bergeming ketika Shega tiba-tiba saja memeluknya.
“Tolong gue,” kelu Shega dengan suaranya yang berat.
“Gua ada di sini Ga, jangan kawatir.” Rintih Jolly, ia membalas pelukannya dengan erat. Seakan-akan tak ada yang bisa memisahkan mereka.
“Gue anter pulang ya, ini udah malem banget, lo harus istirahat,” tawar Jolly lembut.
Shega menggeleng cepat, ia semakin mengeratkan pelukannya dan semakin dalam menenggelamkan kepalanya pada dada Jolly.
“Jangan gitu Ga, lo harus pulang.”
Jolly memutuskan untuk mengantar Shega pulang. Ia tergopoh-gopoh membantu Shega berjalan, kemudian dengan susah payah membantunnya untu duduk di motornya. Dan ia letakan kedua tanngan Shega pada pinggangnya agar Shega tidak terjatuh nantinya.
Sudah sampai di depan gerbang rumah mewah milik Shega yang terlihat sangat sepi, di sana hanya ada satpam saja yang menjaga.
“Itu Den Shega ya Neng?” tanya satpam pada Jolly.
“Iya Pak, boleh tolong bukakan gerbangnya Pak.” Santun Jolly.
“OH, siap-siap neng sebentar,” jawab nya, kemudian langsung membukakan pagar itu.
“Anterin ke dalem juga ya pak, saya gak enak kalo masuk kamar cowo sendirian.” Pinta Jolly lagi.
“Iya neng nanti saya antar masuk Den Shega,” ucap nya sembari menutup kembali pagar.
“Makasih ya Neng udah anterin Den Shega,” ucap satpam sebelum berjalan menuju kamar Shega.
“Iya sama-sama Pak,” ucap nya disertai senyuman.
“Ya udah saya ke dalam dulu Neng,” katanya.
“Iya Pak silahkan.”
Jolly menatap keduaya dari belakang. Ia begitu prihatin meliat kondisi Shega sekarang, sebenarnya sangat ingin mengobati luka yang ada di tubuh dan wajahnya, namun mengingat ini sudah larut malam pasti Bunda dan Ayahnya sudah menunggu di rumah.
Setelah kejadian semalam Jolly merasa Shega sudah mulai menerimanya. Dekapannya yang hangat, pelukannya yang manja. Jolly sangat menyukai itu.Pagi ini Jolly juga begitu semangat, tanpa harus menerima wejangan dari Bundanya. Pukul 06:30 bahkan Jolly sudah berada di sekolahnya, tak sabar untuk melanjutkan misinya yang sedikt lagi berhasil.“Huh ... gak sia-sia juga perjuangan gue,” ucap Jolly usai turun dari mobilnya.“Pokoknya Shega haus jatuh cinta dulu sama gue,” batin Jolly sambil menancapkan tangan di pinggangnnya.Segera ia berjalan menuju kelasnya, sudah lumayan banyak siswa yang datang, tapi yang Jolly tunggu sekarang hanyalah Shega. Pagi ini Jolly sudah siap menyambut pujaan hatinya dengan sekotak sarapan di tangannya.Pagi itu Jolly sangat ramah ke semua siswa, lengkungan bibirnya ia tebarkan sangat tulus. Tidak biasanya Jolly seperti ini. Tapi sunggguh, Jolly bahagia teramat sangat.“Neng dibayar berapa lu ama sekolah jadi patung selamat datang? Hahaha ....” Gelak tawa dari
Brakk .... suara benturan pintu dihantam Qyara cukup keras.“HEY ANJIR, LO EMANG GAK PUNYA HATI YA.” Suara Quara naik oktaf. Ia menemukan Shega ada di dalam kelasnya sedang menghisap sebatang rokok menghadap ke arah jendela belakang. Dengan tangkas ia dorong badan kekar Shega hingga kepalanya terbentur pada kaca jendela.“Anjir!” rahang Shega mulai mengeras.“LO EMANG GAK PUNYA OTAK YA. BISA GAK SIH LO HARGAIN LYLY SEDIKIT AJA!” katanya semakin emosi.“Mending lo pergi dari sini sebelum gue hajar!,” ucap Shega memberi peringatan.“Oh lo beraninya sama cewe ya? CUPU TAU GA,” ucap Qyara yang membuat Shega semakin geram.“Sini lo kalo berani,” tantang Qyara.Shega mengabaikan Qyara, ia berjalan keluar kelas melaluinya. Ia lebih memilih untuk tidak meladeninya, Shega sadar ia sangat mudah terpancing emosi, bahakan terhadap wanita sekalipun. Jadi lebih baik ia mengindar saja dari pada ia harus bertarung dengan wanita yang bukan lawannya. Shega sudah sangat muak dengan sikapnya Jolly yang
“Permisi,” ucap Jolly kala memasuki ruang BK, tapi Jolly tidak melihat Bu Nining di sana.“Ke mana Bu Nining?” Batinnya, mencari keberadaan guru Bk SMA Adiwilangga, namun pada akhirnya Jolly memilih duduk saja pada salah satu kursi di ruangan ituSelang beberapa waktu pintu ruangan terbuka, ia pikir itu Bu Nining guru BK-Nya, tapi ternyata itu adalah Shega lelaki yang telah berhasil membuat perasaannya campur aduk. Mata mereka bertemu kala Shega berjalan ke arah kursi di sampingnya, Jolly sedikit ketakutan dengan tatapan mata Shega yang tajam seperti elang yang akan menerakm mangsanya.Setelah mereka duduk berdampingan susasana ruangan berubah menjadi horor. Yang biasanya jika Jolly bertemu Shega akan banyak mulut, tapi kali ini Jolly sangat kaku. Ia bingung harus bagaimana, keduanya benar-benar seperti orang yang tidak saling mengenal.“Maaf,” ucap Shega singkat yang akhirnya membuka suara. Namun Jolly tidak menggubris sama sekali.“Apa dia bilang, maaf?” Batinnya keheranan.“Maaf,”
“Assalamulaikum,” ucapnya membuka pintu dengan wajahnya yang kusut.“Waalaikumsalam,” jawab Bunda yang baru saja keluar dari kamarnya.“Kamu pulang sama siapa nak, hari ini pak Doyok kan gak bisa jemput?” Tanya Bunda khawatir.“Sama temen mah,” jawab Jolly seadanya.“sama Brandon kah?” Tebak Bunda, karena biasanya jika pak Doyok tidak bisa menjemput, Brandon lah yang akan mengantarkan Jolly pulang.“Iya,” sahut Jolly. “Bagus kalo gitu, kenapa gak kamu ajak mampir dulu ke sini?” Tanya Bunda.“Kasian dia mau istirahat kecapean abis rapat organisasi,” jawab Jolly. “Oh yaudah kalo gitu.” Kata Bunda seadanya yang membuat Jolly sedikit heran. Biasanya Bunda selalu menanyakan hal apapun kepadanya, tapi kenapa kali ini Bunda berbeda? Apa ada sesuatu.“Udah nih gak nanya lagi?” tanya Jolly sebelum pergi ke kamarnya.“Gak ada,” sahut Bunda.“Abis bersih-bersih badan, kamu langsung makan ya,” Titah Bundanya.“Iya siap.” Ucap Jolly seraya menaiki tangga.Huftt...Jolly membantingkan badan di ata
“Ke mana aja si lo pada, lama banget gua ngebatu dari tadi,” gerutu Qyara.“Lu pikir emang dari rumah Lyly ke sini deket apa?” Brandon beralasan.“Ya ngebut kan bisa,” Qyara menyembulkan mulutnya.“Udah si, ngeributin yang gak jelas mulu. Disini kan kita mau have fun,” Jolly menyeringai, yang membuatnya kembali diam.“Mau pesan apa nih,” tanya Jolly sembari merogoh menu makanan di atas meja.“Lu semua udah gua pesenin, tinggal nunggu makanannya dateng aja,” ucap Qyara.“Lah? Lu pesenin apaan anjir,” ujar Jolly tidak terima.“Makanan favorite lo berdua, gua jamin gak bakal nolak,” kata Qyara, Yang akhirnya Jolly pun menerima.Sembari menunggu makanan datang mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol. Ketika di tengah perbincangan Qyara tertegun kala Pasha dan Birru berada di tempat yang sama. Qyara kenal dekat dengan mereka berdua, maklum saja Qyara si anak friendly yang bisa berteman dengan siapa saja. Namun ia dapati bukan hanya Pasha dan Birru saja, ia menilik seperti tidak asing, da
Jolly merasa hawatir dengan kondisi Sega saat ini. ia berjalan mengikuti Shega dari belakang. Jolly menghampiri Shega kala pria itu duduk pada area bebas asap rokok.“ Lo baik-baik aja kan?” Gumam Jolly yang membuat Shega sedikit terlonjak.“ Ngapain lo di sini?” Tanya Shega ketus.“ Hah? E-eum ... gu-gue gak sengaja lewat aja abistu liat lo di sini,” sahut Jolly beralasan.“ Pergi!” Usir Shega dengan nada menekan.“ Gue mau temenin lo di sini,” ujar Jolly seraya mengusap lembut bahu Shega. namun, dengan tangkas Shega yang tak suka kontak fisik ,menangkis tangan Jolly yang menyentuh bahunya hingga membuatnya tersungkur di lantai.“ GUE BILANG PERGI YA PERGI!!” Ucapnya, suaranya naik oktaf.“ LO BUDEK?” Katanya lagi seraya memegang dagu Jolly dengan kasar. Sementara Jolly hanya bisa meringis menahan tangis di perlakukan Shega seperti ini.“
Hari minggu yang cerah, di hiasi kicauan burung menjadi suasana yang sangat indah. Jolly memilih jogging untuk mengisi waktu pagi di hari liburnya.Taman kota menjadi tempat tujuannya, di hari libur seperti ini biasanya banyak pengunjung di sana. Untuk kali ini ia lebih memilih jogging sendiri, tidak seperti biasanya pergi berolahraga bersama temannya Qyara.“Huft ... cape juga ya.” Ucapnya kala sudah sampai tempat tujuan, ia memilih duduk terlebih dahulu pada salah satu kursi taman.Setelah cukup untuk merenggangkan otot-otot nya, ia pergi mencari minum di area taman kota.“Air mineral satu ya Pak.” Ucapnya pada penjual.Kala ia akan meminumnya, tiba-tiba saja badannya terdorong oleh benda di belakngnya. Hal ini membuat pakaiannya basah.“Eh maaf di sengaja,” ucap wanita di belakangnya seraya terkekeh geli.“Dara? Gak ada abisnya ya lo, terus gangguin hidup gue mulu,” cer
Tidak biasanya pagi-pagi seperti ini Jolly berada di dapur, biasanya ia masih bersiap-siap berada di dalam kamar. Jolly bangun cukup pagi sekitar jam 06:00 ia sudah bergelut dengan alat dapur, ia begitu antusias membuatkan sarapan untuk Shega.“Arghh panas.” Jolly meringis kasakitan kala tangannya tak sengaja terkena teplon.“Eh? Tumben banget anak Bunda jam segini udah di dapur aja.” Ucap Bunda memasuki dapur.“Iya Bund, Lyly mau bawa bekal ke sekolah,” jawabnya.“Tumben banget kamu bawa bekal,” tanya Bunda heran.“Iya Bunda, gatau kenapa pengen bawa aja” ujarnya beralasan.“Oh bagus kalo gitu, makanan dari rumah lebih bagus, terjamin sehat.” Kata Bunda menyetujui.“Ehehehe, iya Bunda.” Umpat Jolly.Sudah cukup lama Jolly bermain dengan alat dapur akhirnya selesai juga. Pagi ini Jolly membuat sandwhich berisi daging dan sayuran, tak lupa